Belajar Menata Hati Untuk Resolusi 2024 Lebih Baik

Belajar Menata Hati Untuk Resolusi 2024 Lebih Baik

Nur Laelatul Qodariyah

(Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia)

 

Tahun baru 2024 sudah didepan mata, yang berarti perjalanan 2023 dari awal Januari sampai pada penghujung tahun ini menjadi perhatian bagi kita untuk menelisik lebih jauh, apakah masih ada terselip rasa kekecewaan atau kesalahan sehingga membawa kita larut dalam kesedihan hingga saat ini. Sehingga manusia perlu mengoreksi dan menata hati agar tidak mudah tersesat pada sesuatu yang belum tercapai.  Padahal menata hati adalah salah satu hal yang penting bagi manusia untuk menjaga kestabilan emosi, kestabilan hati agar tidak condong pada hal-hal yang diluar daripada kendali manusia.

Dari Abdullah bin ‘Amr dia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ,

أَىُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ، كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ‏.‏ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ، هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لاَ إِثْمَ فِيهِ وَلاَ بَغْىَ وَلاَ غِلَّ وَلاَ حَسَدَ‏.‏

“Manusia macam apakah yang paling mulia?” beliau menjawab, “Setiap (pemilik) hati yang selamat dan selalu jujur dalam bertutur kata. Mereka (para sahabat) berkata, “Jujur dalam bertutur kata telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang selamat?” beliau bersabda, “Hati yang bertakwa dan bersih, yang tidak ada dosa dan kezaliman padanya, serta tidak ada iri dan dengki.(H.R Ibnu Majah, no.4206).[1]

Menata hati tidak pernah terlepas dari bagaimana kualitas hati itu sendiri. Tidak mudah untuk menundukan, mengelola, memahami konteks hati dalam segi luarnya saja. Karena menata hati itu sifatnya internal. Sehingga hal-hal yang diluar kendali kita yang sifatnya (eksternal) tidak bisa kita kendalikan. Seperti halnya dengan omongan orang lain terhadap kita. Kita tidak bisa mengendalikan omongan negatif dari orang lain, yang bisa kita kontrol adalah perasaan kita sendiri saat ada terjangan atau perlakuan buruk dari orang lain.

Dikutip dari Jurnal Al-Basirah tentang hubungan rohani dengan insan kemudian diperinci oleh Al-Sarrāj, jika seorang hamba sedang sujud, maka hati ini tidak boleh ada sesuatu selain Allah ﷻ, karena saat sujud hamba dengan tuhan lebih dekat, sehingga menata hati untuk benar-benar ridho dan pasrah kepada Allah ﷻ, merupakan salah satu ikhtiar dalam mengelola hati untuk tunduk walaupun ada sesuatu yang mengahalanginya.[2]

Namun bagaimana caranya agar kita mulai menata hati ini agar tidak terpenjara oleh perasaan kecewa pada dunia yang belum bisa kita dicapai, setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar kita mulai menata hati ditahun baru 2024 yaitu;

Berfikir realistis tidak banyak halusinasi

Berfikir merupakan salah satu kebutuhan agar manusia lebih berkembang, namun membayangkan sesuatu tanpa ada usaha itu juga suatu kebodohan, boleh berharap namun jangan berlebihan apalagi sampai menggantungkan sesuatu itu kepada manusia. Sebenarnya inilah sumber dari kecewanya hati yaitu menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada seseorang. Apakah kita pernah sadar setiap kali kebahagiaan itu digantungkan kepada seseorang contohnya teman, pasti kita akan diuji dengan kecintaan kita kepada makhluk. Sehingga tidak pantas seorang hamba mempunyai rasa kepemilikan kepada makhluk.

Allah ﷻ berfirman,

وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَبْ

“Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Q.S. asy-Syarh [94]: 8).

Dari ayat diatas sudah jelas dan padat bahwasanya berharap itu hanya boleh kepada Allahﷻ saja selain daripada itu sudah jelas akan menimbulkan kekecewaan. Sama halnya dengan Seorang hamba yang sedang memperbaiki hidupnya atau mulai berhijrah pasti banyak sekali cobaan. Terutama tentang kemantapan hati. Apalagi hidup diakhir zaman ini. Dimana dunia digital menjadi sarana dan sumber informasi trend, gaya. Semua itu perlu kita jaga. Apalagi trend yang membuat kita jauh dari Allah ﷻ, sulitkan?. Siapa bilang itu mudah. Menjauhi sesuatu yang banyak sekali peminatnya padahal jelas-jelas trend itu mengandung unsur haram atau dilarang dalam agama. Pembaca pasti paham contoh-contohnya sekarang ini. Dibalik larangan tersebut Allah ﷻ sedang menyiapkan reward yang sangat luar biasa bagi hamba-hambanya yang tetap istiqomah untuk memperbaiki diri apalagi menghindari sesuatu yang jelas-jelas haram.

Berpikir jernih sebelum bertindak

Dalam menerapkan pola untuk lebih mudah menata hati agar tidak mudah layu, sebelum bertindak alangkah lebih baik untuk berfikir menggunakan akal sebelum melakukan sesuatu. Apabila dalam posisi marah, maka lebih baik berdiam diri sejenak dan tidak perlu langsung memutuskan sesuatu berdasarkan perasaaan yang kita rasakan akibat dari orang yang telah melukai kita.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S al-Isra’ [17]: 36).

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa, semua yang berasal dari tindakan merupakan sumbernya dari hati. Jika hati sudah tertata maka tindakan yang akan diperlihatkan juga akan mengikutinya.

Menerima kenyataan

Dari Abu Umamah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, Allah ﷻ berfirman,

يا ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ

“Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga.” (H.R. Ibnu Majah, no.4206).[3]

Kunci dari ketenangan hati ialah mau menerima. Menerima gagal maupun berhasil pada sesuatu yang sedang diusahakan. Sebagai makhluk yang bisa kita usahakan adalah berdoa dan berikhtiar. Jika ikhtiar kita sudah maksimal maka tinggal berdoa untuk meminta kelancaran kepada Allah ﷻ. Menerima dan sabar jika memang apa yang diusahan belum tercapai. Allah ﷻ sendiri yang akan menggantikan sesuatu itu dengan versi terbaik bagi masing-orang orang. Karena baik dimata manusia belum tentu baik di mata Allah ﷻ. Jika kita ikhlas menerima segala ketetapan dari Allah ﷻ maka tidak ada yang lebih menggembirakan hati sekaligus menyejukan hati jika semua yang kita usahakan selalu bersandar kepada Allah ﷻ.

Marâji’

[1] Ensiklopedi Hadits, “H.R Ibnu Majah no. 4206” Shahih menurut Muhammad Nashiruddin Al Albani

[2] Safia Abd Razak. dkk. “Adab Solat Puasa Serta Hubungannya dengan Pembangunan Rohani Insan: Analisis pemikiran al-Sarrāj (M.378) dalam Karya al-Luma’ fi Tarikh al-Tasawwuf al-Islami”, Al-Basirah, Vol. 9, No. 27-28, (2019)

[3] Ensiklopedi Hadits, “H.R Ibnu Majah no. 1586” Hasan menurut Muhammad Nashiruddin Al Albani

Download Buletin klik disini

Untukmu Agamamu, dan Untukku Agamaku

Untukmu Agamamu, dan Untukku Agamaku

Tan Lie Yong

 

Bismillâhi wal hamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, amma ba’d.

Kejahilan sebagian orang turut ambil bagian dalam ibadah non muslim dengan dalih toleransi beragama. Ada juga ikut merayakan ibadah agama non muslim dengan alasanya karena hubungan pertemanan dan kekerabatan. Sebagian lagi berdalih tidak ada nash al-Qur’an dan hadits yang jelas melarang dalam bermuamalah dengan non muslim walau hanya sekedar ucapan selamat pada perayaan agama non muslim. Bagaimana seharusnya sikap seorang mukmin dengan maraknya fenomena ini? Adakah adab dalam bermuamalah dengan non muslim?

Tegas dalam Bersikap

Seorang mukmin itu tegas dalam bersikap terutama berkaitan dengan tauhid dan syirik.  Termasuk sikap tegas tidak ikut ambil bagian dalam ibadah agama non muslim, dalam agama apapun itu, bagaimana pun bentuknya, baik ada hubungan pertemanan atau bahkan hubungan kekerabatan, Islam tegas dalam hal ini, bukan keras namun ajaran Islam bermaksud melindungi umatnya agar tidak terpengaruh dengan kesesatan agama lain.

