Sebarkan Salam, Tebarkan Senyum
Sebarkan Salam, Tebarkan Senyum
Nabila Mumtazah Priyatna
Tinggal di lingkungan yang dipenuhi beragam manusia membuat kita tak mungkin menghindar dari interaksi dengan mereka. Sebagai seorang Muslim, menyapa sesama—baik yang dikenal maupun tidak—merupakan bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Islam. Di Indonesia, kebiasaan menyapa di jalan telah menjadi budaya turun-temurun yang dilakukan oleh siapa pun, di mana pun. Biasanya, sapaan itu disertai dengan salam dan senyuman tulus—sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ.
Akhlak Nabi ﷺ
Dari Jarir, ia berkata:
مَا حَجَبَنِى النَّبِىُّ ﷺ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِى إِلاَّ تَبَسَّمَ فِى وَجْهِى
“Nabi ﷺ tidak menghalangiku sejak aku memberi salam dan beliau selalu menampakkan senyum padaku” (HR Bukhari no. 6089 dan Muslim no. 2475).
Dalam Al-Qur’an, Lukman mewasiatkan kepada anaknya:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS Lukman [31]: 18).[1]
Dari Abu Hurairah z, Rasulullah ﷺ bersabda:
لا تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ حتَّى تُؤْمِنُوا، ولا تُؤْمِنُوا حتَّى تَحابُّوا، أوَلا أدُلُّكُمْ علَى شيءٍ إذا فَعَلْتُمُوهُ تَحابَبْتُمْ؟ أفْشُوا السَّلامَ بيْنَكُمْ
“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR Muslim, no.54).[2]
Salam yang dimaksud disini adalah ucapan tahiyyah (penghormatan) yaitu “Assalâmu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh.” Ini adaalah ucapan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan didalamnya terdapat syiar Islam yang mulia serta doa untuk orang yang diberikan salam.
Kepada Siapa Kita Mengucapkan Salam?
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi ﷺ,
أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau ﷺ lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali.” (HR Bukhari no. 6236).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
“Yang muda hendaklah memberi salam pada yang tua. Yang berjalan (lewat) hendaklah memberi salam kepada orang yang duduk. Yang sedikit hendaklah memberi salam pada orang yang lebih banyak.” (HR Bukhari no. 6231).[3]
Ketika bertemu atau berpapasan dengan dosen, maka hendaknya kita yang mendahulukan salam. Namun, apabila bertemu dengan adek tingkat dan dia tidak mengucapkan salam, maka alangkah baiknya jika kita mendahulukan untuk mengucapkan salam agar pahala dari mengucapkan salam ini tetap ada dan terjalin ikatan ukhuwan antar sesama.
Ucapkan Salam Dengan Sempurna
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS An-Nisa’ [4]: 86).
Salam merupakan ucapan penghormatan. Jika saudara kita mengucapkan salam dengan ‘Assalâmu’alaikum’ maka kita jawab dengan ‘Wa’alaikumussalâm’ atau ‘Wa’alaikumussalâm warahmatullâh’. Begitu juga apabila saudara kita mengucapkan salam dengan suara yang lirih maka jawab dengan suara yang jelas dan apabila saudara kita mengucapkan salam dengan tersenyum maka balaslah dengan senyum juga atau dengan jabatan tangan.
Hal ini dimaksudkan juga untuk salam dalam bentuk pesan singkat agar tetap menulisaknnya dengan lengkap tanpa mempersingkatnya agar tetap mengandung doa dan penghormatan yang dibawa dari kalimat salam.
Menjawab Salam Ketika Mendapat Kiriman Salam
Menitipkan salam atau mendapat titipan salam sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat terutama ketika kita bertemu dengan seseorang yang juga mengenal orang lain yang kita kenal. Seperti menitipkan salam untuk orangtua teman lewat teman kita atau sebaliknya kita mendapatkan kiriman salam dari seseorang yang tidak bisa bertemu dengan kita. Lalu, bagaimana cara kita menjawab kiriman salam tersebut?
Dari kakeknya seorang lelaki dari dari Bani Numair z, ia berkata:
بَعَثَنِي أَبِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ائْتِهِ فَأَقْرِئْهُ السَّلَامَ. قَالَ: فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ: إِنَّ أَبِي يُقْرِئُكَ السَّلَامَ. فَقَالَ: عَلَيْكَ السَّلَامُ وَعَلَى أَبِيكَ السَّلَامُ.
Ayahku mengutusku untuk menemui Rasulullah ﷺ, Nabi bersabda: “Datangkan ia”. Lalu aku mengucapkan salam kepada Nabi dan mendatanginya. Lalu aku berkata: “Ayahku mengirim salam untukmu wahai Nabi”. Nabi ﷺ bersabda: “Wa’alaikassalâm wa’ala abîkas salâm” (semoga keselamatan untukmu dan untuk ayahmu). (HR Abu Daud no. 5231, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Intinya, menjawab salam untuk yang mengirim salam dan yang menyampaikan salam. Bisa dijawab dengan: “Wa’alaikassalâm wa’alaihissalâm”, atau “Wa’alaika wa’alaihissalâm”, atau semacamnya.[4]
Hukum Mengucapkan Salam Kepada Lawan Jenis
Allah ﷻ berfirman:
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُل لِّلْمُؤْمِنَٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’” (QS An-Nur [24]: 30-31).
Lalu bagaimana dengan anjuran menybarkan salam? Tentu menyebarkan salam ditujukan kepada siapapun, laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana hadits diatas perintahnya bersifat umum.
Dari Asma’ bintu Yazid, ia berkata:
مَرَّ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا
“Nabi ﷺ pernah melewati para wanita, beliau mengucapkan salam kepada kami (wanita).” (HR Abu Daud no. 5204, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud).
Namun, kebolehan untuk mengucapkan salam kepada lawan jenis ini dengan syarat tidak timbul fitnah (godaan) di antara mereka. Oleh karena itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani v mengatakan di dalam kitab Fathhul Bari,
Ibnu Bathal menukil perkataan Al-Muhallab,
سَلَامُ الرِّجَالِ عَلَى النِّسَاءِ وَالنِّسَاءِ عَلَى الرِّجَالِ جَائِزٌ إِذَا أُمِنَتِ الْفِتْنَةُ.
“Ucapan salam lelaki kepada wanita atau wanita kepada lelaki hukumnya boleh, jika aman dari fitnah.”[5]
Wanita yang dimaksudkan disini adalah wanita muda, sedangkan kepada wanita yang sudah tua maka mengucapkan salam kepadanya diperbolehkan.
Mahasiswa Prodi Ahwal Syakhshiyah IP FIAI UII
Maraji’ :
[1] Muhammad Abduh Tuasikal. ”Bermuka Manis di Hadapan Orang Lain.” Bermuka Manis di Hadapan Orang Lain – Rumaysho.Com. Diakses pada 9 Oktober 2025.
[2] Yulian Purnama. ”Fikih Seputar Menebarkan Salam.” https://muslim.or.id/53926-fikih-seputar-menebarkan-salam.html. Diakses pada 9 Oktober 2025.
[3] Muhammad Abduh Tuasikal. ”Ucapan Salam, Amalan Mulia yang Ditinggalkan.” https://rumaysho.com/182-ucapan-salam-amalan-mulia-yang-ditinggalkan.html. diakses pada 9 Oktober 2025.
[4] Yulian Purnama. ”Fikih Seputar Menebarkan Salam.” https://muslim.or.id/53926-fikih-seputar-menebarkan-salam.html. Diakses pada 9 Oktober 2025.
[5] Yulian Purnama. ”Hukum Mengucapkan Salam kepada Lawan Jenis.” https://muslim.or.id/69758-hukum-mengucapkan-salam-kepada-lawan-jenis.html. Diakses pada 9 Oktober 2025.




