FENOMENA JILBAB DI BULAN RAMADHAN

Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya (ke seluruh tubuh mereka)”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun dan Maha penyayang” (QS al-Ahzab [33]: 59.

Dalam kontruksi pemikiran kontemporer tentang hukum jilbab dijelaskan bahwa masalah jilbab yang ada pada ayat tersebut memunculkan beberapa kontroversi mengenai tafsir para ulama tentang jilbab itu sendiri. Seorang mufassir, Al-Alusi menyatakan bahwa  Kata “Alaihinna”  adalah seluruh tubuh mereka. Akan tetapi ia juga berpendapat bahwa “Alaihinna”  itu yang dimaksud adalah di atas kepala atau wajah mereka karena memang yang biasa nampak yaitu bagian wajah.

Pendapat para mufasir yang lain juga sangat kompleks menafsirkan ayat ini yang pada intinya berbicara masalah jilbab. jika yang dimaksud jilbab adalah pakaian  berarti semua pakaian yang menutupi badan seorang wanita termasuk tangan dan kakinya, namun jika jilbab diartikan sebagai kerudung maka perintah mengulurkannya itu menutupi wajah dan  lehernya. Terlepas dari apa makna jilbab yang diyakini oleh para mufassir, hal yang lebih penting yaitu mengulurkan jilbab tidak hanya berlaku pada zaman rasul akan tetapi sepanjang masa.

Persoalan terkait jilbab bagi wanita muslimah rupanya sangat kompleks,  apalagi ketika kita dihadapkan pada sebuah fenomena sosial berupa pelecehan seksual yang disebabkan oleh defisit berpakaian. Perempuan merasa tidak bersalah atas keputusan sebagai manusia bebas dan menyalahkan laki-laki yang berpikiran kotor, laki-laki juga tak mau disalahkan dengan alasan bahwa ia merasa dirinya bermoral dan menyalahkan perempuan sebagai biang defisitnya moral. Semuanya saling tuding serta saling mengkambing hitamkan satu sama lain.

Wanita dalam bahasa arab adalah al-Mar`ah yang artinya perempuan, tapi hati-hati jangan sampai dibaca al-Mir’ah yang bermakna cermin. Namun mar’ah dan mir’ah ini seperti dua sisi dari satu koin yang tak bisa dipisahkan. Tanpa cermin perempuan mengalami penyakit yang namanya “ga pede” untuk bergaul dengan orang lain, bahkan dengan adanya cermin seorang wanita bisa berjam-jam memandangi dirinya sendiri sampai ia merasa yakin bahwa penampilannya telah sempurna. Memang sudah fitrah seorang wanita ingin diperhatikan, tampil menarik di depan orang lain sehingga secara tidak sadar terkadang “wanita tampil menarik” telah melewati batas ketentuan syariat mengenakan hijab untuk menutup auratnya. Namun sebagai muslimah tentunya penampilan yang menarik adalah penampilan yang sesuai syariat Allah yang memerintahkan kita seorang muslimah untuk menyempurnakan kewajiban dengan mengenakan jilbab.

Jilbab secara bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata “jalbaba yujalbibu jilbaaban” artinya baju kurung yang panjang. Jadi pengertian jilbab adalah pakaian yang panjang, yang bisa diartikan pakaian yang dapat menutupi anggota tubuh seorang wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Meski demikian, tidak sedikit muslimah yang menyimpang dari aturan ini, bahkan hanya untuk menyandang “tampil menarik” di depan manusia.

Jilbab yang sekarang telah terkontaminasi oleh budaya baru, sehingga ketika mengikuti trend yang sedang berkembang maka mereka bangga disebut sebagai wanita modern yang tak ketinggalan zaman. Niatnya menggunakan jilbab untuk menutup aurat, namun malah memperlihatkan auratnya sendiri. Inilah fakta yang bisa kita lihat sekarang, alih-alih kita menyebutnya menutup aurat tapi lebih tepat dianggap membalut tubuh saja. Trend yang mengeksploitasi lekuk tubuh wanita seperti telanjang ini dikatakan jilbab seksi.

Para wanita yang ingin selalu tampil modis inilah yang menjadi jilbab seksi (jilboobs) semakin marak diikuti, apalagi wanita yang ingin menutup aurat tapi tidak ingin ketinggalan modis akhirnya juga mengikuti. Fenomena seperti ini bukan lagi hal yang tabu untuk sekarang, karena ternyata sudah banyak wanita terpengaruh oleh mode jilbab seksi ini. Bahkan artis sekalipun juga tak mau kalah untuk ikut andil meramaikan suasana jilbab gaul ini.

Jilbab seksi merupakan sebuah trend jilbab, dimana kepala ditutup oleh kain penutup kepala yang tidak sampai menutupi dada, bahkan menonjolkan sesuatu yang tak layak diperlihatkan. Wanita yang mengenakan “jilbab gaul” ini hanya sekedar gaya bukan untuk menutup aurat.

Jilbab Musiman

Ramadhan telah tiba, fenomena yang terjadi biasanya adalah jilbab tiba-tiba jadi trend yang cukup digandrungi oleh para wanita. Pamor jilbab di bulan Ramadhan ini meningkat pesat, mulai dari kalangan wanita berbagai latar belakang dan profesi biasa sampai wanita berkarir bahkan artis sekalipun mendadak jadi islami, yang biasanya aurat ditebar dimana-mana kini dibungkus rapi oleh balutan jilbab. Ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka karena menonjolkan simbol identitas keislaman seorang wanita muslimah yang kemudian diekspos lewat sosial media.

