Malu Dalam Islam

Bismillāhi walhamdulillāhi wash shalātu was salāmu ‘alā rasūlillāhi,

Pembaca setia buletin al rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ, apa yang pertama kali muncul di dalam benak kita ketika mendengar kata malu? Kebanyakan orang mungkin akan mengatakan malu itu kuper (kurang pergaulan), malu itu gak keren, malu itu minderan, malu itu akan merugikan, malu itu akan membuat pelakunya mudah terkucilkan. Hmmm apalagi ya? Nah itu adalah beberapa pendapat yang mungkin sering kita dengar di kalangan masyarakat terkait adanya rasa malu dalam diri seorang muslim. Seolah-olah malu adalah keburukan yang akan mengantarkan pelakunya kepada kesengsaraan. Benarkah demikian? Lalu bagaimana sebenarnya Islam memandang rasa malu dalam diri seorang muslim?

Pengertian Malu

Dari segi bahasa, malu (al-hayâ’) dalam At-taufiq ‘ala Muhimmat at-Ta’arif disebutkan bahwa malu adalah menahan diri dari melakukan sesuatu dengan alasan takut akan celaan dari orang lain. Sedangkan dari segi istilah disebutkan, malu adalah salah satu akhlak terpuji yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan yang jelek dan menahan dirinya dari merampas hak orang lain[1].

Ar-Raghib juga menyebutkan dalam kitab Fath al-Bari berkata, “Malu adalah menahan diri dari berbuat hal-hal yang tidak baik (buruk). Malu adalah sebuah karakter khusus bagi manusia berupa naluri untuk menahan dirinya dari hal-hal yang diiinginkan oleh nafsunya sehingga ia berbeda dengan binatang” [2].

 Pembagian Sifat Malu

Sifat malu terbagi menjadi 2 macam, yaitu malu yang terbentuk secara alami (bawaan) dan malu yang terbentuk karena usaha.

Pertama, malu yang terbentuk secara alami, merupakan malu yang sudah menjadi bawaan dari seseorang, ia tidak memerlukan usaha untuk membentuk rasa malu itu. Malu secara alami (naluri) sebenarnya dimiliki oleh setiap orang dan merupakan anugerah dari Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda, “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan” (H.R.Bukhari).

Kedua, malu yang terbentuk karena usaha merupakan malu yang diusahakan dan direalisasikan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Malu ini diperoleh dari proses mengenal Allah ﷻ, mengenal Rasulullah ﷺ dan mengenal Islam. Malu ini juga diperoleh dari kedekatan seorang muslim kepada Allah ﷻ. Kedekatan dengan Allah ﷻ akan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah ﷻ, kepada Rasulullah ﷺ dan kepada Islam. Rasa cinta akan mengantarkan seseorang kepada sikap patuh dan taat terhadap ajaran-ajaran islam, salah satunya adalah terdorong untuk berakhlak islam yaitu memiliki rasa malu.

Tiga Bentuk Malu

  1. Malu kepada Allah ﷻ

Seseorang yang memiliki rasa malu kepada Allah ﷻ, maka ia akan berusaha untuk meninggalkan segala yang Allah ﷻ benci dan mengerjakan segala yang Allah ﷻ sukai. Sifat malu kepada Allah ﷻ akan mengantarkan pemiliknya malu untuk berbuat dosa, karena ia memiliki sifat muraqabatullah yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah ﷻ dalam setiap kondisi kapanpun dan dimanapun.

  1. Malu kepada diri sendiri

Seseorang harus mempunya rasa malu kepada dirinya sendiri. Malu kepada diri sendiri berarti malu ketika ingin melakukan kesalahan tatkala sendiri. Sehingga ketika memiliki niat untuk berbuat dosa tatkala sendiri, malu itulah yang menghalangi untuk melakukannya.

  1. Malu kepada orang lain

Tidak hanya malu kepada Allah dan diri sendiri, kita harus mempunyai malu kepada orang lain. Orang yang memiliki rasa malu kepada orang lain, maka ia tidak akan berani melakukan kesalahan ataupun dosa di hadapan orang lain.

