Saat Dunia Tak Adil, Allâh Siapkan Akhirat

Saat Dunia Tak Adil, Allâh Siapkan Akhirat

Muhammad Ardan Halim*

 

Hari ini kita hidup di tengah hiruk pikuk negeri yang terasa makin berat. Berita tentang korupsi, hukum yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, janji-janji pemimpin yang diingkari, sampai suara rakyat yang sering diabaikan semua membuat kita merasa dunia ini tidak adil.

Kenapa yang salah justru bebas melenggang, sementara yang jujur sering terhimpit? Kenapa keadilan terasa seperti barang mahal yang sulit dijangkau? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang kerap muncul di benak.

Namun, dalam semua kegelisahan itu, ada satu hal yang pasti Allâh tidak pernah lalai. Ketidakadilan dunia hanya sementara, karena keadilan sejati telah Allâh siapkan di akhirat kelak.

Allāh ﷻ berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

“Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.” (QS. Ibrāhīm [14]: 42)

Dunia Tempat Ujian, Bukan Tempat Balasan

Ketidakadilan yang kita saksikan sejatinya adalah bagian dari ujian hidup. Dunia bukanlah tempat balasan akhir, melainkan untuk menguji kejujuran iman. Melalui ujian itu, Allāh ﷻ ingin melihat apakah kita tetap teguh berpegang pada kebenaran, atau justru tergoda ikut dalam arus kezaliman.

Allāh ﷻ berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji?” (QS. Al ‘Ankabut [29]: 2)

Ujian ini hadir dalam banyak bentuk, baik yang menyenangkan maupun yang menyulitkan. Allāh ﷻ berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya’ [21]: 35)

Ibnu ‘Abbās zmenafsirkan, manusia akan diuji dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, ketaatan dan maksiat, petunjuk dan kesesatan. Semuanya adalah cobaan.[1]

Karena itu, ketidakadilan yang hadir dalam hidup sejatinya merupakan salah satu bentuk ujian. Ia menguji sejauh mana kita mampu bersabar, tetap berpegang pada kebenaran, serta memperjuangkan keadilan tanpa ikut terjerumus pada kezaliman. Dunia memang bukan tempat balasan, melainkan medan ujian. Sedangkan balasan sejati baik bagi yang bersabar maupun yang berbuat zalim akan terwujud di akhirat.

Akhirat: Hari Keadilan yang Sempurna

Di dunia, orang zalim bisa saja lolos dari jeratan hukum dengan uang atau kekuasaan. Namun di akhirat, tidak ada seorang pun yang mampu menghindar dari keadilan Allāh ﷻ.

Sekecil apa pun sebuah kezhaliman, meski disembunyikan rapat-rapat, Allāh ﷻ tetap mengetahuinya. Allāh ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”  (QS. Luqmān [31]: 16)

Makna lathīf adalah bahwa ilmu Allāh ﷻ menjangkau hal-hal paling tersembunyi, sekecil apapun. Sedangkan khabīr menunjukkan bahwa Allah mengetahui setiap jejak perbuatan, bahkan yang terjadi di kegelapan malam paling pekat. (Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, 11:55)[2]

Karena itu, keadilan Allāh ﷻ berbeda dari keadilan manusia. Allāh ﷻ tidak akan menghukum tanpa alasan yang benar, dan Dia tidak akan membalas kecuali setelah menerangkan mana yang hak dan mana yang batil.[3]

Allāh ﷻ berfirman:

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun akan dirugikan walau seberat biji sawi sekalipun. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al Anbiyā’ [21]: 47)

Setiap amal, sekecil apapun, akan dihitung. Semua kezhaliman yang luput dari hukum dunia pasti akan mendapatkan balasan setimpal di akhirat, karena keadilan Allāh ﷻ adalah keadilan yang sempurna.[4]

Sikap Mukmin Menghadapi Ketidakadilan

Dari Abu Hurairah z, ia berkata bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)

Hadis ini menegaskan bahwa dunia memang terasa berat bagi orang beriman. Mereka bagaikan berada dalam penjara, sebab harus menahan diri dari syahwat yang diharamkan, menjauhi keburukan, dan tetap istiqamah dalam ketaatan. Imam Nawawi menjelaskan, ketika mukmin meninggal dunia, barulah ia bebas dari keterbatasan itu dan memperoleh kenikmatan abadi yang Allāh ﷻ janjikan. Sebaliknya, dunia yang terasa nikmat bagi orang kafir hanyalah “surga sementara”, karena setelah mati ia akan menghadapi azab yang kekal.[5]

Maka menghadapi ketidakadilan dunia, seorang mukmin tidak boleh hanyut dalam kebencian, apalagi ikut berbuat curang hanya karena melihat banyak yang melakukannya. Tugas kita adalah bersabar, tetap berpegang pada kebenaran, dan terus berbuat baik meski dunia tampak semrawut. Kesabaran di dunia inilah yang kelak menjadi tiket menuju surga.

Penutup

Dunia memang sering terasa tidak adil, tetapi Allāh ﷻ menjanjikan bahwa akhirat adalah tempat keadilan yang sempurna. Karena itu, jangan sampai kita terjebak dalam putus asa atau bahkan ikut berbuat zalim. Justru saat diuji, kita dituntut untuk memperkuat iman, bersabar, dan tetap teguh di jalan kebaikan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas (Qana’ah) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1054)

Hadis ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati bukan pada banyaknya harta atau jabatan, melainkan pada iman, qana’ah, dan cinta kepada Allāh ﷻ serta hari akhirat. Islam pun mengajarkan untuk mencintai akhirat dan hidup dengan zuhud—bukan meninggalkan dunia, tapi tidak berlebihan mencintainya.[6]

Sebab dunia hanyalah jalan, bukan tujuan. Ketidakadilan di sini hanya sementara, sedangkan keadilan Allāh ﷻ di akhirat pasti ditegakkan dengan sempurna. Di sanalah setiap jiwa akan dibalas sesuai dengan amalnya, tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Wallāhu a‘lam.

 

* Mahasiswa Prodi Ahwal Syakhshiyah UII 2022 dan aktif sebagai pengurus Takmir Masjid Ulil Albab UII

Maraji’ :

[1] Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas – “Dunia Ini Adalah Tempat Cobaan Dan Ujian (1)”https://almanhaj.or.id/15047-dunia-ini-adalah-tempat-cobaan-dan ujian1.html – Diakses 15 September 2025.

[2] Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  “Nasehat Lukman pada Anaknya (5), Setiap Perbuatan Akan Dibalashttps://rumaysho.com/2373-nasehat-lukman-pada-anaknya-5-setiap-perbuatan-akan-dibalas.html
Diakses 15 September 2025.

[3] Ustadz Ratno Abu Muhammad  –  “Apa Perbedaan Keadilan Allah dan Keadilan Manusia”https://bimbinganislam.com/apa-perbedaan-keadilan-allah-dan-keadilan-manusia/ – Diakses 15 September 2025.

[4] Ustadz Ratno Abu Muhammad  –  “Apa Perbedaan Keadilan Allah dan Keadilan Manusia”https://bimbinganislam.com/apa-perbedaan-keadilan-allah-dan-keadilan-manusia/ – Diakses 15 September 2025.

[5] Muhammad Abduh Tuasikal, MSc“Dunia itu Penjara bagi Orang Mukmin” –  https://rumaysho.com/11513-dunia-itu-penjara-bagi-orang-mukmin.html – Diakses 15 September 2025.

[6] Muhammad Al Hudrizi – “Keutamaan Cinta Akhirat dan Zuhud dalam Kehidupan Dunia” https://dsp.uii.ac.id/keutamaan-cinta-akhirat-dan-zuhud-dalam-kehidupan-dunia/ – Diakses 15 September 2025.

Download Buletin klik di sini