Birrul Walidayin Dimasa Pandemi Covid 19
Birrul Walidayin Dimasa Pandemi Covid 19
Mujahid Bin Jabr berkata,
لَا يَنْبَغِي لِلوَلَدِ أَنْ يَدْفَعَ يَدُ وَالِدِهِ عَنْهُ إِذَا ضَرْبَهُ. وَمَنْ شَدَّ النَّظَرُ إِلَى وَالِدَيْهِ لَمْ يَبِرَّهُمَا، وَمَنْ أَدْخَلَ عَلَيْهِمَا حُزْنًا فَقَدْ عقَّهُمَا
“Tidaklah pantas bagi seorang anak untuk menahan tangan orangtuanya ketika ia hendak memukulnya, barangsiapa yang memandang dengan garang kepada orangtuanya maka ia tidak dikatakan berbakti padanya dan barangsiapa yang menjadikan sedih orangtuanya maka ia telah durhaka kepadanya.” (Birru wa Shilah libni Jauzi: 145)
Dari perkataan Mujahid bin Jabr diatas menggambarkan bahwa bagaimana seorang anak tidak boleh sekali-kali untuk melawan orang tuanya. Karena bukan hanya membuatnya merasa kecewa, namun akan ada terbesit dalam hatinya sebuah kesedihan. Orang tua memukul seorang anak, bukan tanpa sebab. Melainkan untuk kebaikan anaknya kelak. Banyak sekali kita sebagai anak, sering merasa jika sudah berpendidikan tinggi, maka kita bisa melawan siapapun, temasuk orang tua. Padahal, kedudukan orang tua tidak ada tandingannya dengan siapapun. Karena pengorbanan orang tua dalam melahirkan, menyusui bahkan menyapih, tidak bisa kita gantikan dengan apapun.
Apakah kita sudah tau berapa lama seorang ibu mengandung anaknya? Seberapa besar perjuangan seorang ayah dalam mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istrinya? Mari kita simak firman Allah ﷻ, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembali.” (Q.S Luqman [34]: 14).
Sudah 3 bulan terakhir ini pandemi covid 19 telah melanda dunia, menggemparkan seluruh umat manusia dengan kehadirannya. Memberikan kesadaran kepada seluruh umat manusia, nikmat bersyukur dan memanfaatkan waktu yang ada. Karena pandemi banyak para keluarga di PHK, para mahasiswa/i memilih pulang ke kampung halaman karena diberlakukan kuliah daring. Hal ini membuat banyak manusia lebih sering dirumah. Dimana mahasiswa yang biasa pulang sekali setahun atau tidak pernah pulang ke rumah, memilih untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Namun apakah kita menyadari bahwa ini adalah takdir Allah ﷻ yang terbaik? Maka bisa kita maksimalkan waktu di rumah bersama orang tua maupun keluarga.
Sisi positif dari pandemi covid 19 ini membuat lingkaran baru, yaitu lingkaran pemersatu antara manusia dengan alam, orang tua dengan anak, ataupun teman SMA menjadi teman hidup. Namun, jika kesempatan ini tidak kita manfaatkan sebaik mungkin, akankah menjadi lebih berhikmah? Sungguh, masa ini adalah kesempatan terbesar bagi seorang anak untuk berbakti kepada orang tua. Sekadar berbagi cerita kisah kuliah, ataupun berbagi cerita tentang bagaimana aslinya kehidupan ditanah rantau. Jangan sampai kita sudah berlama-lama di rumah, namun lupa memaksimalkan berbakti kepada orang tua karena terlalu sibuk dengan kuliah online. Bagi yang masih lengkap dengan keluarga, akankah melewatkan kesempatan ini? bagi yang sudah tiada, ia bisa memaksimalkan dengan sering berziarah dengan niat bisa selalu bersyukur dengan keadaan yang ada dan memaknai bahwa kematian itu sangat dekat.