 

Keutamaan Rasa Malu

  1. Malu adalah akhlak Allah dan akhlak yang dicintai-Nya

Nabi pernah Rasulullah ﷺ bersabda kepada Asyaj bin Abdul Qais, “ Sungguh dalam dirimu ada dua karakter yang Allah sukai yaitu sifat malu dan murah hati.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi).

Rasulullah ﷺ juga bersabda,“ Sungguh, Allah itu pemalu. Allah malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, tetapi Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong.” (HR. Tirmidzi).

  1. Malu adalah kebaikan dan cabang keimanan

Rasulullah ﷺ bersabda, “Rasa malu tidak akan mendatangkan sesuatu, kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari)

dalam hadist lain Rasulullah ﷺ  juga bersabda, “Malu adalah salah stau cabang dari keimanan”

  1. Malu adalah perhiasan dan keindahan bagi manusia

Rasulullah ﷺ  bersabda, “Tidaklah kekejian ada pada suatu perbuatan melainkan akan merusak nilai perbuatan itu, dan tidaklah rasa malu ada pada suatu perbuatan melainkan akan memperindah perbuatan itu.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

  1. Malu adalah akhlaknya malaikat dan akhlak Islam

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh, aku merasa malu terhadap seorang lelaki yang para malaikat pun merasa malu terhadapnya.” (HR. Muslim)

Nabi juga bersabda,

“Setiap agama pasti memiliki ajaran moral (akhlak) dan akhlaknya islam adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah)

  1. Malu adalah akhlaknya para Nabi

Rasulullah ﷺ  pernah menceritakan terkait Nabi Musa, beliau mengatakan bahwa Nabi Musa adalah “Sosok yang pemalu lagi tertutup. Kulitnya tidak terlihat sedikitpun saking pemalunya.” (HR. Bukhari)

  1. Malu akan mengantarkan ke surga

Rasulullah ﷺ bersabda, “ Malu merupakan bagian dari iman dan iman tempatnya di surga. Bertingkah sembarangan berasal dari tabiat yang kasar. Sifat kasar tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi)

  1. Malu adalah tanda hidupnya hati

Dalam Al-mausu’ah al-Fiqhiyah seorang ulama berkata: “Malu adalah bagian dari hidup. Karena hati yang hidup dapat menghadirkan sifat malu. Sebaliknya, sedikitnya rasa malu akibat dari hati dan jiwa yang sekarat.” [3]

  1. Malu dan Iman saling berkaitan

Rasulullah ﷺ bersabda, “Iman dan malu adalah sesuatu yang saling terkait, apabila salah satunya lenyap, maka lenyaplah yang lainnya.” (H.R.al-Hâkim (I/22), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jâmush Shaghîr (I/223), al-Mundziri dalam at-Targhîb wat Tarhîb (no. 3827), Abû Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ (IV/328, no. 5741), dan selainnya. Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 3200).

Begitulah malu dalam Islam dan keutamannya. Keberadaan malu dalam diri seseorang tidak mengantarkannya pada keburukan, justru akan membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.[]

Marâji’

[1] Muhammad bin Musa asy-Syarif. Malu: Sebuah Refleksi Keindahan dan Kewibawaan Seorang Wanita. Solo:Tinta Medina. 2016 M. Cet.k-1. hal. 1-2.

[2] Ibid. hal. 2-3.

[3] Ibid. hal. 4-5.

https://almanhaj.or.id/12190-malu-adalah-akhlak-islam-2.html

https://wahdah.or.id/hilangnya-rasa-malu/

https://www.alirsyad.or.id/malu-dalam-islam/

 

Penyusun:

Indayana Ratna Sari, S.Si.

S2 Pendidikan Kimia UNY

 

Mutiara Hikmah

Rasulullah  ﷺ  bersabda,

كُلُّ أُمَّـتِيْ مُعَافًى إِلاَّ الْـمُجَاهِرِيْنَ

“Setiap umatku pasti dimaafkan, kecuali orang yang melakukan maksiat secara terang-terangan”. (H.R.al-Bukhâri no. 6096 dan Muslim no. 2990)

 

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *