Merugi

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

(QS al-‘asr [103] : 1-3)

Setiap manusia diberikan waktu yang sama oleh Allah , yaitu 24 jam. Terkadang banyak manusia
yang menggunkan kesempatan itu dibiarkan begitu saja. Ada yang malas-malasan padahal ia tahu jika
hari esok akan menghadapi ujian. Ada lagi yang memakai waktunya dihabiskan untuk bermain, alasannya
karena dunia ini hanya tempat bermain-main. Taubat bisa nanti saja, kalau sudah tua barulah bertaubat.
Orang-orang sepeprti ini sungguh keterlaluan, ia menganggap enteng urusannya. Padahal ia tidak tahu
bahwa selama ini yang memberikan kenikmatan itu adalah Allâh. Sungguh orang yang demikian adalah
orang yang merugi.

“Demi masa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang-orang yang
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”
(QS. Al-‘asr : 1-3)

Dari firman Allah  di atas, jika kita telaah bersama berarti posisi manusia dalam keadaan merugi,
yaitu mereka merugi diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Manusia terjerat masalah karena ulahnya
sendiri. Misalnya saja, tidak menjaga mulutnya ketika berbicara, sehingga banyak saudaranya yang
membenci dirinya. Jadi, sangat jelas bahwa mereka merugi karena perbuatanya sendiri.
Mari kita telaah kembali ayat al-Qur’an di atas. Disana terdapat pengecualian, jika kita berbuat baik,
saling menasehati dan saling mengingatkan maka kerugian itu bisa dihindari. Kenapa demikian? Karena
dengan kebaikanlah kita bisa terselamatkan, dengan saling menasehati kita bisa mengingatkan orang yang
belum baik supaya menjadi lebih baik. Dengan demikian, berarti setiap kesalahan yang dilakukan oleh
orang lain bisa diminimalisi. Jika salah satu ada yang lupa maka yang satu mengingtkan, begitu
seterusnya dan sebaliknya. Mengingatkan dengan penuh kelembutan seperti Allâh swt dan Rasûlullâh
ajarkan tentunya.
Dalam Al-Qur’an Allâh  memerintahkan kita untuk menyeru kepada kebaikan, (ta’muruna bil
ma’ruf) dengan cara yang santun dan indahlah maksudnya. Tujuannya adalah mengajarkan dengan
kelembutan dalam mengingatkan manusia, bukan dengan cara kekerasan. Bagaimana mungkin Allâh swt
menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang lain, sedangkan diri kita belum baik. Berarti secara
lembut Allâh swt mengingatkan kita untuk menjadi orang baik dulu, setelah itu baru ke orang lain.
Kadar Keimanan
Kita sadari bahwa kadang-kadang kadar keimanan itu selalu naik turun “al-Iimânu yazidu wa
yankus” banyak hal yang melatarbelakangi semua ini. Sebagai mahasiswa tentu banyak godaan dan
ajakan yang tidak mendidik. Bahakan jika tidak pintar memilih teman, yang ada bisa-bisa kita malah
tejebak dan terjerumus. Kadar keimanan itu berubah karena disebabkan perubahan waktu juga. Setiap
orang memiliki titik jenuh, dari kejenuhan itulah berakibat kepada kadar keimanan kita sendiri.
Terlebih sebagai seorang kepala keluarga misalnya. Seorang bapak memiliki tugas untuk mencari
nafkah bagi keluarganya. Tentu sangat sulit untuk bagi sang bapak dalam menjaga keimanan itu agar
selalu konsisten (istiqomah). Ketika kadar iman kurang stamina, apa lagi ketika sedang dirundung banyak
masalah, maka dorongan untuk berbuat tidak baik semakin bertambah. Oleh karena itu maka keimanan
yang betul-betul kuat harus kita miliki. Agar dalam kondisi apapun tetap bisa terjaga.
Waktu bagaikan pedang, kalau salah menggunakannya maka kita akan terbunuh oleh pedang.
Tentunya kalu tidak ingin menjadi korban maka kita harus benar-benar memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Rasûlullâh  selalu mengingatkan kepada umatnya, bahwa orang yang beruntung adalah
orang yang menjadikan hari esoknya lebih baik dari hari kemarin. Seharusnya kita sadar betul apa yang
disampaikan Nabi Muhamad . karena jika kita gali makna sebenarnya tentu sangat dalam dan juga
mampu menjadi landasan hidup.
Jika kita mau memperhatikan pesan dari Rasûlullâh tersebut, sebenarnya sudah mencakup semua
hal. Mulai dari masalah hidup setiap hari yang sepele hingga yang paling berat pun akan ketemu
solusinya. Setiap manusia yang lahir akan mengalami pertambahan usia dengan bertambahnya usia ini
maka bertambah pula pengetahuan dan pemahaman keilmuan nya pula, akan teapi justru yang menjadi
masalah adalah makin tua makin menjadi seperti istilah “tua-tua keladi” inilah yang dialami oleh generasi
muslim saat ini. Banyak yang mengerti agama namun jauh dai nilai-nilai agama.

Dalam al-Qur’an Allâh  menangguhkan orang-orang yang enggan untuk menyembahnya, Allâh
berikan apa yang mereka minta [istijrad] akan tetapi tunggu saja apa yang akan mereka terima karena ini
adalah istijrad dari Allâh t. Berhati-hatilah dengan apa yang kita lakukan dan apa yang kita perbuat
untuk Allâh, apakah perintah Allâh  telah kita jalankan dengan benar dan sesuai dengan anjuran Allâh
itu. Kalau tidak sesuai dan jauh dari ketentuanNya kemudian apa yang kita pinta selalu Allâh kabulkan
jangan-jangan kita termasuk orang yang mendapatkan istijrad dari Allâh. Naudzubillahi min dzalik…
Belajar dari Musibah
Indonesia, tidak henti-hentinya dilanda bencana. Ini adalah bukti bahwa Allâh memeberikan ujian
dan memberikan teguran kepada makhluknya. Sebab diantara sekian banyaknya penduduk Indonesia yang
mengaku muslim ternyata hanya sebagian saja yang menjalankan perintah Allâh .
Kalau kita mau jujur dengan apa yang kita perbuat terhadap Allâh dalam sehari, seminggu,
sebulan, bahkan setahun. Jika kita renungkan pastilah labih banyak yang meninggalkan daripada
melakukan perintahNya. Apakah kita sudah benar menjalankan perintah Allâh? seberapa seringkah kita
melalaikan kewajiban kita? Tampaknya semua individu tidak berani menjawabnya.
Dari kesalahan-kesalahan inilah Allâh mengingatkan kita semua untuk mendekatkan diri, apalagi
sampai melupakannya. Allâh lebih senang kepada hambanya yang selalu menyebut-nyebut namanya,
berdzikir dan lidahnya selalu basah dengan kalimat Allâh. Akan tetapi, ketika hambanya lupa terhdapa
Allâh, tentulah Allâh memberikan teguran dengan melalui perantara tentara-tentaranya agar dapat ingat
kembali.
Coba bayangkan, jika di seluruh dunia; jumlah penduduk bermilyar-milyar ini tak ada seorangpun
yang menyembah Allâh semuanya lalai akan semua perintah Allâh, kira-kira apa yang akan terjadi ? apa
jadinya jika tak ada satupun yang mengumandangkan adzan ketika waktu shalat tiba? Pastilah Allâh akan
langsung mengirimkan sebuah bencana, bahkan kiamat pun juga bias terjadi.
Tanda-tanda Qiyamat sudah tiba. Misal, kerusuhan dimana-mana. Jika kita perhatikan hampir di
setiap Negara ada kerusuhan, awalnya masalah itu kecil tapi kemudian menjadi besar dan tak kunjung
selesai. Hingga titik temunya sulit ditemukan, karena tak ada yang mau mengalah.
Tak hanya itu, bahwa anatara laki-laki dan perempuan sulit untuk dibedakan. Laki-laki
menyerupai perempaun dan sebaliknya. Sehingga kejadian-kejadian ini dikait-kaitkan dengan Qiyamat.
Padahal hanya Allâh lah yang mengetahui semuanya, manusia tak berhak mendahului ketentuan Allâh
karena dialah yang maha mengetahui apa-apa yang tidak kita ketahui.
Penutup
Alangkah baiknya jika kita kembalikan kepada Allâh , jangan sampai kita melupakan semua
perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangannya. Syaitan selalu mencari teman untuk menemaninya
di Neraka kelak. Jadi, jangan sampai kita menjadi salah jalan dan terperosok kedalam jalan mereka dan
menjadi pengikut setia syetan.
Tawaran-tawaran syaitan sangat menggiurkan dan mampu melupakan semua urusan, termasuk
urusan akhirat. Banyak orang yang sewaktu dekat dengan Allâh, ia meminta dalam doanya kekayaan.
Akan tetapi setelah ia kaya, ternyata ia lupa bahwa semua itu adalah pemberian Allâh. Ia merasa semua
itu adalah hasil dari jerih payahnya dan hasil keringatnya sendiri, bukan dari Allâh .
Padahal ketika masih ingat dengan Allâh ia sempat berucap janji jika aku punya harta yang
banyak aku akan tambah taat dalam menyembah Mu. Ternyata ia lupa semuanya, karena tertutupi oleh
ajakan syaitan. Jangankan meningkatkan ketaatan, infaq, dan sedekah pun tidak. Naudzubillâh min dzalik
Jika kita beristiqomah dalam menjalankan ketaqwaan, pastilah semua masalah dan godaan ini
bukanlah sesuatu yang sulit. Syetan itu masuk dan membisikan ajakan-ajakan yang menyimpang dari
jalan Allâh  ketika kita lemah. Ajakan Allâh terkadang sulit dilakukan sedangkan ajakan syaitan justru
malah terasa ringan dan selalu mendapatkan kemudahan.
Sadarlah bahwa efek dari semua itu adalah sebuah hukuman yang akan membuat kita menyesal
selamanya. Jangan sampai ketika sudah berada di alam kubur barulah kita tersadar. Marilah kita niatkan
secara bulat dengan tekad yang kuat bahwa kita akan melawan semua ajakan syaitan itu. Mudah-mudahan
kita menjadi hamba yang kuat dan selalu Allâh berikan kemudahan dalam menjalankan semua
perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. WAllâhu’alam. []

Amir Hamzah
Belajar di UII

Mutiara Hikmah

“Janganlah kamu mencela masa karena Allah berfirman, “Aku adalah masa, malam dan siang adalah
milik-Ku. Aku menjadikannya baru dan berlalu. Dan, Aku mengganti para penguasa dengan para penguasa yang baru.”
(HR Ahmad).

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *