Keistimewaan Sya’ban Yang Terlupakan

Keistimewaan Sya’ban Yang Terlupakan

Putut Sutarwan*

 

Pembaca Al-Rasikh yang berbahagia, saat ini kita sudah berada di bulan Sya’ban 1446 H[1]. Perlu kiranya memahami keutamaan bulan Sya’ban dan amalan apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Allâh ﷻ. Nama Sya’ban berarti “pemisahan”, disebut demikian karena orang-orang Arab pergi berpencar dan berpisah pada bulan ini untuk mencari air.[2]

Bulan Sya’ban menjadi penanda akan segera tibanya bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang penuh berkah dalam kalender Islam, keberadaannya diapit oleh dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan, terkadang keutamaan di bulan Sya’ban sering terlupakan padahal bulan ini memiliki keutamaan yang sangat besar dan menjadi waktu yang tepat bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri secara spiritual menyambut Ramadhan. Berikut keutamaan bulan Sya’ban:

Bulan Puasa Sunnah

Sya’ban adalah bulan yang disukai Rasûlullâh ﷺ untuk memperbanyak puasa sunah. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunnah.

Dari Aisyah xberkata, “Aku tidak pernah melihat Rasûlullâh ﷺ melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.”[3] (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Dari Ummu Salamah xberkata, “Aku tidak pernah melihat Rasûlullâh ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi no. 726, An-Nasai 4/150, Ibnu Majah no.1648, dan Ahmad 6/293)

Imam Ash-Shan’ani berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa Rasûlullâh ﷺ mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya.” (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239)

Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban (sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh.

Hal ini selaras dengan hadits dari Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat beliau ﷺ lebih banyak berpuasa sunah dari pada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim no. 1156 dan Ibnu Majah no. 1710).[4]

Kedudukan puasa sunah di bulan Sya’ban dari puasa wajib Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah qabliyah bagi shalat wajib. Puasa sunah di bulan Sya’ban akan menjadi persiapan yang tepat dan pelengkap bagi kekurangan puasa Ramadhan.

Bulan Menyirami Amal-Amal Saleh

Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk menyirami amal-amal saleh dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, beristighfar, shalat tahajud dan witir, shalat dhuha, dan sedekah. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah (konsisten), diperlukan latihan dan pembiasaan diri. Di sinilah bulan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih membiasakan diri beramal sunah secara tertib dan kontinyu.

Latihan dan pembiasaan diri ini bertujuan agar saat Ramadhan, kita bisa menjalani ibadah dengan penuh semangat dan keikhlasan. Tanaman iman dan amal saleh yang dirawat dengan baik sejak Sya’ban dan ditekuni selama Ramadhan insyâllâh membuahkan takwa yang sejati. Jadi, bulan Sya’ban bukan sekadar bulan biasa, melainkan waktu yang sangat penting untuk mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan dengan optimal.

Abu Bakar Al-Balkhi v berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.” Beliau juga berkata, “Bulan Rajab itu bagaikan angin. Bulan Sya’ban itu bagaikan awan. Dan bulan Ramadhan itu bagaikan hujan.”[5]

Bulan Persiapan Menyambut Ramadhan

Bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal saleh di bulan Ramadhan. Untuk mengisi bulan Sya’ban dan sekaligus sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang selayaknya dikerjakan oleh setiap muslim.

Persiapan Iman. Bulan Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas keimanan sebagai bekal menghadapi Ramadhan dengan memperkuat tauhid, mengingat kembali bahwa semua ibadah ditujukan hanya untuk Allah, sehingga hati lebih siap menjalani Ramadhan dengan penuh keikhlasan.

Persiapan Ilmu. Pemahaman yang benar tentang ibadah di bulan Ramadhan sangat penting agar ibadah dilakukan sesuai tuntunan syar’i, seperti (a) Mengetahui rukun, syarat, dan hal-hal yang membatalkan puasa agar ibadah menjadi sah dan sempurna. (b) Menyadari bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari neraka, sehingga termotivasi untuk beramal lebih baik. (c) Mengasah pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendapatkan manfaat spiritual yang lebih mendalam selama Ramadhan.

Persiapan Mental. Mental yang kuat dibutuhkan agar mampu menjalani ibadah Ramadhan dengan konsisten dan penuh semangat dengan cara: (a) Membangun rutinitas yang mendukung, seperti bangun lebih awal untuk qiyamul lail atau sahur sunnah di bulan Sya’ban. (b) Berlatih sabar dan menghindari sikap mudah marah atau emosi negatif, karena Ramadhan mengajarkan pentingnya menahan diri. (c) Menentukan tujuan pribadi di bulan Ramadhan, seperti khatam Al-Qur’an, memperbaiki akhlak, atau meningkatkan kualitas shalat.

Persiapan yang matang di bulan Sya’ban sangat penting agar setiap Muslim dapat menyambut Ramadhan dengan kondisi spiritual, intelektual, dan mental yang optimal. Dengan persiapan yang baik, insyâllâh kita bisa menjalani bulan Ramadhan dengan lebih bermakna dan penuh berkah.

Wallâhu a’lam bish shawab.

*Directorate of Facilities and Infrastructure Universitas Islam Indonesia

Maraji’ :

[1] https://kbbi.kemdikbud.go.id/Cari/Etimologi?eid=80514. Diakses 29 Januari 2025.

[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Syakban. Diakses 29 Januari 2025.

[3] Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Daar Ibnu Katsir, Damaskus dan Beirut, th. 2002, Hal. 473 Hadis No. 1969

[4] https://pn-cilacap.go.id/index.php/en/beritapengumuman/seputar-pn-cilacap/636-keutamaan-dan-amalan-amalan-di-bulan-syaban. Diakses 29 Januari 2025.

[5] Ibnu Rajab. Lathaifu’l-Ma’arif. h. 138.

Download Buletin klik di sini