JANGAN MENCELA HUJAN!

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلۡأَرۡضَ خَٰشِعَةٗ فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡۚ إِنَّ ٱلَّذِيٓ أَحۡيَاهَا لَمُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰٓۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ٣٩

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Fushshilat [41]: 39).

Hujan merupakan nikmat yang sangat besar yang diturunkan Allah l dan merupakan salah satu tanda kebesaran-Nya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah l, surah Fushshilat ayat 39. Hujan itu nikmat, hujan itu menyenangkan, hujan itu asyik.  

Mari kita simak firman Allah l  pada ayat yang lain dalam al-Qur’an yang artinya, “Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS al-Waqi’ah [56]: 68-69). Tanpa nikmat Allah ini (hujan), bumi akan menjadi kering dan tandus. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan di muka bumi. Maka janganlah kita mencela nikmat yang sangat luar biasa dari Allah l, hanya orang-orang yang tidak sempurna keimanannya keluar dari lisannya celaan terhadap air hujan.

Bersamaan dengan turunnya hujan, Allah juga memberikan beberapa keutamaan padanya. Diantaranya adalah waktu turunnya hujan adalah salah satu waktu mustajabnya do’a. Nabi ` bersabda, “Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam al-Umm dan al-Baihaqi dalam al-Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shahihul Jami’).

Selain itu, Rasulullah ` mengajarkan kita untuk mengambil berkah dari hujan. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Anas a berkata, “Kami bersama Rasulullah ` pernah kehujanan. Lalu Rasulullah ` menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, ‘Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?’ Kemudian Rasulullah ` bersabda, “Karena dia baru saja Allah ciptakan.” (HR Muslim no. 2120). Imam al-Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan makna hadits ini adalah bahwasanya hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah l, maka Nabi ` bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.

Akan tetapi, sebagian besar manusia hanya mensyukuri nikmat hujan ini pada awal turunnya saja (yakni pada awal musim hujan). Selanjutnya akan kita dengar banyak sekali celaan yang dilontarkan sebagian besar manusia kepada hujan. “Aduuh! Lagi-lagi hujan, lagi-lagi hujan…” atau perkataan mereka “gara-gara hujan saya jadi gak berangkat kerja” dan sebagainya. Bahkan bukan hanya itu, manusia juga sering mengumpat dan mencaci maki hujan.

Agama kita yang mulia melarang kita mencela hujan karena hujan merupakan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa kecuali atas kehendak Allah. Maka mencaci maki hujan sama saja mencaci maki Dzat yang menciptakan dan mengatur hujan.

Ingat! Hujan diturunkan bukan hanya untuk kita melainkan untuk semua makhluk. Jangan sampai karena keegoisan kita dan memikirkan diri kita sendiri lantas kita mencela rahmat Allah ini. Boleh jadi hujan menyebabkan kita tidak bias beraktivitas akan tetapi bagi makhluk lain justru menjadi berkah tak terkira.

Bahaya Mencela Hujan
Tidakkah kita menyadari bahaya dari mencela air hujan? Perhatikanlah hadits qudsi berikut ini, Nabi ` bersabda, “Allah l berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), pdahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti’.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam kesempatan lain, Nabi ` bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shahih).

Dari dalil-dalil ini terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu), angin dan makhluk lain yang tidak bisa berbuat apa-apa (termasuk hujan) adalah terlarang. Hal ini bahkan bisa mencapai derajat syirik akbar jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari sesuatu yang jelek yang terjadi.

Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk dan ini sama saja dengan menyatakan adanya pencipta selain Allah l. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah  sedangkan makhluk makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya menjadi sebab saja, maka seperti ini termasuk keharaman akan tetapi tidak sampai kepada derajat syirik. Maka dari itu wahai saudaraku, janganlah engkau mencela nikmat hujan yang Allah l berikan kepada kita.

Sikap Kita, Ketika Hujan?
Sungguh Nabi ` kita yang mulia telah mengajarkan kita untuk menyikapi hujan mulai ketika berkumpulnya awan (mendung) hingga selesai hujan.

  1. Ketika berkumpulnya awan
  2. Dari Aisyah x, beliau berkata, “Rasulullah ` apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, penj.) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya  kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, penj.). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shayyiban nafi’an” (Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat).”

  3. Ketika hujan lebat
  4. Ketika hujan turun dengan lebat, Nabi ` berdo’a “Allahumma hâwalaina wa lâ ’alaina. Allahumma ’alal âkami wal jibâli, wazh zhirâbi, wa buthunil awdiyati, wa manâbitisy syajari (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).”

  5. Ketika selesai hujan
  6. Nabi ` mengajarkan kita untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rahmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah).

Inilah beberapa hal penting yang diajarkan Nabi ` kita ketika hujan turun yang dapat saya sebutkan pada kesempatan kali ini. Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat hujan dan semoga kita dijauhkan dari sifat orang-orang yang suka mencela hujan dan semoga Allah jadikan untuk kita hujan yang bermanfaat dan bukan hujan yang menimbulkan bencana. âmîn

Ibnu Adi
Farmasi Angkatan 2012

Mutiara Hikmah
Doa Apabila Melihat Permulaan Buah: “Ya Allah! Berilah berkah buah-buahan kami, berilah berkah kota kami, berilah berkah gantangan kami (sehingga di antara kami tidak sering mengurangi timbangan) dan berilah berkah mud kami.” (HR Muslim, No. 2/1000)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *