Pemuda Muslim Masa Depan Islam

Pemuda Muslim Masa Depan Islam

Anwaruddin Ridho Novianto*

 

Peran Pemuda

Kita sebagai pemuda merupakan bagian penting dari suatu bangsa, negara, dan agama. Kita adalah generasi yang akan melanjutkan peradaban, menciptakan perubahan, dan menciptakan masa depan hingga akhir zaman. Jika kita melihat masa lalu, pemuda-pemuda pada zaman Rasulullah ﷺ telah mengambil peran besar dalam perkembangan Islam seperti Usamah bin Zaid seorang panglima perang, Zaid bin Tsabit penulis wahyu sekaligus penerjemah Rasulullah ﷺ dalam dakwah, dan lain-lain. Adapun setelah masa Rasulullah ﷺ kita memiliki sosok Muhammad Al Fatih yang pada umur 22 tahun dapat menaklukkan Konstantinopel dan secara tidak langsung mengubah sejarah dunia.[1]

Namun pada masa sekarang ini yang sangat dinamis, sulit sekali untuk membangkitkan semangat juang dan belajar yang sama seperti para pendahulu kita. Kurangnya mempelajari mendalami al Qur’an dan Sunnah yang menjadi penuntun umat muslim terhindar dari api neraka menjadi salah satu faktornya. Kita lebih memilih berselancar di media sosial, melihat tontonan yang kurang mendidik, bahkan meniru perilaku tidak senada syariat dengan alasan viral atau mengikuti tren.

Dalam hal perilaku, tata krama dan sopan santun menjadi sesuatu yang kurang diperhatikan seperti kurang menghormati orang tua, tidak sopan, dan sering berkata kasar atau jorok. Salah satu faktor pendorong krisis moral pemuda yaitu dipengaruhi oleh globalisasi yang membawa berbagai ideologi, pemikiran, budaya, dan teknologi ke masyarakat kita.[2]

Sosok Pemuda Muslim dalam Al-Qur’an

Pemuda sebagai salah satu bagian dari masyarakat dunia tidak bisa menghindari atau menghentikan globalisasi. Hal yang dapat dilakukan oleh kita yaitu memilih dan memilah apa saja yang bisa dimanfaatkan dan membuang apa saja yang tidak sesuai dengan nilai, norma, dan ajaran Islam. Dalam pandangan Islam, pemuda yang baik adalah yang berkarakter Asbabul Kahfi dan beriman. Pemuda dengan Ashbabul Kahfi akan mendapat kemuliaan di hadapan Allah ﷻ. Dikisahkan di dalam al-Qur’an surat ke-18 sekelompok pemuda yang disebut Ashabul Kahfii menghindari kezaliman penguasa demi mempertahankan akidah kepada Allah ﷻ. Mereka dipaksa untuk menyembah kepercayaan sang raja dan meninggalkan agama Allah ﷻ. Mereka menolak lalu bersembunyi di dalam gua seraya berdoa kepada Allah ﷻ yang tercatat dalam surah Al-Kahfi ayat 10. Allah ﷻ berfirman,

إِذ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al-Kahfi [18]: 10).

Kemudian Allah ﷻ buat mereka tertidur selama bertahun-tahun agar mereka terhindar dari bahaya dan keimanan mereka tetap terjaga. Kemudian Allah ﷻ bangunkan mereka dan menguji mereka untuk mencari tahu berapa lama mereka tertidur sebagaimana tercantum surah Al-Kahfi Al-Kahfi ayat 12. Allah ﷻ berfirman,

ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا

Kemudian Kami bangkitkan mereka (dari tidurnya) untuk Kami menguji siapakah dari dua golongan di antara mereka yang lebih tepat kiraannya, tentang lamanya mereka hidup (dalam gua itu).” (QS. Al-Kahfi [18]: 12).