Allah ﷻ berfirman,

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ. لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ. وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ.

Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah, Dan kalian tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Q.S. al-Kafiruun [109]: 1-6).

Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya surah ini. Orang-orang musyrikin senantiasa merayu Nabi ﷺ agar menghentikan dakwahnya, dakwah yang mengajak kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan. Akhirnya mereka menempuh berbagai macam cara, mereka menawarkan kepada Nabi ﷺ harta, tahta, dan jabatan. Tapi Nabi ﷺ tidak tertarik dengan itu semua. Akhirnya ditawarkan kepadanya wanita tercantik, tetapi Nabi ﷺ juga tidak tertarik dengan itu. Mereka terus memberikan penawaran kepada Nabi ﷺ dan beliau terus menolak.[1]

Akhirnya mereka memberikan penawaran yang lain, mereka mengajak Nabi ﷺ menyembah Tuhan mereka selama setahun saja dan setelah itu giliran mereka menyembah Tuhannya Nabi ﷺ selama satu tahun berikutnya. Allah ﷻ memerintahkan kepada Nabi ﷺ untuk menolak penawaran tersebut. Kemudian Allah ﷻ menurunkan surah Al-Kafirun, sebagai bentuk tegas penolakan Nabi ﷺ terhadap ajakan mereka.

Lihatlah bagaimana usaha yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin untuk menghentikan dakwah tauhid, bahkan mereka rela bertauhid selama setahun. Andai saja Nabi ﷺ menyembah tuhan-tuhan mereka walaupun sekejap mata niscaya Nabi ﷺ telah terjerumus ke dalam kesyirikan sehingga rusaklah tauhidnya.

Oleh karena itu, Nabi ﷺ tidak tawar-menawar dalam masalah ini. Dengan tegas Nabi ﷺ menolaknya. Berbeda dalam kondisi-kondisi yang lain, terkadang Nabi ﷺ menggunakan kata-kata yang lembut untuk mengambil hati mereka. Tetapi karena ini berkaitan tauhid dan syirik maka Nabi membantah dengan perkataan yang tegas dengan ayat-ayat pada surat ini.[2]

Adab Bermuamalah dengan Non Muslim

Adapun bentuk muamalah dengan non muslim (selain kafir harbi) yang diwajibkan adalah,  (1) Memberikan rasa aman kepada kafir dzimmi dan kafir musta’man selama ia berada di negeri kaum muslimin sampai ia kembali ke negerinya. (Q.S. at-Taubah [9]: 6). (2). Berlaku adil dalam memutuskan hukum antara orang kafir dan kaum muslimin, jika mereka berada di tengah-tengah penerapan hukum Islam. (Q.S. al-Maidah [5]: 8). (3) Mendakwahi orang kafir untuk masuk Islam. Ini hukumnya fardhu kifayah, artinya jika sebagian sudah mendakwahi mereka maka yang lain gugur kewajibannya. (H.R. al-Bukhari, no. 1356). (4) Diharamkan memaksa orang Yahudi, Nashrani dan kafir lainnya untuk masuk Islam. (Q.S. al-Baqarah [2]: 256). (5) Dilarang memukul atau membunuh orang kafir (selain kafir harbi). (H.R. al-Bukhari, no. 3166). (6) Tidak boleh bagi seorang muslim pun menipu orang kafir (selain kafir harbi) ketika melakukan transaksi jual beli, mengambil harta mereka tanpa jalan yang benar, dan wajib selalu memegang amanat di hadapan mereka. (H.R. Abu Daud, no. 3052). (7) Diharamkan seorang muslim menyakiti orang kafir (selain kafir harbi) dengan perkataan dan dilarang berdusta di hadapan mereka. (Q.S. al-Baqarah [2]: 83). (8) Berbuat baik kepada tetangga yang kafir (selain kafir harbi) dan tidak mengganggu mereka. (H.R. al-Bukhari, no. 6014 dan Muslim, no. 2625, dari ‘Aisyah). (9) Wajib membalas salam apabila diberi salam oleh orang kafir. Namun balasannya adalah wa ‘alaikum. (H.R. al-Bukhari, no. 6258 dan Muslim, no. 2163, dari Anas bin Malik).[3]

Adapun bentuk interaksi dengan orang kafir (selain kafir harbi) yang dibolehkan dan dianjurkan adalah, (1) Dibolehkan mempekerjakan orang kafir dalam pekerjaan atau proyek kaum muslimin selama tidak membahayakan kaum muslimin. (2) Dianjurkan berbuat ihsan (baik) pada orang kafir yang membutuhkan. (3) Tetap menjalin hubungan dengan kerabat yang kafir dengan memberi hadiah atau menziarahi mereka. (4). Dibolehkan memberi hadiah pada orang kafir agar membuat mereka tertarik untuk memeluk Islam, atau ingin mendakwahi mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin. (5) Dianjurkan bagi kaum muslimin untuk memuliakan orang kafir ketika mereka bertamu sebagaimana boleh bertamu pada orang kafir dan bukan maksud diundang. (6) Boleh bermuamalah dengan orang kafir dalam urusan dunia. (7) Diperbolehkan seorang pria muslim menikahi wanita ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) selama wanita tersebut adalah wanita yang selalu menjaga kehormatannya serta tidak merusak agama si suami dan anak-anaknya. (Q.S. al-Maidah [5]: 5). Adapun wanita muslimah tidak boleh menikah dengan orang kafir mana pun baik ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) dan selain ahlul kitab (Q.S. al-Mumtahanah [60]: 10). (8) Boleh bagi kaum muslimin meminta pertolongan pada orang kafir untuk menghalangi musuh yang akan memerangi kaum muslimin, dalam keadaan darurat dan tidak membahayakan kaum muslimin. (9) Dibolehkan berobat dalam keadaan darurat ke negeri kafir. (10) Dibolehkan menyalurkan zakat kepada orang kafir yang ingin dilembutkan hatinya agar tertarik pada Islam, (Q.S. at-Taubah [9]: 60). (11) Dibolehkan menerima hadiah dari orang kafir selama tidak sampai timbul perendahan diri pada orang kafir atau wala’ (loyal pada mereka), selain perayaann agama mereka.[4]

Marâji’

[1] Firanda Andirja. “Membedah Tafsir Surah Al Kafirun dalam Menyikapi Toleransi Kebablasan Saat ini.” https://firanda.com/membedah-tafsir-surat-al-kafirun-dalam-menyikapi-toleransi-kebablasan-saat-ini/. Diakses pada Rabu, 20 Desember 2023.

[2] Ibid.

[3] Muhammad Abduh Tuasikal. Interaksi dengan Non Muslim yang Dibolehkan” https://rumaysho.com/714-interaksi-dengan-non-muslim-yang-dibolehkan.html. Diakses pada Rabu, 20 Desember 2023.

[4] Ibid.

Download Buletin klik disini

Pesan Kemanusiaan dari Islam

Pesan Kemanusiaan dari Islam

Aisyah Amalia Putri

Alumni UII

 

Bismillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâhi, waba’du.

Kemanusiaan di era modern seringkali menjadi landasan bagi upaya mengatasi berbagai krisis yang menghadang. Namun, di tengah-tengah cahaya progresifitas dan teknologi yang membanggakan, kita dihadapkan pada kontradiksi yang mengganggu berupa krisis kemanusiaan yang terus berkecamuk di berbagai belahan dunia. Salah satu konflik yang menyala dan terus mempertanyakan moralitas dan keadilan adalah konflik antara Palestina dan Israel.

Situasi yang terus berlanjut ini memunculkan pertanyaan moral yang mendesak: di mana letak kemanusiaan kita? Bagaimana kita merespons tragedi kemanusiaan yang menimpa warga sipil, anak-anak, perempuan, dan lansia? Bagaimana pesan kemanusiaan dari Islam, agama yang mengajarkan kedamaian dan keadilan, membantu kita memahami serta menyelesaikan krisis seperti ini? Melalui beberapa pertanyaan di atas, penulisan dalam buletin ini mendiskusikan mengenai pesan kemanusiaan dari Islam dalam perspektif Al-Quran dan hadis secara singkat.

Seruan Islam

Islam menyerukan persaudaraan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di atas agama yang hak. Al-Quran memperlihatkan bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah ﷻ, dan bahwa memperlakukan setiap orang dengan hormat dan keadilan adalah suatu kewajiban. Dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 10).

Selain itu, Al-Quran juga menekankan pentingnya kebaikan, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama, terlepas dari perbedaan agama, suku, atau kebangsaan. Sebagaimana dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).

Salah satu hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, dan menjunjung tinggi hak-hak manusia. Pesan-pesan kemanusiaan ini dapat membimbing kita dalam merespons berbagai tantangan kemanusiaan yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini.

Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153)[1]

Pesan Kemanusiaan

Melalui pembahasan ayat al-Qur’an dan hadis di atas dapat diambil pelajaran mengenai pesan kemanusiaan dalam Islam, yaitu:

Pertama, panggilan untuk persaudaraan, perdamaian, penghormatan, dan kesetaraan bagi seluruh umat manusia di atas agama yang hak. Al-Quran menegaskan bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah ﷻ, mengisyaratkan bahwa memperlakukan setiap orang dengan hormat dan keadilan adalah sebuah kewajiban. Allah l menekankan kesatuan dan persaudaraan antara umat beriman, dengan mengajak untuk merajut kedamaian di antara mereka sebagai saudara seiman, dengan tujuan agar hidup dalam rahmat-Nya.

Adapun ciri-ciri seseorang mendapatkan rahmat Allah yaitu;[2] seseorang yang suka tolong menolong. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Barangsiapa yang meringankan beban seorang mukmin dalam kesukaran dunia, Allah akan meringankan beban kesukarannya di hari kiamat. Seseorang yang memberi bantuan kepada yang kesulitan, Allah pasti memberikan bantuan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba tersebut memberikan pertolongan kepada saudaranya.” (H.R. Muslim, no. 2699).

Selain itu, bagi seseorang yang suka berbagi kebaikan, Allah ﷻ akan melipat gandakan baginya sepuluh kebaikan. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Q.S. al-An’am [6]: 160).

Selanjutnya seseorang yang mentaati Allah dan Rasul-Nya. Allah ﷻ berfirman,

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, agar kamu diberi rahmat.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 132). Taat kepada Allah dan Rasul-Nya memunculkan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membawa berbagai kebaikan, sejahtera, dan kesuksesan dalam dunia, serta pahala besar di akhirat. Seseorang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Perilaku dan tindakan yang sesuai dengan ajaran Islam dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan.

Kedua, pentingnya kebaikan, kejujuran, dan kepedulian kepada sesama, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau kebangsaan. Manusia diciptakan dalam keragaman suku dan bangsa agar mereka saling mengenal dan saling memahami. Di sisi Allah, kehormatan seseorang tidak bergantung pada latar belakangnya, melainkan pada tingkat takwa dan kesalehan batinnya.

Adapun orang-orang yang bertakwa kepada Allah ﷻ, takut kepada siksa, mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, bersenang-senanglah di taman-taman yang bawahnya mengalir sungai-sungai.

Allah ﷻ berfirman,

مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ

Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, serta sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya.” (Q.S. Muhammad [47]: 15).

Dalam taman-taman itu mereka tidak menerima kesusahan, tidak pula penyakit karena mereka tidak perlu bersusah payah berusaha mencapai apa yang mereka butuhkan.[3] Melalui pemahaman pesan ini, kita bisa mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan yang diamanatkan oleh Islam dalam kehidupan sehari-hari.

 

Marâji’:

[1] At-Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih, Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[2] “Ciri-Ciri Mereka yang Mendapat Rahmat-Nya” https://www.fiqhislam.com/agenda/syariah-akidah-akhlak-ibadah/119618-ciri-ciri-mereka-yang-mendapat-rahmat-nya, diakses pada tanggal 16 November 2023.

[3] Ahmad Musthofa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi juz 14. Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1992. h. 42-43.

Download Buletin klik disini

Keistimewaan Masjidil Aqsa

Keistimewaan Masjidil Aqsa

Nur Laelatul Qodariyah*

 

Masjidil Al Aqsa atau biasa disebut dengan Baitul Maqdis merupakan masjid yang di berkahi dan di Agungkan. Keistimewaannya bahkan tercatat pada Al-Qur’an. Sehingga tidak heran masjidil Aqsa kerap kali di datangi oleh umat Islam saat melakukan perjalanan religi. Selain itu Masjidil Aqsa merupakan tempat suci bagi 3 agama yaitu Islam, Yahudi, Nasrani. Dalam Islam sendiri Masjidil Aqsa merupakan tempat dimana Rasulullah ﷺ melakukan Mi’raj ke Sidratul Muntaha. Sedangkan menurut agama Nasrani Masjidil Aqsa diyakini sebagai tempat yang pernah ditiduri oleh Jacob (Nabi Yakub). Sedangkan menurut agama Nasrani meyakini bahwa, di dalam batu itulah tempat Abraham (Nabi Ibrahim) mengorbankan anaknya untuk dikurbankan di Makkah.[1]

Allah ﷻ berfirman,

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya Sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. (Q.S. Al-Isra’ [17]: 1).

Dikutip dari buku Kilau Mutiara Sejarah Nabi ﷺ yang ditulis oleh Amanda Mustika, Masjidil Aqsa merupakan masjid yang mampu menampung kurang lebih 400 ribu jamaah berbentuk persegi dengan bangunan masjidnya sebesar 83 meter dengan lebar 56 meter. Melihat kacamata sejarah berdirinya Masjidil Aqsa tidak ada yang mengetahui secara pasti, hal ini terjadi karena perbedaan berbagai sumber. Namun secara pasti Masjidil Aqsa merupakan masjid tertua kedua setelah Masjidil Haram, sesuai yang disebutkan dalam buku Qashash Al- Anbiya karya Ibnu katsir, yang menyebutkan bahwa Masjidil Aqsa merupakan masjid tertua kedua setelah Masjidil Haram.[2] selain itu keistimewaan yang lain adalah;

Masjidil Aqsa Sebagai kiblat Pertama umat muslim

Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum Nabi ﷺ melakukan Isra’ Mi’raj. Hal ini di ketahui Nabi ﷺ pernah sholat sunnah yang mengarah ke Baitul Maqdis. Dikutip dari buku yang ditulis oleh Syahruddin El-Fikri berjudul situs-situs dalam Al-Qur’an, alasan kenapa Masjidil Aqsa dijadikan kiblat pertama umat Islam dikarenakan, pada saat itu kondisi Masjidil Haram masih dipenuhi dengan berhala yang mencapai 309 buah dan disembah oleh bangsa Arab dengan hal tersebut akan memunculkan kekhawatiran jika Rasulullah ﷺ  beribadah di tempat yang dominan dengan kekufuran sedangkan orang kafir Quraisy akan semakin senang karena seolah-olah Rasulullah ﷺ sedang mengakui kalau berhala-berhala tersebut merupakan Tuhannya.[3]

Masjid kedua yang Allah Posisikan di Bumi

Masjid yang pertamakali diletakan oleh Allah ﷻ ialah Masjidil Haram setelahnya adalah Masjidil Aqsa dengan hal itu masjidil Aqsa menjadi salah satu tempat yang di istimewakan oleh Allah ﷻ. Dari Abu Dzarr berkata, “ Aku bertanya kepada Rasulullah , masjid apakah yang pertama di bangung di muka bumi ini? Beliau menjawab, “Masjidil Haram.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” beliau menjawab, “Al-Masjidil Aqshaa” beliau bertanya lagi, “Berapa lama selang waktu antara keduannya?” beliau menjawab, “Empat puluh”. (H.R Bukhari, no. 3172).[4] dengan hal tersebut tidak heran kalau rakyat Palestina tidak gentar untuk mempertahankan tanah, dan juga Masjidil Aqsa. Berkat Palestina seharusnya kita berterimakasih karena tetap kokoh untuk tidak sedikitpun mundur dari kediamannya, karena jika Masjidil Aqsa beserta semua tanah di Palestina berhasil di kuasai oleh kaum Yahudi lantas bagaimana dengan Makkah yang bisa saja akan menjadi sasaran selanjutnya.

