Perempuan sebagai Madrasahtul ‘Ula
Perempuan sebagai Madrasahtul ‘Ula
Annas Hanifan Fitriansyah*
Perempuan adalah tombak bagi cemerlangnya generasi penerus yang akan datang, tidak heran jika kita pernah mendengar bahwa, kalau ingin menghancurkan suatu kaum maka hancurkan perempuannya dulu, begitu juga jika ingin membangun kehidupan yang cemerlang atau cerdas, maka bangunan itu bermula dari seorang perempuan. Yang biasa kita sebut dengan kata ibu. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kodrat seorang perempuan adalah hamil, melahirkan dan menyusui. Tetapi bukan hanya itu, bagi seorang anak yang baru lahir di dunia tentu belum bisa melakukan apa-apa, layaknya seorang bayi yang Allāh ﷻ titipkan kepada orang tua untuk diasuhnya. Perkembangan dan pertumbuhan serta pengetahuan yang diperolehnya yang menentukan kehidupannya nanti.
Seseorang yang paling kuat di muka bumi inipun terlahir dari seorang rahim perempuan. Jika sebelumnya perempuan dianggap sebagai seseorang yang lemah maka itu salah. Sosok yang kita panggil sebagai seorang ibu itu senantiasa untuk selalu dihormati dan berbakti kepadanya. karena kasih sayang seorang ibu itu jumlahnya tidak terbatas tak bisa kita balas dengan apapun itu, Sosok malaikat yang mengandung dan menyusui kita adalah seseorang yang berhati malaikat.[1]
Oleh karena itu, jagalah kita dari hal-hal yang membuat hati ibu kita sakit. Ada kalanya jika kalian menemui sesuatu yang membuat kalian sakit hati oleh ibumu sendiri atau perbedaan pendapat atau menurut kalian ibu kalian kurang adanya pengetahuan sehingga berselisih dan membuat kalian marah, maka sabarlah dan tetap berkata tutur yang baik-baik karena jika bukan karena beliau kita tidak bisa apa-apa dan tidak tahu akan sesuatu itu. Maka dengan hal tersebut lebih baik diam atau mencoba pelan-pelan untuk berbicara dengannya sebab kita tidak tahu bagaimana beratnya bagi mereka dan entah apa mimpi-mimpi mereka yang belum terwujud demi untuk kita sendiri.
Allāh ﷻ berfirman,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engaku mengatakan kepada keduannya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS. Al-Isra’ [17]: 23)
Madrasah Pertama Seorang Anak
Madrasah berasal dari bahasa Arab yang berarti sekolah. Sedangkan madrasah pertama bagi seorang anak adalah di rumah yang mana guru atau pendidik dalam sekolah tersebut adalah orangtuanya. Ibu adalah madrasah yang pertama, jika kamu menyiapkannya, berarti kamu menyiapkan lahirnya sebuah generasi yang baik budi pekertinya.[2]
Jika pendidikan anak di lingkungan keluarganya dilakukan dengan baik, maka tumbuh kembang anak akan optimal dan dapat melahirkan generasi berkualitas. Ketahuilah, bahwa setiap anak memiliki sifat yang berbeda-beda oleh karena itu jangan pernah membandingkan anak satu dengan yang lainnya hal itu akan berdampak buruk pada kondisi anak.
Anak adalah Cerminan Orang Tua
Mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama kedua orang tua yang menjadi prioritas utama yang sangat penting diantara urusan yang lainnya. Jika anak dididik dengan baik, penuh kasih sayang, dan diberikan contoh yang positif, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang baik, saleh/salehah, dan akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Begitu juga sebaliknya, jika anak dididik dalam lingkungan keluarga yang keras dan penuh kekerasan, maka anak akan memiliki sifat apa yang ia alami dalam kehidupannya.
Anak-anak memiliki sifat peniru ulang, mereka akan meniru serta belajar dari apa yang ada disekitarnya, karena mereka berfikir bahwa apa yang dilakukan orang lain adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dengan begitu keteladanan dari kedua orangtua menjadi sangat penting, termasuk perkembangan moral bagi anak,[3] karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama orangtuanya, mereka akan menganggap setiap perilaku orangtua menjadi role model atau sosok peran yang mereka hormati dan sayangi sehingga akan menjadi contoh dan panutan baginya seperti sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.
Peran Ibu Bagi Anaknya
Kita sebagai Perempuan Muslimah memiliki peran yang sangat besar sebagai seorang ibu dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anaknya, ibu mempunyai tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya terutama dalam hal membentuk pribadi dan karakternya, karena anak merupakan amanah dan anugerah yang diberikan oleh Allāh ﷻ, sehingga apapun yang ibu lakukan terhadap anaknya, maka akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Seperti yang pernah disinggung sebelumnya bahwa orang tua adalah peniru bagi anaknya, namun bagi seorang ibu itu memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan seorang ayah dalam memberikan bekal pendidikan dan pengetahuan, karena ibu dan anak memiliki suatu keterikatan batin yang bahkan sudah ada sejak dalam kandungan, sehingga anak merasakan kedekatan dan kepercayaan khusus kepada seorang ibu. Untuk itu kualitas yang dimiliki seorang ibu dalam Pendidikan dan pengetahuan sangat berpengaruh dalam pembentukan yang diajarkan kepada anaknya. Terutama dalam membangun karakter anak yang dapat kita lihat dalam nilai-nilai ajaran Agama bahwa seorang ibu dapat mengajarkan anaknya untuk memiliki sikap yang moderat (at-tawassuth), seimbang dalam segala hal (at-tawazun), berani menegakkan keadilan (al-itidal), dan toleransi (at-tasamuh) dalam melaksanakan kebaikan dan mencegah keburukan (amar ma’ruf nahi munkar).[4]
* Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
Maraji’ :
[1] Nu Online Jateng, “Ibu Sebagai Madrasah Pertama”, dikutip dari https://jateng.nu.or.id/opini/ibu-sebagai-madrasah-pertama-Uwg0s diakses pada tanggal 15 Maret 2025
[2] Moh. Rivaldi Abdul, “Ibu Sebagai Madrasah Bagi Anaknya: Pemikiran Pendidikan R.A. Kartini,” Journal of Islamic Education Policy 5, no. 2 (2020): 1350, https://doi.org/10.30984/jiep.v5i2.1350
[3] Fitri Nuraeni dan Maesaroh Lubis, “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha 10, no. 1 (2022): 45–56, https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/46054.
[4] Direktur Bima KUA dan Keluarga Sakinah. Fondasi Keluarga Sakinah Bacaan Mandiri Calon Pengantin. Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah.2017