Valentine’s Day dalam Pandangan Islam

Valentine’s Day dalam Pandangan Islam

Oleh Isna Yunita

*Alumni Pondok Pesantren UII Angkatan 2017

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Perayaan Valentine’s day merupakan perayaan yang dilakukan sekali dalam setahun, tepatnya tanggal 14 Februari. Mayoritas beberapa negara di belahan dunia ini ikut merayakan momen ini, termasuk salah satunya Indonesia. Pada tanggal ini para keluarga, sahabat, pasangan, terutama kaum remaja, merayakan momen ini sebagai hari perhatian dan kasih sayang dengan orang terdekat. Coklat dan bunga merupakan contoh hadiah atau gift dari indikasi sebuah apresiasi perayaan valentine’s day.

Para remaja berlomba sebaik dan seunik mungkin untuk merayakan hari valentine agar menyenangkan dan dapat dijadikan momen yang akan diingat pasangannya. Namun pada kenyataannya, para remaja tersebut hanya mengikuti tren tanpa mengetahui maksud dan alasan diadakannya Perayaan valentine’s day tersebut.

Oleh karena itu penting bagi kita umat muslim untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam apa itu valentine’s day dan bagaimana asal usul dari perayaan tersebut, sehingga kita dapat menjadi pemuda muslim-muslimah yang cerdas, bukan hanya mengikuti tren yang ada tanpa tau bagaimana asal usul dari perayaan tersebut, bagaimana hukumnya di dalam kacamata Islam dan bagaimana parameter sikap yang harus dilakukan oleh para remaja Islam dalam menyikapi perayaan valentine’s day tersebut.

Asal Usul Lahirnya Hari Valentine

Bila dilihat dari sejarahnya valentine’s day berasal dari budaya Roma. Hari tersebut merupakan kegiatan ritual lupercalis bangsa Roma dan peringatan santo valentinus yang perayaannya sangat erat dengan perayaan di dalam gereja. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, perayaan tanggal 14 Februari mengalami pergeseran makna dan konsep. Budaya valentine day saat ini dirayakan dengan pengungkapan kasih sayang atau pemberian hadiah berupa coklat, bunga, kue, boneka, perhiasaan, dan beberapa pernak pernik berwarna pink sebagai bentuk ungkapan kasih sayang pada pasangan suami/ isteri, bahkan hal tersebut tidak jarang dilakukan oleh anak remaja yang belum menikah.

Meskipun valentine’s day erat hubungannya dengan peringatan kematian santo Valentine kaum Nasrani, banyak dari kaum muslim yang merayakan hari tersebut. Masyarakat yang mengikuti perayaan valentine sebagian telah mengetahui bahwa perayaan tersebut bukanlah bersumber dari ajaran Islam, namun beberapa dari mereka merayakan hari valentine karena mengikuti tren saja.

Valentine’s Day dalam Pandangan Islam

Allah  telah mensyariatkan aturan berkasih sayang sesama muslim, sehingga kasih sayang yang sesuai dengan syari’at Allah ﷻ akan mengantarkan pelakunya pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Melihat fenomena valentine’s day yang terjadi di masyarakat saat ini, perayaan hari kasih sayang tidak dibenarkan dalam Islam, disebabkan beberapa hal diantaranya:

  1. Menyerupai orang-orang kafir

Beberapa dari masyarakat muslim banyak yang merayakan hari valentine, maka kemudian timbul suatu pertanyaan, apakah ikut merayakan valentine’s day termasuk ke dalam menyerupai kaum Quraish, jika ditinjau, maka dapat dikatakan kaum muslimin tersebut kufur dan dalam bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang – orang kafir. Karena valentine’s day merupakan suatu bentuk ciri khas dan metode perayaannya dilakukan oleh orang-orang kafir. Ini juga ditegaskan pada rujukan suatu hadis yang melarang untuk

Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

“Barangsiapa menyerupai dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka.” (H.R. Abu Daud, no. 3512).

Sejatinya perayaan pada momen valentine’s day tersebut dilarang untuk dirayakan bagi kaum muslimin, dikarenakan pada hakikatnya kaum muslimin hanya memiliki dua hari raya dalam perayaan, pertama perayaan hari raya ‘Idul Fitri dan kedua ‘Idul Adha. Dalam Islam, hari kasih sayang bukan sesuatu yang hanya dilakukan di hari tertentu saja, tapi pada setiap waktu.

  1. Jalan menuju maksiat

Perayaan valentine’s day dapat menjadi langkah awal seseorang menuju bentuk kemaksiatan dan yang paling besarnya adalah bentuk perzinaan. Dengan alih-alih momentum valentine’s day tersebut, para remaja menggunakan momen tersebut untuk mengekpresikan perasaan cinta kepada sang kekasih, yang bukan mahram nya baik dengan cara saling bertukar hadiah, atau menghabiskan waktu bersama (berdua) saja di tempat romantis, Bahkan terkadang sampai kepada jenjang perzinaan. Padahal di dalam Al-Qur’an dan firman Allah ﷻ sudah sangat jelas bahwa perzinaan ataupun hal-hal terkait pengantarnya (pacaran, berduaan, berpegangan, dan lainnya) juga adalah suatu perbuatan tercela, sebagaimana surat Al-Isra’ ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32) 

  1. Mengadakan hari raya

Merayakan valentine’s day berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara yang dilarang. Dalam praktiknya, tujuan perayaan valentine’s day pada masa ini adalah menyebarkan kasih sayang di antara manusia seluruhnya, tanpa membedakan antara orang yang beriman dengan orang kafir. Hal ini dapat dikatakan menyelisihi agama Islam.

Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini telah menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama para remaja. Parahnya lagi, perayaan Valentine’s day ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu Santo Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh disepelekan, karena dapat menjadi sebab seorang muslim mencintai orang kafir.

Tindakan Menyikapi Valentine’s Day sebagai Remaja Islam

Seperti yang telah dijelaskan dalam sudut pandang Islam, maka layaknya seorang muslimin dapat dengan bijak menyikapi adanya valentine day tersebut, diantaranya :

  1. Tidak ikut berpartisipasi, menghadiri, ataupun merayakan bersama dengan orang yang merayakannya
  2. Tidak membantu atau mendukung orang kafir dalam perayaan mereka, dengan ikut memberikan hadiah, meminjaminya, atau pun menyediakan peralatan untuk perayaan valentine’s day
  3. Tidak membantu kaum muslimin yang ikut-ikutan merayakannya. Bahkan ia wajib melarang mereka, karena kaum muslimin yang merayakan hari raya orang kafir adalah perbuatan mungkar yang harus diingkari. Bukan hanya itu, kaum muslimin tidak boleh pula menjual bingkisan (pernak-pernik) bertemakan valentine’s day, baik pakaian tertentu, mawar merah, kartu ucapan selamat, coklat atau yang lainnya.
  4. Tidak memberikan ucapan valentine’s day, karena hari tersebut bukanlah hari raya kaum muslimin.
  5. Menjelaskan hakikat perayaan ini dan hari-hari raya orang kafir lainnya, agar kaum muslimin yang tertipu dengannya dapat sadar dan kembali pada jalur hakikatnya.

Marâji’:

Abud Dawud al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Dar Al Kotob Al Ilmiyah, Beirut.

Iga Rusiyawati dan Siti Fatimah Nurhayati, Valentine’s Day bagi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta: dari Sudut Pandang Ekonomi, Sosial dan Religi. Jurnal Unimma, 2017.

Essy Syam, Valentine Day: Hegemoni Budaya dan Kapitalis, Jurnal Ilmu Budaya: Vol. 3, No. 2, 2007.

 

Mutiara Hikmah

Rasulullah ﷺ  bersabda,

يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا

“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari” (H.R. Al-Bukhari, no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik).

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *