TERAMPIL MEMAINKAN HIDUP

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(Q.S. al-Ra’du [13]: 11).

 

Saudaraku, coba bayangkan, misalkan ada sebuah pesawat yang sedang parkir di Bandara Adisutjipto. Ukuran pesawatnya cukup besar, panjang dan pastinya sangat berat. Pesawat tersebut harus dipindahkan ke tempat parkir selanjutnya, karena ada peswat lain yang akan segera landing dan mengisi tempat parkir tersebut. Jarak tempat parkir pertama dan kedua sejauh 500 Meter.

Nah, kebetulan Anda adalah orang yang ditugaskan untuk memindahkan pesawat tersebut. Dikarenakan Anda tidak mengerti cara mengoperasikan pesawat, terpaksa Anda harus mengumpulkan 100 orang untuk dapat menarik badan pesawat sehingga berpindah ke tempat yang dituju. Kenapa Anda harus mengumpulkan begitu banyak orang? Jawaban pertama, karena Anda tidak mengerti cara mengoperasikan pesawat, dan jawaban yang kedua, karena kalau sendiri Anda tidak akan mampu untuk menarik badan pesawat yang berukuran begitu besar.

Namun coba Anda bayangkan, seandainya Anda seorang pilot, mengerti cara mengoperasikan pesawat, maka Anda tidak perlu repot-repot untuk mengumpulkan banyak orang. Cukup Anda sendiri yang memindahkannya. Bukan saja memindahkan, Anda juga mampu menerbangkan pesawat tersebut ke seluruh belahan dunia yang Anda inginkan.

Begitulah perumpamaan bagi kita yang tidak terampil menjalani kehidupan. Terkadang pekerjaan yang sebenarnya begitu mudah, menjadi begitu payah ketika pekerjaan tersebut berada di tangan kita. Tidak jarang permasalahan yang begitu kecil, menjadi begitu besar ketika permasalahan tersebut hadir dalam kehidupan kita. Hanya karena kita kurang terampil, pekerjaan yang seharusnya bisa kita selesaikan sendiri, malah kita merepotkan orang lain.

Hidup adalah keterampilan. Untuk bertahan dalam kehidupan, kita harus terampil. Hidup tidak pernah bermakna jika kita tidak terampil memainkannya. Kita tidak akan bisa menikmati sebuah perjalanan jika tidak terampil dan cermat dalam mengendarai kendaraan. Salah-salah nyawa menjadi taruhannya.

Begitu pula dengan diri kita. Disaat mampu memilih kata-kata yang tepat, maka kita akan menjadi seorang pembicara yang hebat. Disaat mampu melangkah dengan tepat, maka kita akan menjadi orang-orang yang selamat. Jika tidak, kita akan menjadi orang-orang yang mendatangkan mudharat, baik mudharat di dunia maupun di akhirat.

Seperti kata Aa Gym, “untuk terampil dan ahli dalam suatu perkara, kita butuh dua hal, yaitu ilmu dan latihan”. Seorang Ustadz Muallaf, Felix Siauw, pernah juga berkata, “untuk terampil kita butuh dua hal, latihan dan pengulangan”. Sebuah latihan yang serius, disertai pengetahuan yang maknyus dan pengulangan yang terus-menurus akan mengantarkan seseorang pada puncak keberhasilan yang mulus.

Sebuah permasalahan seringkali berawal dari kurangnya menguasai keterampilan untuk hidup. Jujur saja, terkadang untuk menentukan tujuan hidup kita masih mengalami kesulitan dan kebingungan. Ketika ditanyai apa cita-cita masa depanmu? Kebanyakan dari kita belum mampu menjawab dengan spontan. Jangankan untuk membangun bangsa dan negara, keterampilan merancang cita-cita masa depan saja masih sulit kita lakukan. Apa yang ingin kita kerjakan hari ini? Besok? Lusa? Apa yang ingin kita capai dalam bulan ini? Apa yang harus kita targetkan dalam tahun ini? Semua itu merupakan pertanyaan yang masih sulit kita jawab. Jangankan untuk menjawab, terkadang terpikirpun tidak.

Padahal, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin, dan tahun depan harus lebih baik daripada tahun ini. Itulah yang namanya pribadi muslim yang beruntung, yang selalu terampil merancang kualitas kepribadiannya dengan terus melakukan muhasabah diri dalam setiap pergantian waktu.

Semua kita menyadari dan mengetahui bahwa waktu adalah modal terbesar dalam hidup. Bagaimana kita mempergunakan waktu yang kita miliki di dunia akan menentukan pintu mana yang akan kita masuki di akhirat nanti, apakah akan menghantarkan ke dalam indahnya surga, atau panasnya neraka. Di penghujung hayat, lagi-lagi waktu yang kita habiskan di dunia ini akan menentukan apakah kita husnul khatimah atau sebaliknya.
 

Tujuan dan Cita-cita

Seseorang yang tahu bahwa ujian akan dilaksanakan jam tujuh, maka ia pasti akan bergegas untuk datang lebih awal agar tidak ketinggalan ujian. Mereka yang tahu bahwa pesawat akan take off jam sembilan, maka mereka akan bersungguh-sungguh untuk dapat menyediakan diri sampai di bandara minimal sejam sebelumnya agar tidak ketinggalan pesawat. Hanya bagi mereka yang punya arah dan tujuan pasti sajalah yang akan bergegas memanfaatkan waktunya untuk sebuah kemajuan. Hanya bagi orang-orang yang mengerti akhir tujuan dari hidup inilah yang terus menyibukkan diri dengan kemanfaatan.

Orang-orang yang terampil melihat tujuan dan cita-cita, maka tidak ada istilah bermalas-malasan dalam kamus kehidupan mereka. Bagi mereka setiap detik adalah kesempatan untuk terus menyusun tangga menuju pucuk untuk memetik indahnya buah cita-cita. Keterampilan menyusun tujuan adalah langkah awal menuju manisnya hidup. Bagi kita yang belum berhasil meraih kesuksesan dalam hidup, tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan. Tidak ada istilah kuno untuk sebuah perubahan. Mulai sekarang, mari kita tentukan arah dan tujuan hidup kita. Ingin jadi seperti apa kita? Ingin menjadi seorang pengusaha kaya dan mampu menyantuni ribuan anak yatim? Ingin mendirikan sekolah tahfidz gratis? Buat target berapa persen uang gaji yang akan kita keluarkan untuk bershadaqah.
 

Menyusun Rencana

Setiap hari, kita tidak pernah bisa terlepas dari berbagai aktivitas. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, ibadah, menonton televisi, update status, membaca buku, berpergian, dan berbagai aktivitas lainnya. Nyaris, kita tidak memiliki rencana dengan aktivitas-aktivitas harian tersebut. Bayangkan, begitu banyak waktu berharga yang terlewatkan setiap harinya. Padahal, jika kita menyusun rencana, maka bisa saja dalam satu hari kita mampu melakukan banyak hal.

Kata pepatah, disaat gagal untuk merencakanan, berarti saat itu pula kita sedang merencanakan sebuah kegagalan. Kalau merencakanan saja tidak mampu, bagaimana untuk mewujudkannya? Semua berawal dari sebuah perencanaan yang baik. Masa depan sebuah negara, perusahaan, organisasi, bahkan keluarga sekalipun tidak bisa lepas dari yang namanya perencanaan.

Janganlah selalu kita berlindung dibalik kata tawakkal. Tawakkal hanya akan memiliki makna apabila kita sudah berusaha semaksimal mungkin menggunakan potensi yang ada. Setelah usaha yang maksimal, baru kita diperintahkan untuk bertawakkal. Sering sekali kata tawakkal digunakan oleh mereka yang ‘pasrah’ dengan hidupnya. Kepasrahan yang berpondasikan kemalasan dan beratapkan keputus asaan. Ini adalah ‘pasrah’ yang tidak tepat.

Setelah berusaha dan berdoa dengan maksimal, maka semuanya kita kembalikan kepada Allah, biarlah Allah yang menolong kita dengan izinNya. Itulah yang dinamakan Tawakkal. Sebagaimana pesan Allah dalam surat Ali Imran [3] ayat 159-160.

Mulai sekarang, mari menyusun rencana hari-hari kita. Tuliskan apa saja yang ingin dilakukan hari ini. Buat target untuk mencapainya. Misalkan, dalam satu hari kita harus membaca satu Juz al-Qur’an, istighfar seratus kali, shalawat sekian kali, bersedekah minimal sekian ribu, membaca buku minimal satu jam, menulis satu halaman, dan seterusnya. Sekecil apapun aktivitasnya, tetap buatlah perencanaan. Pekerjaan kecil akan menjadi besar jika direncankan dengan baik dan maksimal.  

Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Sebuah proses transformasi diri. Dan setiap perjalananan pasti ada akhirnya. Maka, agar penghujung perjalanan berakhir pada kebaikan, kita harus mempersiapkan banyak hal agar kebaikan tersebut tercapai. Terampil menyusun rencana adalah modal terbesar yang bisa kita miliki sekarang.
 

Konsistensi

Kebaikan terasa nikmat apabila kita istiqomah (konsisten) untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Kebaikan yang terbaik itu adalah kebaikan yang terus-menerus dilakukan, walaupun hanya kebaikan kecil. Lagipula, memiliki tujuan dan cita-cita hidup yang terarah memang sebuah keharusan. Kemampuan dalam menyusun rencana-rencana harian memang sebuah kedisiplinan, yang tidak semua orang mampu memilikinya.

Namun yang jauh lebih penting adalah konsisten dan istiqomah dalam melakukan kedua hal tersebut. Tujuan dan cita-cita hidup sering sekali berubah-ubah tanpa haluan jika pelakunya tidak konsisten. Perencanaan-perencanaan harian hanya mampu dilakukan pada awal minggu pertama saja jika pelakunya tidak istiqomah. Konsisten dan istiqomah adalah dua hal penting dalam menebarkan kebaikan. Semoga, kita bisa meraih husnul khotimah di akhir penghujung perjalanan ini. Aamiin!

Wallahu a’lam.
 

Yevi Yusnanda Usman

Mahasiswa Majanemen FE
Universitas Islam Indonesia

 

MUTIARA HIKMAH
“Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah dari sekumpulan hari. Setiap satu hari berlalu maka sebahagian dari diri kalian pun ikut pergi”
(Imam Hasan Al-Bashri)

UNTUK KITA YANG SERING BERMAKSIAT

وَلَيۡسَتِ ٱلتَّوۡبَةُ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسَّيِّ‍َٔاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ إِنِّي تُبۡتُ ٱلۡـَٰٔنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمۡ كُفَّارٌۚ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡتَدۡنَا لَهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا ١٨

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.(QS al-Nisâ’ [4]: 18)

 

Saudaraku, yang semoga Allah l rahmati. Sesungguhnya kita paham betul dengan yang namanya dosa, apa lagi maksiat dan kita saat ini berada di zaman yang dikelilingi dosa. Saat keluar rumah mata kita bermaksiat karena banyak dari kita yang tidak bisa menjaga pandangan, telinga kita bermaksiat karena kita mendengar gosip-gosip yang beredar, lisan kita bermaksiat karena susah untuk menjaga ucapan, fikiran dan hati kita bermaksiat karena selalu berprasangka buruk terhadap sesama dan berprasangka buruk terhadap Allah l dan saya pikir jangankan diluar rumah, didalam rumah saja kita masih bisa bermaksiat, karena banyak tayangan-tayangan yang masya Allah, bisa dikatakan kurang mendidik para generai umat. Semoga kita termasuk orang yang dapat menjaga indra kita dan selalu memohon ampunan kepada Allah l. Âmîn.
 

Kita Terhalang Oleh Dosa.

Sangat miris memang, di negara yang mayoritas umat Muslim, banyak kemaksiatan yang beredar, tidak hanya satu atau dua hari tapi setiap hari kita melihat kemaksiatan, setiap hari kita melakukan dosa namun why?, kenapa dibiarkan berlalu lalang, seakan-akan menjadi kewajaran bagi sebagian orang. Pernahkah kalian berfikir seperti ini, “Kenapa yah, sekarang saya jarang pergi ke masjid, rasanya sulit untuk berjalan kesana, kenapa yah saya susah untuk bangun malam, kenapa yah hidup saya tidak tenang”. we said why…?” Kenapa sebagian dari kita enggan pergi kemasjid, susah bangun malam, hidup tidak tenang?

Karena hidup kita terhalang dosa, kita terhalang oleh dosa yang kita perbuat, berleha-leha karena hiburan yang kita nikmati, terlalu asik dengan dosa yang kita kerjakan, sehingga setan menjadikan dia temannya dan saat Allah panggil dengan suara adzan yang berkumandang, setan menutup telinga kita, dia mengencingi telinga kita dan dia tertawa karena keberhasilannya, Allahu akbar.
 

Mengapa Allah Tidak Langsung Memberi Adzab.

Saya bertanya-tanya, kenapa Allah tidak mengadzab langsung orang yang terus-menerus melakukan maksiat. Mungkinkah kita dibiarkan? Tidak, karena Allah cinta kepada kita, Dia sayang terhadap kita sehingga Allah menunda adzab kita dan Allah ingin agar kita bergegas untuk bertaubat meminta ampun kepadanya, subhan Allah. Betapa pengasihnya Dia, Allah ingin kita bertaubat kepada-Nya saudaraku. Maka bergegaslah terhadap ampunan Allah l kemudian beramal shalihlah serta tinggalkanlah maksiat, karena kita tidak tahu kapan maut akan menjemput, mungkin hari ini, besok atau saat ini juga, kita tidak tahu.

Demikianlah kebanyakan dari kita lalai dalam mengingat kematian, bahwa kita tidak akan hidup selamanya didunia, kita akan mati saudaraku, kita akan memasuki liang lahat dan satu persatu teman-teman kita bahkan keluarga, akan meninggalkan kita dan hanya amal yang akan menemani kita di alam kubur.

Allah l berfirman, “

Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.” (QS al-Nisâ’ [4]: 78)

Saudaraku, bila seseorang diajak berbisnis dalam perkara duniawi, maka ia akan berpikir akan keuntungan dan kerugian yang dia peroleh, dan siap menerima konsejuensi yang akan diperoleh, dia berbicara panjang lebar mengenai dunia. Disisi lain ketika kita diajak berbicara mengenai akhirat, tentang keuntungannya kemudian apa yang terjadi?, Kita enggan mendengarkan, kita berfikir hidup kita masih lama, kita berfikir kita akan tekun ibadah ketika mencapai umur 45-50 tahun. Allahu akbar.
 

Nasihat dari Ibrahim Ibn Adham.

Seorang yang shalih bernama Ibrahim ibn Adham didatangi oleh orang yang suka berbuat dosa, dia berasal dari kalangan Muslim masa awal. Jadi dia memberitahunya “Berikan aku nasihat karena aku selalu berbuat dosa.” Kemudian Ibrahim ibn Adham, mencoba membuatnya malu agar dia tak lagi berbuat dosa kepada Allah.

Jadi dia berkata “Jika kau mau berbuat dosa dihadapan Allah, maka lakukan saja, tapi janganlah kau makan dan minum, jangan kau makan dari rizqi Allah, dan jangan minum dari rizqi Allah, jangan gunakan rizqi-Nya. Jadi pria itu berkata “Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu, karena semuanya rizqi Allah.” Dia berkata, “Apakah masuk akal untuk berbuat dosa dihadapan Allah sementara kau memakan rizqi-Nya?” orang itu berkata, “Kau benar, berikan aku nasihat yang kedua.” Jadi dia berkata “Jika kau masih ingin berbuat dosa selagi makan dan minum dari rizqi yang diperuntukan kepadamu, maka paling tidak jangan melakukan dosa ditanah-Nya”. Orang itu berkata, “Itu bahkan lebih besar lagi, karena semua tanah di bumi ini milik Allah”. Dia memberitahu, “dengan begitu, apakah pantas, kau berbuat dosa sementara makan dan minum dari rizqi Allah  dan melakukan ditanah-Nya?”. Dia berkata “berikan aku nasihat yang ketiga”.

Ibrahim ibn Adham berkata, “Jika kau masih saja mau melakukan dosa, paling tidak berbuat dosalah di tempat yang tidak bisa dilihat oleh Allah”, si penanya berkata, “Ini bahkan lebih besar lagi”. Ibrahim berkata, “maka masuk akalkah kau berbuat dosa dihadapan Allah, ditanah Allah, dengan memakan rizqi Allah?” Jadi orang itu berkata, “oke berikan aku nasihat yang keempat”. Ibrahim berkata “jadi jika kau masih ingin melakukan dosa setelah mendengar semua ini, maka lakukan saja, tapi ketika malaikat maut menjemputmu, katakana pada mereka untuk menunggumu melakukan shalat dua raka’at, dank au bertaubat kepada Allah”. Dia berkata “malaikat maut tidak akan mengizinkanku”, Ibrahim berkata “ kalau begitu ketika kau dijebloskan ke neraka oleh malaikat suruhan Allah, maka jangan mau dijebloskan.” Orang itu berkata “mereka tidak akan mengizinkanku, oke cukup,cukup”. Maka dia telah mengerti nasihat yang diberikan kepadanya, telah mengerti teguran yang diberikan padanya dan diriwayatkan sejak saat itu orang tersebut tidak pernah melakukan dosa dihadapan Allah l.
 

Air Mata Taubat

Seseorang yang meneteskan air matanya sering dia bertaubat kepada Allah l. Subhan Allah, air mata tersebut sangat bernilai dimata Allah l. Pernah seketika Jibril p datang kepada Rasulullah ` dan berkata: ”Wahai Rasulullah, para malaikat sedang menimbang setiap amal manusia, tapi kami tidak dapat menimbang beratnya air mata manusia.” Rasulullah ` bertanya “mengapa begitu”, Dia menjawab “Allah memberikan ganjaran yang besar bagi air mata, jadi air mata tidak dapat ditimbang di mizan.”

Ketahuatuialah satu tetes air mata dapat memadamkan sungai api (neraka) yang disebabkan dosa seseorang, Allahu akbar begitu luas ampunan Allah l. Jadi Saudaraku, setan ingin menjauhkanmu dari Allah, tapi janganlah kamu pergi, pertarungan kita dengan setan berlangsung seumur hidup, dia menarikmu kepada kesesatan dan kejahatan, tapi seharusnya kita berlari menuju ketaqwaan.

Jangan putus asa terhadap hidayah Allah, hendaknya kita senantiasa berdoa kepada Allah l, beristighfar kepadanya, semoga Allah l senantiasa melindungi dari kejahatan hawa nafsu, kejahatan setan, kejahatan lisan, mata hati, pendengaran, dan dari angan-angan yang buruk. Sesungguhnya ampunan Allah l sangatlah luas maka jangan sampai kita lupa kepada-Nya, menolak rizqi-Nya, apalagi sampai menyekutukannya, semoga kita selalu berada pada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah l. Ya Allah, saya sudah kabarkan dan saya sudah sampaikan. Wa Allâhu a’lam bi al-Shawwâb.[]
 

Rusman Ibn Rasmani

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia
 

MUTIARA HIKMAH
 
Allah l berfirman (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS al-Tahrîm [66]: 8)

PEMUDA-PEMUDI QURANI, PEMIMPIN DAN PEMBANGUN PERADABAN MASA DEPAN

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

 

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
(QS. al-Nisâ [4]: 9).

Akhir-akhir ini, negeri kita tengah dilanda kasus-kasus kemanusiaan yang membuat kita miris. Terlebih pelakunya adalah pemuda-pemudi dengan kisahnya yang beraneka macam. Mulai dari kasus mahasiswi di salah satu universitas yang ditemukan sudah tak bernyawa karena mencoba menggugurkan kandungan hasil hubungan gelapnya, kasus mahasiswi yang menganaiaya temannya sendiri hanya karena tato hello kitty, para pemuda di sebuah sekolah menengah atas yang saling tawuran atau kasus begal yang tengah membuat masyarakat resah.

Kasus-kasus yang membuat miris tersebut semestinya membuat kita umat Islam tergugah untuk melakukan sesuatu. Sebagai umat yang Allah beri tugas sebagai umat terbaik di bumi-Nya ini, melihat kondisi sekarang ini, tentu kita tidak boleh hanya berdiam diri, cuma prihatin, atau hanya menjadi penonton. Terlebih, sebagai seorang akademisi atau seorang yang punya ilmua, kita harus bergerak dan bertindak dalam aksi nyata.

Seperti kata pepatah, tidak ada asap tanpa api. Begitupun dengan kasus-kasus  di atas. Bila kita tinjau lebih jauh tentu ada sesuatu yang salah. Bukan hanya harus menyelidiki siapa yang salah, namun harus pula diselidiki kesalahan tersebut secara lebih luas lagi dan bagaimana cara menangani kesalahan itu dengan solusi terbaik.

Ketika kita berharap ingin menyelesaikan sebuah permasalahan dengan solusi terbaik, kita harus mengenali lebih detail apa sebenarnya pokok permasalahan yang ada, apa penyebabnya dan mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi. Dengan demikian, cara yang nanti kita ambil untuk dijadikan solusi akan tepat sasaran dan tidak melenceng dari tujuan.

Menganalisis kasus-kasus yang akhir-akhir ini terjadi, penulis mengasumsikan bahwa kasus-kasus di atas terjadi akibat krisis moral. Moral para pemuda saat ini telah merosot sampai pada titik nadir. Lebih membuat misis lagi adalah nirmoral pemuda saat ini memiliki kecenderungan untuk terus berlangsung seakan tanpa bisa dibendung dan dihentikan. Padahal mereka adalah generasi emas penentu peradaban, dan sebagian besar mereka adalah generasi Islam.

Kebanyakan pemuda-pemudi Islam sekarang hidup dalam lingkungan jahiliyah. Dari satu sisi mereka tetap muslim, tetapi di sisi yang lain pemikiran, perasaan dan tingkah laku mereka sangat jauh dari ajaran Islam yang sejati. Cara berpikir, berpakaian dan bergaul mereka telah dicemari oleh pemikiran, perasan dan tingkah laku tidak islami yang kebanyakan bersumberkan dari pemikiran Barat yang dimotori oleh para pemodal berkolaborasi dengan pihak-pihak yang memusuhi Islam. Mereka dengan bersungguh-sungguh telah melakukan proses pembaratan (westernisasi) melalui racun sesat pemikiran Barat (westoxication), mereka berusaha mempengaruhi dan membelokkan pemahaman kaum muslimin terutama kaum mudanya agar jauh dari nilai-nilai Islam yang murni.

Di bidang ekonomi, mereka mengembangkan kapitalisme yang berintikan asas kebebasan untuk mencari manfaat (profit). Menurut mereka, apa saja boleh dilakukan bila menguntungkan secara material, tidak peduli sekalipun bertentangan dengan nilai agama atau moral. Di bidang budaya, mereka menyebarkan westernisme yang dikemas dengan wajah seni dan estetika, namun sebenarnya berintikan amoralisme jahilliah. Bagi mereka, tidak ada pantang larang, termasuk seks bebas atau pakaian tidak senonoh, selagi tidak menggangu kepentingan orang lain.

Padahal, seperti kita ketahui pemuda adalah harapan bangsa yang kelak akan memimpin bangsa ini. Bagaimana wajah dan kondisi bangsa Indonesia, termasuk wajah dan kondisi umat Islam nanti di masa depan, tercermin dari wajah dan kondisi para pemudanya saat ini. Sungguh mengkhawatirkan bila pemuda saat ini dibiarkan saja memiliki moral yang antah-berantah tanpa ada usaha yang sungguh-sungguh dari kita semua umat Islam yang masih punya kepedulian.

Islam sesungguhnya telah memberikan solusi untuk memperbaiki moral pemuda yang mengalami krisis ini. Al-Quran sebagai kitab suci umat islamlah yang sesungguhnya dapat dijadikan pedoman untuk memperbaiki moral para pemuda. Dalam surat al-A’râf [7] ayat 52  Allah berfirman: Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan sebuah kitab (al-Quran) kepada mereka yang kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Inilah yang menjadi tugas besar bagi kita selaku umat Islam; menanamkan akhlaq qurani pada diri sendiri dan mentransfernya kepada para pemuda lainnya, baik secara langsung (melalui nasihat-nasihat dan pengajaran) atau tidak langsung (melalui keteladanan akhlak dan perilaku terpuji). Bila penanaman akhlaq qurani ini kuat bercokol pada setiap pemuda, pasti tidak akan ada lagi pelanggaran-pelanggaran moral yang terjadi. Sehingga para pemuda qurani ini akan siap menjadi pemimpin-pemimpin terbaik bagi bangsa dan pemimpin umat di masa depan.

Sebuah ungkapan Arab yang barangkali sering kita dengar, “syubbân al-yaum rijâl al-ghad” (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan), adalah sebuah ungkapan yang telah dibuktikan oleh sejarah. Karenanya, mau tidak mau, suka tidak suka, akhlaq pemuda harus ditransformasi menjadi akhlaq qurani. Bukan tidak mungkin pemuda yang tadinya tak bermoral bisa hijrah dengan sendirinya dengan hidayah Allah sebagai sebuah rahasia dari-Nya. Namun, tentu lebih indah dan memang semestinya bila banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena Allah sendiri juga mewajibkan kita umat Islam untuk berdakwah, untuk saling menasihati dalam kebenaran dan berlomba dalam kebaikan. Terutama dari para orangtua dan guru untuk menasehati para pemuda baik secara formal ataupun nonformal. Kemudian dari seorang pemuda kepada teman-teman pemudanya yang lain untuk senantiasa melakukan kebaikan.

Semua orang adalah pemimpin, hanya kadar dan tanggung jawabnya saja yang berbeda. Maka dari itu sebagai calon pemimpin masa depan, para pemuda harus mempersiapkan bekal yang matang. Dengan bekal akhlaq qurani, maka In syâ Allah para pemuda akan kembali mencapai masa emas kepemimpinan Islam.

Bagaimana sebenarnya menjadi pemuda-pemudi qurani itu? Di antara ciri-ciri pemuda qurani adalah sebagai berikut:

  1. Beraqidah yang mantap
  2. Menanamkan dalam hati dan perbuatannya bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah . Dalam setiap nafas dan geraknya, hanya ridha Allah yang diharapkannya.

  3. Mencintai Rasulullah
  4. Meneladani rahasia sukses beliau dalam memimpin umat Islam, yaitu berlaku shiddiq (benar), tabligh (menyampaikan), amanah (dapat dipercaya), dan fathonah (cerdas).

  5. Mengenal dirinya sendiri (self awareness)
  6. Mengenal diri sendiri berarti mengetahui kemampuan dan kekurangan, serta kebutuhan pokok dirinya, yang berarti pula menahan ego. Ali ibn Abi Thalib mengatakan, “barangsiapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Rabb-Nya.” Dalam al-Quran, Allah berfirman: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fushshilât [41]: 53).

  7. Berilmu pengetahuan
  8. Seorang pemimpin haruslah orang yang cerdas, bila tidak tentu ia akan mudah dibodohi oleh orang-orang jahat yang dipimpinnya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Kelebihan seorang yang berilmu terhadap ahli ibadah adalah seperti bulan purnama terhadap seluruh bintang-bintang di langit” (HR. Muslim).

  9. Amar ma’ruf nahi munkar
  10. Bukti cinta kita kepada sesama karena Allah adalah saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan senantiasa mengajaknya melakukan kebaikan.

  11. Menjunjung tinggi musyawarah, kerjasama, adil, dan peduli terhadap sesama.
  12. Dengan poin-poin di atas diharapkan akan bermunculan pemuda-pemudi qurani yang berintelektual tinggi sebagai calon pemimpin bangsa dan umat di masa depan.

Para rekan pemuda-pemudi, penulis berpesan, estafet kepemimpinan telah menunggumu. Ingin tahu hari esokmu seperti apa? Lihatlah dirimu hari ini. Tak ada kata mumpung masih muda, bersantai-santai saja, tapi, mumpung masih muda, masih bisa kerja keras, mari bersama bersatu, bergandengan tangan, memaksimalkan usaha. Turut aktif mewarnai organisasi-organisasi dakwah dan sejenisnya yang bermanfaat untuk sesama, untuk memajukan peradaban.

Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hiadayahNya kepada kita semua, khususnya para pemuda dan pemudi bangsa Indonesia dan umat Islam, agar kuat dan sabar dalam menghadapi godaan dunia dan senantiasa teguh berpegang pada agama Allah .

 

Chumairoh
Mahasiswi Statistika 2013

 

MUTIARA HIKMAH

Abul ‘Aliyah Ar-Riyahi rahimahullah berkata:
“Aku bepergian mencari seorang guru selama berhari-hari. Urusan yang pertama kali aku perhatikan darinya adalah masalah sholat. Jika kudapati dia menegakkan dan menyempurnakan sholatnya, aku singgah dan mendengarkan ilmu darinya. Namun jika kudapati ia menyianyiakan sholatnya, aku akan kembali pulang dan tidak mendengarkan ilmu darinya. Dan kukatakan, ‘Untuk selain sholat, dia pasti lebih melalaikannya’”
(Shiffat al-Shofwah, III/212).