Anakmu juga Butuh Kasih Sayangmu

Anakmu juga Butuh Kasih Sayangmu

Nur Laelatul Qodariyah*

 

Sahabat ar Rasikh yang diberkahi Allāh ﷻ, anak merupakan salah satu berkah yang diberikan Allāh ﷻ, kepada sesiapa yang dikehendakinya. Anak juga bukan ajang untuk dijadikan alat investasi di hari tua atau bisa kita sebut di zaman modern ini adalah generasi sandwich. Berbakti kepada orang tua itu memang wajib, bukan berarti sebagai anak lupa akan jasa orang tua yang telah merawat kita.

Anak Butuh Kasih Sayang

Anak juga membutuhkan kasih sayang terhadap kedua orang tuanya, kadang anak hanya disuruh meminta maaf kepada orang tua tetapi orang tua tidak pernah meminta maaf atau mengajarkan kenapa kita harus saling meminta maaf ketika salah. Hal ini sangat penting sekali sebagai orang tua, karena jika di posisi tersebut anak akan merasa dirinya tertekan dan merasa rendah-serendahnya bentakannya akan serasa ancaman baginya, padahal mungkin niatnya baik. Karena sikap orang tua adalah cerminan terhadap anaknya kelak.

Islam tidak memisahkan antara pendidikan dan kasih sayang. Bahkan kasih sayang adalah pilar utama dalam tarbiyah (pendidikan). Anak-anak akan lebih mudah menerima nasihat, disiplin, dan nilai-nilai agama bila dibalut dengan cinta bukan amarah.

Bagaimana Rasūlullāh ﷺ mengasuh dua anak kecil, Usamah bin Zaid dan Al-Hasan bin Ali dengan asuhan cinta. Dari Usamah bin Zaid dari Nabi ﷺ bahwa beliau memeluk dirinya dan Al-Hasan lalu bersabda,

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا أَوْ كَمَا قَال

“Ya Allah, sungguh aku mencintai keduanya maka itu cintailah keduanya”, atau sebagaimana beliau sabdakan” (HR. Al-Bukhari).[1]

Anakmu juga butuh kasih sayang, tidak terlepas dari sibuknya urusan pekerjaan sehingga kurangnya kasih sayang anak kepada orang tuanya, kadang orang tua yang berada di rumah pun lupa bagaimana cara memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Untuk bisa mendidik dan memberikan kasih sayang pada anak tidak cukup dengan kehadiran fisik orang tua. Tetapi dengan adanya hadirnya fisik tersebut kemudian didukung oleh kedekatan dan kehangatan dalam keluarga bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang yang dalam kepada anak.[2]

Kadang bentakan atau nasihat yang dilontarkan orang tua kepada anak membuat anak merasa itu adalah sesuatu yang menakutkan jika dilakukan, memang baik tujuan dari nasihat tersebut, tetapi malah hal itu membuat mental anak menjadi lemah dan kurang percaya diri. Sebagai orang tua memberikan edukasi selembut-lembutnya adalah cara yang baik untuk diajarkan. Jika anak salah jangan membuat anak itu semakin bersalah dengan rasa amarah atau bentakan, tetapi gunakan kajadian tersebut dengan berdialog dan menjelaskan akibat dan sebab tanpa harus menggurui anak tersebut.

Jangan sampai anak kita sendiri curhat kepada orang lain tetapi sangat tertutup dengan kita sebagai orang tua, itu sangat berbahaya sekali. Kita sebagai orang tua harusnya memberikan rasa aman, ketika ada sesuatu kejadian dan bisa terbuka satu sama lainnya. Itulah yang membuka rasa kasih dan sayang terhadap orang tua dan anak.

Memberi Kasih Sayang Tanpa Syarat

Rasūlullāh ﷺ, memerintahkan kepada orang tua untuk menjadi suri teladan dengan bersikap baik dan berperilaku jujur kepada anak. Apabila anak-anak melihat kedua orangtuannya bersikap jujur maka anak akan tumbuh dengan kejujuran dan seterusnya. Dan kemudian anak-anak akan bertanya jika orang tua melakukan sesuatu alasan dan sebab, itu semua karena proses dari pertumbuhan anak-anak.

Begitu pula jika orang tua melaksanakan salat-salat sunnah dan mematuhi sunnah-sunnah Rasūlullāh ﷺ. Menurut Marhijanto (1998), anak akan menjadi saleh jika yang membesarkannya juga saleh, apapun perkembangan anak, anak-anak dipengaruhi oleh tingkah laku kedua orang tua dalam keluarga. Jika ayah dan ibu sering berbicara kotor maka anakpun akan mudah berkata kotor.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasūlullāh ﷺ bersabda,

عَلِّمُوا، وَيَسِّرُوا، وَلَا تُعَسِّرُوا، وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ.

Ajarilah, permudahlah, jangan engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan kau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya diam.” (HR. Ahmad, hasan lighairihi).[3]

Dari hadits diatas dapat memberikan kita pelajaran bahwa, setiap ancaman, gertakan, amarah tidak selalu berdampak baik pada perkembangan anak, semakin sering menggunakan metode itu anak akan semakin tertekan.

Daripada membentak beritahu dengan selembut-lembutnya, arahkan anakmu karena dia samasekali tidak tahu dengan apa yang dilakukannya. Kelola emosinya beritahu kenapa melakukan ini tidak boleh. Namun jangan pernah mengancamnya dan membuat dia takut tanpa kecuali jika sudah diberitahu berkali-kali itupun kurang pas jika mengancam seorang anak kecil yang belum tahu apapun tentang dunia ini.

Memberi Waktu Yang Tepat dalam Melakukan Pengarahan

Kedua orang tua harus memastikan waktu yang tepat untuk memberi pengarahan dan pengertian kepada anak, karena waktu yang tidak tepat dalam memberikan pengarahan maka akan menjadi angin belaka yang tidak akan dicerna anak-anak. Contoh simpelnya jangan memberikan nasihat kepada anak yang marah, karena yang mereka butuhkan bukan nasihat atau arahan namun pengertian dalam kondisi tersebut anak tidak akan pernah menerima nasihat kita dan akan jadi sia-sia dan akibatnya malah diluar ekspektasi kita sebagai orang tua. Rasūlullāh ﷺ mempersembahkan kepada kita ketiga waktu yang cocok untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak;[4] yaitu Dalam perjalanan, waktu makan, waktu anak sakit.

Bersikap Adil Terhadap Anak-Anak

Kadang-kadang anak merasa dirinya tidak disayang lebih daripada saudaranya, dengan hal ini orangtua harus konsisten dan adil dalam memberikan sesuatu kepada anak-anaknya entah itu perhatian atau lain-lainnya, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap bakti dan ketaatan anak kepada orangtuanya. Rasūlullāh ﷺ, sendiri melarang keras kepada orangtua yang tidak adil kepada anak-anaknya itu. oleh sebab itu tidak ada hentinya belajar walaupun sudah memiliki anak, jangan pernah merasa dewasa karena sudah memiliki anak sehingga apapun yang dilakukan terasa benar. Tapi belajarlah sampai kamu tau betapa pentingya memiliki anak telah terpenuhi kasih sayangnya terhadap orangtuanya.

* Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Maraji’ :

[1] Sa’id Abu Ukkasyah (2016) “Sepuluh Bahasa Cinta dalam Mendidik Anak.” https://muslim.or.id/29129-sepuluh-bahasa-cinta-dalam-mendidik-anak-4.html. Diakses pada 23 Juni 2025.

[2] Tim siap nikah, “ Ingat! Bukan Cuma Materi, Anak Juga Butuh Kasih Sayang” dikutip dari siapnikah.org diakses pada tanggal 23 Juni 2025

[3] Herawati, Kamisah, “Mendidik Anak Ala Rasulullah (Propethic Parenting)”, Journal of Education Science (JES)

[4] Herawati, Kamisah, “Mendidik Anak Ala Rasulullah. h. 36.

Download Buletin klik di sini