Ingat birrul walidayyin, ingat kisah Uwais al-Qarni. Kisah yang bermula dari awal pertemuan dengan Umar bin al-Khattab a dan beliau disebut sebagai tabi’in yang terbaik sesuai dalam hadits yang berbunyi “Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian.” (H.R. Muslim no. 2542) (Rumasyo.com).
Bersyukurlah bagi kita yang bisa berkumpul dengan keluarga, dan masih lengkap tanpa ada yang pergi meninggalkan dunia. Masih ada orang yang diluar sana yang tidak memiliki uang untuk pulang kampung, dan tidak memiliki seorang ayah yang senantiasa menjadi tulang punggung selama ini.
Maka tetaplah bersyukur bagi yang masih memiliki keluarga yang lengkap, dan tetaplah bersabar bagi yang sudah kehilangan salah satu diantara mereka. Namun tidak ada yang lebih utama, selain tetap berbakti kepada mereka, mendo’akan mereka selalu. Setiap engkau selesai mengerjakan tugas-tugas mu, sebelum tidur cobalah untuk melihat mereka dan menatap mereka lebih dalam. Dan mintalah permohonan maaf, karena selama ini belum bisa berbakti sebaik mungkin. Entah karena keadaan atau karena kita yang sering lupa bahwa dibelakang kita ada do’a orang tua yang senantiasa mngiringi jalan kita.
Do’a ibu terutama yang harus engkau minta, mohonlah ridhonya terhadap setiap pekerjaanmu. Karena akan ada kelapangan dan jalan yang indah disetiap langkah yang selalu diiringi oleh do’a ibu. Tahukah kamu, bahwa berkata “ah” saja kepada mereka itu tidak boleh? Pernah dengar ayatnya tidak? Mari kita simak, Allah ﷻ berfirman, “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “ah”. Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”. (Q.S. al-Ahqaf [46]: 17). Sudah jelas bahwa satu kata saja bisa mempengaruhi semuanya, terutama kedaan hati orang tau. Jangan sekali-kali membuat mereka sedih dan marah, karena ketika kita ingin melakukan apapun di rumah akan serba dirasa tidak enak.
Selalu buatlah mereka tersenyum dan bahagia dengan kehadiran kita, masaklah makanan kesukaan mereka. Ikutlah membantu ayahmu di kebun jika engkau memiliki waktu luang; diluangkan jika bisa. Kehidupan dalam sebuah keluarga akan sangat terlihat tentram dan adem, jika seorang anak bisa memahami kedudukannya sebagai anak. Menjalani perintah orang tua, tidak menunda jika disuruh untuk mengambil barang ibu yang ketinggalan.
Jika orang tuamu sudah berumur lebih dari 40 tahun, maka beliau akan berdo’a untuk kebaikan dirinya di akhirat dan untuk anak-anaknya. Allah ﷻ berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (Q.S al-Ahqaf [46]: 15).
Cinta orang tua, tidak akan bisa kita dapatkan dari siapapun, dan kapanpun. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kita tidak perlu menunggu kehilangan baru tersadar akan kenikmatan kehadirannya? Semoga kita senantiasa selalu Allah berikan hidayah untuk tetap berbakti kepada orang tua dan diberikan hati yang selalu beryukur serta bersabar terhadap sesuatu yang ada dalam diri kita. Semoga pandemi ini juga segera selesai, agar kita bisa merasakan bersilaturrahim dari rumah ke rumah.[]
Ainun Mardiah
Teknik Lingkungan UII
Mutiara Hikmah
Asy-Syaikh Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di berkata,
اْلعِلْمُ شَجَرَةٌ تُثَمِّرُ كُلَّ قَوْلٍ حَسَنٍ وَ عَمَلٍ صَالِحٍ، وَاْلجَهْلُ شَجَرَةٌ تُثَمِّرُ كُلَّ قَوْلٍ وَ عَمَلٍ خَبِيْثٍ
“Ilmu agama ialah pohon yang buahnya adalah perkataan yang baik dan amal shalih, dan kejahilan ialah pohon yang buahnya adalah setiap perkataan dan perbuatan menjijikkan.” (Majmu’ Muallafatuh: 7/132)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!