Saat mereka terbangun, kondisi sudah berubah yaitu tempat mereka sekarang sudah memeluk agama Allah dan mereka terbebas dari ancaman. Allah ﷻ menghendaki mereka selamat maka selamatlah jiwa dan keimanan mereka.[3]

Pelajaran Kisah Pemuda dalam Al Qur’an

Allah ﷻ menceritakan kisah Ashbabul Kahfi karena mereka merupakan pemuda terbaik pada masanya yang dapat dijadikan teladan bagi generasi muda berikutnya. Nilai penting yang dapat diambil adalah selalu beriman kepada Allah ﷻ dan berpegang teguh dengan apa yang mereka yakini. Mereka tidak menjadikan masa muda mereka untuk berfoya-foya melakukan hal yang sia-sia dan mendedikasikan masa muda mereka untuk beribadah. Nilai  keyakinan dan keimanan Ashbabul Kahfi yaitu memiliki keyakinan bahwa kita akan selalu merasa diawasi maka kita akan merasa malu untuk bermaksiat [4].

Karakter pemuda baik berikutnya yaitu pemuda yang mau dan berusaha menjadi pribadi yang baik tiap harinya secara konsisten dengan semangat istiqomah. Untuk menjadi pribadi pemuda yang lebih baik dengan selalu mempelajari dan mendalami al-Qur’an dan Sunnah serta mengamalkannya. Selain itu, pemuda juga harus aktif dan produktif dalam menjalankan perintah Allah. Arti dari aktif dan produktif yaitu melakukan kebaikan untuk dirinya dan mengajak kebaikan kepada orang lain. Kita sebagai pemuda juga harus bisa bekerja sama dalam kebaikan dan solutif memecahkan masalah dengan ilmu yang dimilikinya.

Peningkatan moral pemuda muslim dapat ditingkatkan juga dengan lingkungan yang mendukung. Lingkungan disekitarnya juga dapat membantu membentuk karakter pemuda muslim itu sendiri, terutama dari orang tua. Allah ﷻ memberikan petunjuk mengenai sikap keteladanan orang tua dalam mendidik anak-anaknya melalui penggambaran Luqman, seorang figur ayah yang bijaksana[5].

Kisah Luqman disebutkan dalam al-Qur’an surah Luqman ayat 13, ia mewasiatkan kepada anaknya untuk mendirikan shalat, mengajak mengerjakan kebaikan, mencegah kemungkaran, bersabar  jika diberi ujian, dan menjauhi sikap angkuh serta sombong. Dari kisah Luqman, kita mengetahui bahwa karakter pemuda di masyarakat tidak lepas dari didikan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Madrasah pertama yang didapat oleh tiap anak berasal dari orang tuanya sehingga kebijaksanaan, pendidikan, dan pelajaran diberikan sepatutnya selaras dan sesuai syariat Islam. Berproses menjadi pemuda muslim yang lebih baik merupakan proses yang memerlukan waktu, kesabaran, dan konsistensi. Dengan dorongan dari internal dan eksternal, atas izin Allah ﷻ, akan ada selalu pemuda muslim masa depan islam yang mengamalkan syariat di tengah dinamika globalisasi. Wa Allâhu a’lam.

* Tendik Fakultas Bisnis dan Ekonomika.

Maraji’ :

[1] Humas SMA IT Ar Raihan, “Menjadi Pemuda Kebanggaan Rasulullah ”, https://smait.arraihan.org/menjadi-pemuda-kebanggaan-rasulullah-saw/. Diakses pada 26 Agustus 2024.

[2] Indriana Wijayanti, “Kemerosotan Nilai Moral yang Terjadi Pada Generasi Muda di Era Modern

[3] Abdul Manap, “Tidur Bertahun-tahun, Berikut Hikmah dan Teladan Kisah Pemuda Ashabul Kahfi”, https://jabar.nu.or.id/hikmah/tidur-bertahun-tahun-berikut-hikmah-dan-teladan-kisah-pemuda-ashabul-kahfi-bIOq8#. Diakses pada 26 Agustus 2024.

[4] AWP, “Pemuda Salah Satu Kunci Kesuksesan Bangsa”, https://www.uii.ac.id/pemuda-salah-satu-kunci-kesuksesan-bangsa/.  Diakses pada 26 Agustus 2024).

[5] Misbahul Wani. “Pemuda dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah: Pemuda Islam yang Berkualitas Tidak Lepas dari Pendidikan Orang Tua yang Totalitas” dalam Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits, Volume 13, No. 1 Juni Tahun 2019. h.71 – 94.

Download Buletin klik di sini