Namun, identitas keislaman hanya berlaku di bulan yang suci, setelah ramadhan berlalu semuanya juga berlalu dan “cuti” dari kebiasaan berjilbab yang hanya sebatas formalitas di depan manusia bukan karena niat dari hati karena Allah untuk benar-benar menutupi aurat mereka dari pandangan para lelaki jalang. Hal ini hanya untuk memamerkan jilbab yang mereka kenakan. Bahkan rela mengeluarkan kocek di kantong hanya untuk membeli dan memamerkan busana yang mahal dibandingkan bersedekah untuk mereka yang berhak serta membutuhkan. Tidak hanya itu kawan, bahkan selain rasa pamer pada orang lain, ada sebagian orang yang ingin dirinya dianggap sebagai muslimah sejati sehingga layak untuk ditiru. Yaitu dengan rasa ujub yang telah mereka semai di hati tanpa mungkin mereka sadari. Jilbab musiman seolah telah mengakar bagi sebagian wanita. Banyak sekali artis yang biasanya berpakain minimalis tiba-tiba berbusana rapi dengan jilbab yang sempurna, namun ketika Ramadhan usai lepaslah jilbab dan busana tertutupnya dari kulit mereka.

Jilbab sebagai Topeng

Jilbab musiman telah mampu mengubah wujud prilaku manusia secara spontan, seperti bunglon yang berubah-ubah warnanya sesuka hati mengeksploitasi jilbab demi mencari legitimasi publik.

Jilbab yang ada sekarang bahkan hanya dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berbagai kepentingan. Semisal kepentingan politik. Para politisi dengan senang hati memakai jilbab hanya untuk memperoleh dukungan dan simpati masyarakat. Ketika kampanye digalakkan di masyarakat para politisi menyulap dirinya menjadi seorang muslimah shalihah dengan busana muslimah yang ia kenakan. Semua tidak lain niatnya hanya untuk mengambil hati masyarakat agar menganggap dirinya layak dijadikan pemimpin mereka dengan kualitas keislaman yang nampak dari penampilan mereka, dan pada akhirnya dukungan masyarakat pada dirinya sungguh luar biasa.

Selain itu ada juga jilbab yang digunakan para wanita pemuja cinta yang ingin tampil menarik di depan pujaan hatinya bahkan dengan jilbabnya pula wanita bisa menaklukkan hati lelaki idamannya. Pada intinya jilbab yang dipakai oleh sebagian wanita saat ini bukan untuk menutup aurat sehingga memperoleh ridla Allah akan tetapi pemakaian jilbab hanya karena beberapa kepentingan pribadi yang jauh dari niat seharusnya.

Jika jilbab yang kita kenakan karena kepentingan-kepentingan pribadi bukan karena Allah semata, maka wajar jika ada sebagian dari kita berjilbab tapi ada sebagian aurat yang terbuka, prilaku masih belum berubah semisal berjilbab tapi masih suka bercanda gurau secara bebas dengan lelaki yang bukan mahram serta ketika kepentingannya sudah terpenuhi maka sampai di situ pula jilbabnya, karena memang dari awal niatnya sudah berbelok arah bukan karena niat menutupi aurat.

Aurat disini kawan bukan hanya sebatas fisik yang ditutupi akan tetapi batiniahnya juga ikut tertutupi oleh jilbab yang kita pakai. Sehingga jilbab ini bisa kita jadikan sebagai lampu aba-aba untuk mengontrol prilaku kita sehari-hari. Tentu malu jika jilbab telah terjuntai namun akhlak kita lebih parah dari mereka yang belum berjilbab. Jilbab dengan sendirinya akan memandu kita untuk terus memperbaiki akhlak, melakukan kebaikan dan senantiasa melindungi kita. Yah jilbab akan melindungi kulit kita dari panasnya matahari agar tidak terpapar langsung menembus kulit, dan jilbab juga akan melindungi kita dari panasnya api neraka di akhirat.

Jika ada yang berkata “jilbabi dulu hati baru jilbabi kepala kita” maka kapan akan berjilbab? Jika menunggu sempurnanya hati dalam kebaikan dan kesempurnaan akhlak seseorang maka tidak ada yang sempurna. Secara fitrah, memang kita makhluk Allah yang ajz dan serba kurang, maka apalagi yang mau ditunggu? Segera jilbabi tubuh kita, in sya allah dengan jilbab segala kesempurnaan hati dan akhlak sedikit demi sedikit akan kita peroleh kawan. Perbaiki diri kita dimulai dari jilbab.

Mari kita jadikan bulan Ramadhan yang suci ini untuk mensucikan diri baik lahir maupun bathin, jangan sampai kita memakai jilbab hanya pada saat bulan ramadhan saja dan niatkan berjilbab untuk menutup aurat kita sebagai wanita muslimah bukan karena pamer dan ingin dianggap baik di mata manusia. Diusahakan agar budaya berjilbab ini juga tidak hanya ketika di bulan Ramadhan tapi untuk selamanya, menjilbabi diri berdasarkan pemahaman bahwa menutup aurat bagi wanita merupakan kewajiban yang tak bisa dinego. Sehingga sehingga jilbab bukan lagi sebagai trend yang hanya musiman karena lepasnya jilbab hanya akan mengeksploitasi rendahnya harkat dan martabat kaum wanita.

 

Tasyrifatur Rahmah
Kimia UII 2012

 

Mutiara Hikmah
Dari ‘Abdillah bin Amr bin Al-’Ash . dari Rasullah telah bersabda: Dosa-dosa besar ialah: menyekutukan Allah, berani (durhaka) kepada kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu.
(H.R. Bukhari).

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *