MENUMBUHKAN KEBAIKAN SOSIAL

 

وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ٢٠١

“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

(Q.S Al Baqarah [2] : 201)

 

Salah satu tujuan Allah  menurunkan para nabi ke muka bumi ini, adalah sebagai tauladan kebaikan bagi kita umat Islam, dan tentunya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kisah-kisah tersebut. Seperti halnya kesabaran nabi Yusuf dalam menerima ujian berupa permusuhan dari saudara-saudaranya hingga akhirnya beliau harus menerima keadaan terpisah dari keluarganya tercinta. Namun dengan keikhlasannya Allah  yang maha kuasa mengganti ujian tersebut dengan memberikan jabatan terbaik di negeri yang Allah  kehendaki.

Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, mereka diutus ke muka bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memberikan peringatan dan pelajaran yang sangat berharga bagi umat-umatnya. Dalam kacamata Islam, agama merupakan sumber yang penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Maka dasar-dasar pendidikan yang terkandung di dalamnya merupakan pendidikan tentang norma dan akhlak yang tinggi bagi mereka yang menjalani peran terbaik dalam kehidupan ini.

Oleh sebab itulah seorang muslim yang sejati hatinya dan indah pandangannya, serta sadar kepada indahnya ciptaan Allah  di alam semesta ini, mereka adalah yang orang senantiasa mengingat akan kebesaran-kebesaran-Nya seraya berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau ciptakan ini dengan sia-sia.  Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (Q.S Ali Imran [3] :190)

Setidaknya ada beberapa perilaku atau tauladan yang baik yang dapat kita jadikan pondasi awal dalam menumbuhkan kebaikan sosial. Karena dengan menumbuhkan kebaikan sosial ini, akan tumbuh kebaikan-kebaikan lainnya sehingga dapat mengantarkan generasi yang selalu membawa manfaat yang banyak.

Pertama adalah selalu menolong orang lain baik tetangga, teman atau kerabat kita yang dalam kesulitan dalam bidang ilmu, kehidupan, ekonomi maupun dalam hal yang lain. Menolong orang lain dalam kebaikan merupakan perkara yang sangat di sukai oleh Allah , karena bisa jadi dengan pertolongan yang kita berikan, pertolongan tersebut dapat menjadi wasilah atau jalan kebaikan baik untuk kita maupun bagi mereka yang membutuhkan.

Sebagaimana halnya nabi Musa dalam memberikan pertolongan kepada salah seorang pengembala yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Maka dari kebaikan itu beliau dapat memetik hasilnya dengan mendapatkan hidangan terbaik dari keluarga pengembala tersebut.

Maka sudah sepantasnya kita dapat mengamalkan perbuatan yang telah di contohkan oleh nabi Musa dalam memberikan pertolongan kepada siapapun. Oleh sebab itulah hal yang utama kita perhatikan dalam menumbuhkan kebaikan sosial adalah melihat dan mengamati lingkungan yang ada di sekitar kita.

Banyak kita temui di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, baik tetangga atau kerabat kita yang belum mengenal huruf al-Qur’an sehingga mereka enggan dalam melakukan ibadah yang lain karena malu akan keilmuan yang mereka miliki belum sempurna.

Sudah sepantasnya kita sebagai muslim yang baik akan rela mengajarkan ilmu al-Qur’an ini dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu kebaikan sosial yang dapat kita petik pahalanya di akhirat nanti dari setiap huruf yang mereka baca.

Kedua adalah selalu memberikan komentar kebaikan dalam menasehati dengan hikmah atas sikap dan perilaku orang lain yang berbuat salah atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Komentar yang baik sangat penting kita lakukan di era digital nan percepatan informasi ini, bagaimana tidak, banyak orang-orang yang mengunggah foto maupun video yang kurang baik dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Maka sudah menjadi peran kita sebagai seorang muslim untuk selalu menasehati saudara muslim yang lain.

Oleh sebab itulah dengan memberikan komentar yang baik, maka komentar dan nasihat yang baik ini akan menjadi do’a kebaikan bagi mereka yang senantiasa kembali kejalan yang benar. Sehinggga mereka yang melakukan perbuatan tersebut akan sadar bahwa perbuatanya adalah sesuatu yang tidak benar.

Masih ingatkah kita kisah salah seorang imam Masjidil Harom yang dalam masa kecilnya selalu membuat orang tua dan keluarganya menjadi kesal terhadap tingkah laku dan perbuatannya. Namun dengan kebijakan dan kerendahan hati sang ibu yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya maka ketika anak ini menjadi dewasa, ia menjadi salah satu imam terbaik yang senantiasa menjadi seorang imam yang di kagumi. Iya, dia adalah imam As-Sudais, yang saat ini selalu menjadi rujukan imam-imam masjid yang ada di negara kita maupun negara Islam lainnya.

Bukankah komentar adalah sebuah kata-kata yang dapat menjadikan pelakunya menjadi apa yang kita lontarkan. Maka sudah sebaiknya komentar kebaikan selalu menjadi sebuah senjata bagi kita untuk selalu menyampaikan kepada siapapun.

Ketiga adalah selalu mendoakan kebaikan-kebaikan kepada siapapun dan kapanpun terhadap perilaku sosial masyarakat yang belum ada kebaikannya atau terhadap orang yang tidak baik kepada kita, sebagaimana halnya Rasulullah  yang mendo’akan orang-orang di kota Thoif pada masa itu, yang telah melempari beliau dengan batu saat beliau mengajak kepada kebaikan. Bahkan atas perbuatan mereka Rasulullah  mendapatkan luka yang tak ringan.

Namun, melalui peristiwa itu, tidak pernah terbesit dalam hatinya untuk membalas keburukan yang mereka lakukan bahkan beliau senantiasa berdo’a kepada Allah  akan kebaikan untuk anak cucu dan keturunan bangsa Thoif pada waktu. Terbukti dari do’a baginda Nabi Muhammad  itu, kini daerah Thoif merupakan daerah yang sejuk dan banyak pepohonan yang tumbuh bersemi serta berbagai buah dihasilkan dari daerah tersebut bahkan menjadi salah satu tujuan destinasi wisata orang yang beribadah umroh maupun haji.

Keempat adalah selalu menyambung tali persaudaraan antar muslim. Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga kedamaian dan ketentraman dimanapun kita berada. Oleh sebab itulah seorang muslim yang akan menumbuhkan kebaikan sosial maka ia senantiasa menjaga tali persaudaraan dengan siapapun, baik dengan teman akrab, kerabat, dan orang-orang yang belum ia kenal sebelumnya.

Islah atau perdamaian adalah salah satu sifat terpuji yang patut kita jadikan pedoman dalam hidup ini. Bagaimana tidak, kebaikan seorang muslim dalam mendamaikan orang lain adalah sebuah bentuk perjuangan yang membutuhkan strategi yang jitu. Sebagaimana halnya Rasulullah  dalam mendamaikan orang-orang Madinah pada masa itu, sehingga mereka menjadi sahabat nabi yang terbaik bagi kaum muslimin hingga saat ini. Oleh sebab itulah menumbuhkan kebaikan sosial akan menjadi salah satu alternatif kita dalam mencapai negara muslim yang diimpikan oleh setiap generasi.

Orang-orang yang selalu berusaha menumbuhkan kebaikan sosial, maka ia akan mendapatkan hasil terbaiknya dari setiap bibit-bibit kebaikan yang ia tanam hingga akhirnya ia dapat menuai hasil kebaikannya baik di dunia maupun di akhirat

Bukankah kita sering mendengar dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik Radhiallahuanhu berkata, Rasulullah  bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka ia memaafkan-Nya, “lalu dikatakan, “Bagaimana Ia Memanfaatkanya?” Beliau menjawab, “Allah memberi taufiq keanya uutuk beramal shalih sebelum ia wafat.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Albani)

Pada hakikatnya menumbuhkan kebaikan sosial bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk diri kita sendiri, masih ingatkah kita akan hadis nabi yang menjelaskan tentang tiga perkara yang akan menemani kita setelah kematian, salah satunya adalah amal jariyah. Amal jaiyah ini dapat berupa harta atau materi serta ilmu pengetahuan yang kita berikan kepada orang lain sehingga bermanfaat dan mereka senantiasa memanfaatkanya.

Bukankah dalam al-Quran Allah  memberikan penjelasan tentang salah satu tujuan  manusia diciptakan adalah untuk menguji sejauh mana amal perbuatannya di muka bumi ini, (Al-Mulk [67] : 1-2). Maka dari itu untuk menumbuhkan kebaikan sosial, sudah sepantasnya kita berharap hanya kepada sang maha pencipta alam raya ini, dengan memohon keridhaan-Nya untuk selalu dapat melakukan kebaikan-kebaikan bagi siapapun dan kapanpun.

Seorang muslim yang sadar akan kebesaran Allah  maka dia senantiasa bersyukur akan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya dan selalu melakukan yang terbaik pada setiap langkahnya.

Maka marilah kita senantisa meminta pertolongan kepada Allah yang Maha baik dan selalu menerima kebaikan, “Ya Allah jadikanlah kami dan anak cucu kami menjadi sumber kebaikan bagi siapapun, dan terimalah amal kami. Ya Allah mudahkanlah kami dalam melakukan kebaikan dimanapun dan kapanpun sehingga kebaikan itu dapat menjadi penghalang kami dari api neraka dan dengan kebaikan itu dapat membimbing kami ke syurga”. Aamiin.

 

Romi Padli, SEI., ME

Alumni Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia

 

 

 

 

Mutiara Hikmah:

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *