Ujian Hidup Itu Pasti Ada

Ujian Hidup Itu Pasti Ada

Much Diki Mualimin*

 

Manusia di dunia ini tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya ujian, karena setiap orang yang hidup pasti pernah merasakan ujian atau cobaan, sebagaimana Allâh ﷻ berfirman:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”. (QS.  Al Ankabut [29]: 2)

Kemudian Allâh ﷻ melanjutkan firmanNya,

وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.  (QS. Al Ankabut [29]: 3)

Hikmahnya akan terlihat mana orang-orang yang bersungguh-sungguh menjalankan keimanannya dan mana orang yang hanya berlagak beriman.[1]

Ujian adalah Sunnatullah

Cobaan dan ujian merupakan suatu hal yang sudah menjadi Sunnatullah di kehidupan ini, Allâh ﷻ berfiman:

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِى كَبَدٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS. Al Balad [90]: 4)

Oleh karena itu, di kehidupan dunia ini tidak ada yang namanya kebahagiaan yang bertahan lama, kebahagiaan yang kekal hakikatnya hanya bisa didapat ketika di surga kelak.

Adapun ujian atau cobaan itu dapat menimpa siapapun manusianya baik yang mukmin maupun yang kafir. Adapun bagi seorang mukmin akan mendapatkan kabar gembira yang tidak didapatkan oleh orang kafir. Allâh ﷻ berfirman:

وَلَا تَهِنُوا۟ فِى ٱبْتِغَآءِ ٱلْقَوْمِ ۖ إِن تَكُونُوا۟ تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa [3]: 104).

Ayat diatas menerangkan antara mukmin dan kafir pasti akan sama-sama merasakan ujian, ketika mukmin memiliki masalah maka kafir juga pernah mengalami masalah, ketika mukmin sakit maka orang kafir juga sakit, dan sebagainya. Disinilah letak perbedaannya ujian antara mukmin dengan kafir yakni, mukmin tidak perlu merasa lemah adanya ujian tersebut karena seorang mukmin akan teristimewakan dengan diberikan ganjaran yang ada di sisi Allâh ﷻ, sedangkan orang-orang kafir mereka tidak mendapatkan ganjaran samasekali.[2]

Disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah zdari Nabi ﷺ bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

“Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya”. (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573)[3]

Dari Abu Hurairah h, ia berkata. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة

“Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahan pun”. (Isnadnya Hasan, At-Tirmidzy, no. 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby)[4]

Kiat Menghadapi Ujian

Adapun kiat yang tepat yang bisa dilakukan dalam menghadapi ujian atau cobaan yang dialami oleh seorang Muslim kuncinya adalah ketaqwaan kepada Allâh ﷻ, yakni mentaati perintah Allah serta menjauhi apapun yang dilarang Allah dengan menjaga diri dari perbuatan yang bisa membawa kepada hukumanNya. Adapun sikap yang menunjukkan ketakwaan ketika menghadapi ujian diantaranya bersabar, tawakal, dan menerima dengan lapang dada atas ketetapan Allâh ﷻ sehingga seseorang tidak akan mengeluh dan stres ketika sedang dilanda cobaan.

Allâh ﷻ berfiman:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS.  At Taghabun [64]: 11).

Imam Ibnu Katsir r menjelaskan maknanya,

“Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh ﷻ, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh ﷻ tersebut, maka Allâh ﷻ akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh ﷻ akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya”.[5]

Kisah Yang Patut Direnungkan  

Dari Ibnu ‘Abbas k menceritakan, seorang wanita berkulit hitam mendatangi Rasûlullâh ﷺ sembari berkata, “Aku terkena penyakit gila (ayan). Aku khawatir auratku tersingkap karenanya. Tolong berdoalah untuk kebaikanku.”

Rasûlullâh ﷺ (kala itu) menjawab, “Kalau engkau mau, bersabarlah saja (dengan penyakit itu), maka engkau akan memperoleh surga. Kalau tidak, aku akan berdoa kepada Allâh ﷻ supaya menyembuhkanmu”.

Ia menyahut, “Saya mau bersabar saja. (Tetapi) aku khawatir auratku terlihat (oleh manusia). Karena itu, berdoalah kepada Allâh ﷻ supaya auratku tidak tersingkap,” Kemudian Rasûlullâh ﷺ berdoa untuk memenuhi permintaan yang ia perlukan itu. (HR. al-Bukhari, no. 5652. Lihat Fat-hul-Bari, 13/23)[6]

Kalimat penutup, prinsip yang mestinya dimiliki oleh seorang Muslim adalah yang namanya hidup pasti tidak lepas dari ujian. Ketika seorang hamba diuji oleh Allâh ﷻ kemudian mengimani akan ujian tersebut, maka ujian itu tidak akan disia-siakan oleh Allâh ﷻ, mukmin akan diampuni dosa-dosanya atau setidaknya dia akan mendapat kabar gembira lainnya.

Sebagaimana Allâh ﷻ berfriman:

وَٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِٱلْحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عُقْبَى ٱلدَّارِ. جَنَّٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوَٰجِهِمْ وَذُرِّيَّٰتِهِمْ ۖ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ. سَلَٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى ٱلدَّارِ.

“Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu ; (sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’d [13]: 22-24).

* Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam UII

Maraji’ :

[1] Tafsir Ibnu Katsir, 4/263, Tahqiq Sami bin Muhammad as-Salamah, cet. III Daar Thaybah, th. 1426 H.

Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas. “Dunia Ini Adalah Tempat Cobaan Dan Ujian”. https://almanhaj.or.id/15047-dunia-ini-adalah-tempat-cobaan-dan-ujian1.html#_ftn10. Diakses pada 18 Mei 2025

[2] Ighâtsatul Lahfân, hal. 421-422 – Mawâridul Amân. Abdullah Taslim, Lc., MA. “Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah”. https://muslim.or.id/5026-sikap-seorang-muslim-dalam-menghadapi-musibah.html. Diakses pada 18 Mei 2025

Copyright © 2025 muslim.or.id

[3] Mahful Safarudin, Lc. “Duri pun Jadi Penggugur Dosamu – Seri 40 Hadits Tentang Musibah dan Cobaan”. https://pesantrenalirsyad.org/duri-pun-jadi-penggugur-dosamu-seri-40-hadits-tentang-musibah-dan-cobaan-6-40/. Diakses pada 18 Mei 2025

[4] Majdi As-Sayyid Ibrahim. “Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan”.

https://almanhaj.or.id/222-keutamaan-sabar-menghadapi-cobaan.html#_ftnref5. Diakses pada 18 Mei 2025

[5] Tafsir Ibnu Katsir, 8/137. Abdullah Taslim, Lc., MA. “Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah”. Sumber: https://muslim.or.id/5026-sikap-seorang-muslim-dalam-menghadapi-musibah.html. Diakses pada 18 Mei 2025

[6] Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XI/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta. “Ummu Zufar al-Habasyiyyah Radhiyallahu Anhuma ; Ia Meraih Jannah Dengan Kesabaran”. https://almanhaj.or.id/3109-ummu-zufar-al-habasyiyyah-radhiyallahu-anhuma-ia-meraih-jannah-dengan-kesabaran.html. Diakses pada 18 Mei 2025

Download Buletin klik di sini