Tugas Manusia di Bumi

Tugas Manusia di Bumi 

Despan Heryansyah*

 

Tujuan Menciptakan Manusia

Penulis ingin memulai tulisan ini dengan mengajukan sebuah pertanyaan klasik yang cukup menarik, untuk mengingatkan perjalanan hidup kita semua. Pertanyaan ini penting untuk selalu mengingatkan kita agar tidak terlalu jauh bertindak dan mengambil tindakan, yaitu sebetulnya untuk apa atau apa tujuan Allâh, Tuhan Yang Esa, menciptakan manusia di bumi ini? Apakah hanya untuk beribadah, berpuasa, shalat, sedekah, atau yang lainnya?[1]

Untuk menjawab pertanyaan ini, Allâh ﷻ sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan manusia hidup di muka bumi ini. Allâh ﷻ berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Tugas Manusia Diciptakan

Sedangkan tugas manusia diciptakan adalah sebagai khalifah (الخليفة). Allâh ﷻ menjelaskannya dalam surah Al-Baqarah ayat 30,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Kalau melihat ayat di atas, maka salah satu tugas manusia adalah sebagai khalifah (الخليفة). Makna dari khalifah adalah penerus bagi para pendahulu (malaikat), dan yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini adalah Nabi Adam o. Kalimat ini ditujukan oleh Allâh ﷻ kepada pada malaikat bukan bertujuan untuk bermusyawarah atau meminta pendapat akan tetapi untuk mengeluarkan apa yang ada dalam diri mereka.[2]

Dalam terminologi yang lain khalifah itu adalah menjaga, memelihara, membimbing, mengantar semua ciptaan tuhan menuju tujuan penciptaannya.[3] Lalu apa tugas manusia sebagai khalifah itu?[4]

Allâh ﷻ menjawabnya dalam surah Hûd ayat 61,

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

“Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Shalih. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hûd [11]: 61).

Satu kalimat yang penulis ingin garis bawahi dari ayat di atas, yaitu “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya”

Jadi tugas manusia sebagai khalifah itu adalah dengan memakmurkan bumi beserta isinya, memakmurkannya dengan cara memelihara apa yang ada dimuka bumi ini dengan baik termasuk membangun peradaban dimuka bumi. Maka tugas utama manusia ini adalah membangun bumi, membangun peradaban di muka bumi, bukan sekedar shalat, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya.

Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar

Shalat itu cara yang membentengi manusia supaya dalam kegiatannya membangun bumi tidak melenceng, itu sebabnya Allâh ﷻ firmankan,

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut [29]: 45).

Dengan tegas bahwa shalat itu menghalangi manusia melakukan perbuatan keji dan munkar, melakukan dosa. Maka shalat adalah sebagai kunci bukan sebagai tujuan akhir. Begitu juga dengan zakat, bukan sebagai tujuan akhir tapi karena ada keharusan bekerja maka zakat adalah untuk mensucikan hasil kerja itu.

Jadi kita bisa ibaratkan ada tujuan dekat dan ada tujuan jauh, sama seperti halnya orang yang bermain bola itu berlomba-lomba untuk mencetak goal, tapi mencetak gol itu sendiri bukanlah tujuan bermain bola, tujuan main bola adalah untuk memenangkan setiap pertandingan. Tujuan akhir kita adalah membangun peradaban di muka bumi, tetapi juga harus shalat, harus puasa, harus zakat dan kewajiban lainnya, untuk apa? Kunci untuk mencapai tujuan akhir itu, jadi jangan berhenti disana, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun peradaban di muka bumi, yang itu nilainya juga sebagai ibadah.

Ibadah Tidak Sekedar Ritual

Pesan menarik dari pandangan di atas bahwa kesalahan kebanyakan kita selama ini adalah menganggap ibadah itu hanya sebagai ibadah ritual semata, padahal sebenarnya ibadah itu sebagaimana yang disebutkan Syaikhul Islam,

الْعِبَادَة هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ

“Ibadah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan, atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.”[5]

ibadah itu adalah semua kegiatan yang direstui agama dalam konteks membangun bumi, membangun peradaban dimuka bumi.

Jadi kalau ada seorang driver grab yang tidak bisa shalat sunnah atau puasa sunnah, tidak perlu bersedih karena bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga adalah kewajiban dan merupakan ibadah. Seseorang yang bekerja di sawah, perkebunan, perpustakaan, rumah sakit, dan seorang juru parkir yang bekerja untuk menghidupi keluarganya itu juga adalah dalam konteks membangun peradaban di bumi sehingga ia adalah ibadah.

Bahkan, ada ilustrasi yang menarik dari Quraish Shihab, ia mengatakan begini jika ada seorang karyawan yang dalam keadaan normal lalu bangun tengah malam dan shalat tahajjud, lalu besok paginya ia malas pergi kekantor untuk bekerja, padahal bekerja adalah kewajiban bagi dirinya, maka ia telah berdosa.[6]

Sekali lagi bekerja, membangun bumi, membangun peradaban, membangun keindahan, dan membangun kemakmuran adalah tugas manusia di muka bumi, yang dinilai sebagai ibadah yang utama oleh Allah dan rasulnya. Selain dilarang menyempitkan makna ibadah, kita juga tidak boleh dengan mudah menjustifikasi apa yang dilakukan oleh orang lain, terlebih merasa diri lebih baik dari pada dia.

Maraji’ :

* Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

[1] Sofyan Anwar Mufid, Ekologi Manusia. Bandung : Remaja Roesdakarya, 2010.

[2] https://tafsirweb.com/290-surat-al-baqarah-ayat-30.html.

[3] Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur,an; Kajian Tematik Ayat-ayat Hukum dalam Al Qur‟an, Jakarta, Penamadani, 2005, h. 121.

[4] Bandingkan Watsiqotul, sunardi, leo Agung, Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah Di Muka Bumi Perspektif Ekologis Dalam Ajaran Islam, Jurnal Penelitian, Vol. 12, No. 2, Agustus 2018, h. 360.

[5] Syaihul Islam Ibnu Taimiyah. al-Ubudiyah, h. 2.

[6] M. Quraish Shihab, Khalifah; Peran Manusia di Bumi, Cetakan Pertama, Tangerang: PT Lentera Hati, 2020.

Download Buletin klik di sini