Meraih Keistimewaan Bulan Ramadhan
Meraih Keistimewaan Bulan Ramadhan
Adzkia Hulwia Hasanah*
Yang Shahih Shahih Aja
Tak jarang kita dengarkan beberapa ceramah menyampaikan terkait pembagian keutamaan bulan Ramadhan menjadi tiga bagian “Awwaluhu rahmah wa awsathuhu maghfiroh, wa âkhiruhu ‘itqu minannar” yang bermakna “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka”. Ungkapan tersebut merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah. Namun hadits tersebut adalah hadits dhaif yang disebabkan oleh sanad yang berasal pada satu sumber yang dhaif (Ali ibn Zaid ibn Jad’an) dengan riwayat perawi yang sangat dhaif (Yusuf bin Ziyad dari Ali ibn Zaid). Perlu kita ketahui bahwa boleh saja kita mengamalkan hadits tersebut sebagai motivasi untuk beramal shalih selama bulan Ramadhan dengan catatan tidak boleh diyakini kebenarannya secara utuh.[1]
Mencukupkan diri dengan hadits shahih dalam mengamalkan suatu amal itu lebih baik dan lebih terjamin kebenarannya, tidak hanya kebaikan yang dapat kita amalkan tetapi akan bertambah juga keberkahannya. Berikut salah satu hadits shahih yang membahas keutamaan bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Apabila telah datang malam pertama dari bulan Ramadhan, setan-setan dan dedengkot jin diikat, dan pintu-pintu neraka ditutup, maka tidak ada satu pun pintunya yang dibuka. Pintu-pintu Surga dibuka, maka tidak ada satu pun pintunya yang ditutup. Penyeru berseru, ‘Wahai para pencari kebaikan, bergegaslah. Wahai para pencari keburukan, berhentilah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam”. (HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642).
Memahami keutamaan bulan Ramadhan akan memberikan motivasi kepada kita untuk memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan baik pada ibadah wajib maupun sunnah di bulan Ramadhan.
Amalan Sunnah Saat Berpuasa
Dalam berpuasa, terdapat beberapa sunnah yang telah diajarkan oleh Rasûlullâh ﷺ yaitu pertama adalah sahur dan mengakhirkan sahur. Sebagaimana Hadits dari Anas bin Malik, beliau berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1922 dan Muslim no. 1095).
Kedua adalah menyegerakan berbuka. Seperti hadits yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad z, Rasûlullâh ﷺ bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098).
Ketiga, berbuka dengan kurma atau air putih. Ibnu Hajar Al Asqalani v membawakan dalam Bulughul Maram hadits no. 660. Dari Salman bin ‘Amir Adh Dhabbi z, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ، فَإِنَّهُ طَهُورٌ
“Jika salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan tamr (kurma kering). Jika tidak dapati kurma, maka berbukalah dengan air karena air itu mensucikan.” (HR Imam yang Lima [Ibnu Majah, Abu Daud, An Nasâi, Tirmidzi]).
Keempat, berderma di bulan Ramadhan, karena Rasûlullâh ﷺ lebih dermawan denghan kebaikan di bulan Ramadhan. Sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbâs c menuturkan,
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ ﷺ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ
“Nabi ﷺ adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan Al-Qur’annya. Sungguh, Rasûlullâh ﷺ lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (HR. Al-Bukhari, no. 1902, 3220, 3554, 4997 & Muslim, no. 2308).[2]
Apa Saja Amalan Selain Puasa?
Selain berpuasa, amalan yang dianjurkan di bulan Ramadhan adalah membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sehingga dengan banyak membaca Al-Qur’an, mengamalkan dan mempelajarinya akan menambah pahala yang berlipat ganda.
Setelah membaca Al-Qur’an, amalan yang biasa kita lakukan dan bisa diikuti oleh setiap insan adalah shalat tarawih. Shalat tarawih merupakan shalat yang dilakukan Rasûlullâh ﷺ di bulan Ramadhan dengan jumlah sebelas raka’at seperti yang termaktub pada hadits Rasûlullâh ﷺ yang yang dijadikan dasar shalat tarawih.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Âisyah x berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ -وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ- إِلَى الْفَجْرِ، إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ،
“Rasûlullâh ﷺ pernah shalat antara waktu setelah shalat isya’ (yang biasa disebut ‘atamah) hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap dua rakaat beliau salam, dan beliau juga melakukan witir satu rakaat.” (HR. Muslim No. 736).[3]
Meskipun dalam hadits tersebut tidak tertulis nama dari shalat tarawih, ada riwayat lain dari Âisyah x yang menyebutkan empat rakaat sekali salam, setiap dapat empat rakaat Rasûlullâh istirahat. Dari sinilah yang kemudian menjadikan shalat di malam Ramadhan ini disebut dengan shalat tarawih.[4]
Selain amalan-amalan yang telah disebutkan, kita juga dianjurkan untuk menghidupkan malam-malam terakhir pada bulan Ramadhan, terkhusus dalam rangka mencari lailatul qadr, yang mana pada malam itu semua pahala ibadah akan dilipat gandakan oleh Allâh ﷻ. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan at Tirmidzi dari Aisyah x, bahwa ia berkata
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Nabi ﷺ melakukan i’tikaf pada sepuluh akhir di bulan Ramadhan dan bersabda: “Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan”.[5]
Dengan memahami keutamaan bulan Ramadhan dan mengamalkan sunnah dari Rasûlullâh ﷺ, semoga kita dapat meraih keberkahan, ampunan, dan Ridha dari Allâh ﷻ. Semoga di bulan Ramadhan ini menjadi momen yang baik bagi kita dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Âmîn.
Maraji’ :
* Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia
[1] Mgr Sinomba Rambe, Jannatul Husna, Waharjani. “Hukum Mengamalkan Hadist Dhaif Dalam Fadhail A’mal” dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol.10 No.02, Tahun 2022. h.267]
[2] Lukman A. Irfan. Sekolah Ramadhan. Yogyakarta: Dewan Masjid Indonesia Kapanewon Berbah Sleman DIY. 2021 M. Cet.k-1. h. 44
[3] Firanda Andirja. “Jumlah Rakaat Shalat Tarawih”. https://bekalislam.firanda.com/?p=10610. Diakses pada 23 Februari 2025.
[4] H.Rajab. Fikih Ramadhan Perspektif Hadis. Surabaya: Pustaka Aksara. 2022 M. Cet.k-1. h.12
[5] Al-Manhaj. “Hadits Shahih Tentang I’tikaf Rasulullah”. https://almanhaj.or.id/55012-hadits-shahih-tentang-itikaf-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html. Diakses pada 23 Februari 2025.