Tempat yang pernah disinggahi Rasulullah saat Isra’ Miraj’

Keistimewaan yang lain ialah Masjidil Aqsa pernah menjadi persinggahan Nabi ﷺ  saat Isra’ Miraj’. Seperti yang pernah disinggung sebelumnya bahwa, Masjidil Aqsa merupakan tempat yang disinggahi setelah usai melakukan perjalanan dari Masjidil Haram. Tempat ini (Masjidil Aqsa) menjadi saksi bahwa, Rasulullah ﷺ mendapatkan wahyu dari Allah ﷻ yang sangat luar biasa, yaitu perintah shalat 5 waktu yang harus dilaksanakan oleh umatnya. Disinilah Nabi Muhammad ﷺ diangkat sampai langit ketujuh (Sidratul Muntaha) selagi memperlihatkan wahyu untuknya.[5]

Lantas sangat tidak etis jika Masjidil Aqsa beserta tanah yang ada di daerah Palestina direbut dan dijadikan Negara baru oleh bangsa Yahudi hanya alasan bahwa tanah tersebut adalah tanah yang diberikan dari bangsa penajajah terdahulu. Jika memang ingin berperang maka peranglah dengan baik-baik. Ini bukan hanya tentang Agama namun tentang kemanusiaan. Bagaimana mungkin bisa Rumah sakit ikut-ikutan dijadikan sasaran pengeboman. Setiap orang berhak untuk bebas dan mendapatkan perlindungan hukum. Etika berperang yang digencarkan Israel ke Palestina itu bukanlah perang, tapi pembunuhan massal yang disengaja. Untuk itu kita sebagai umat muslim jangan pernah putus untuk membantu ataupun mendoakan Palestina meski itu hanya pembelaan di media sosial. Setidaknya kita tahu dimana kita berpihak saat ini. Ya Allah berikanlah kemenangan dan kemerdekaan kepada kaum muslimin di Palestina. Amîn.

Marâji’

* Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

[1] Muh. Ikhsan, “Bayt Al-Muqaddas: Perspektif Sejarah dan Siyasah”, Al- Munzir, (2018), 1.

[2] Jihan Najla Qatrunnada, “Kisah Berdirinya Masjid Al Aqsa, disebut Tertua setelah Masjidil Haram” dikutip dari https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/hikmah/kisah/d-6979380/kisah-berdirinya-masjid-al-aqsa-disebut-tertua-setelah-masjidil-haram/amp diakses pada tanggal 5 November 2023

[3] Berliana Intan Maharani, “Masjidil Al Aqsa: Kiblat Umat Islam yang Pertama Kali sebelum Ka’bah” dIkutip dari Masjid Al Aqsa: Kiblat Umat Islam yang Pertama Kali sebelum Ka’bah (detik.com) diakses pada tanggal 5 November 2023

[4] Ensiklopedi Hadits, “H.R Bukhari no.3172” Shahih menurut Ijma’ Ulama

[5] Zalsabila Natasya, “ 4 keistimewaan masjid Al Aqsa yang ingin dikuasai oleh Israel” dikutip dari 4 keistimewaan Masjid Al Aqsa yang ingin dikuasai oleh Israel (insertlive.com) diakses pada hari selasa tanggal 7 November 2023

Download Buletin klik disini

Cinta dan Iman: Kesejukan yang Terpancar dari Tanah Palestina

Cinta dan Iman: Kesejukan yang Terpancar dari Tanah Palestina

Yelis Nur Wahidah*

 

Di tengah hiruk-pikuk konflik yang melanda, Palestina menawarkan kekayaan cinta dan iman yang menyejukkan hati. Lebih dari sekadar medan perjuangan perebutan wilayah kekuasaan, Palestina adalah kisah tentang bagaimana cinta dan iman dapat menjadi sumber kekuatan bagi penduduknya. Palestina, tanah suci yang kaya sejarah dan keagamaan, bukan hanya menjadi medan konflik, tetapi juga menghidupkan jalan keimanan yang menakjubkan. Di tengah konflik yang melanda, Palestina mengajarkan kepada dunia bahwa keimanan adalah sumber kekuatan yang tak terbatas, yang dapat membawa ketenangan di tengah cobaan.

Cinta Sebagai Pengikat Komunitas

Cinta di Palestina tidak hanya berkisar pada hubungan individu, tetapi juga perekat yang mengikat seluruh komunitas. Solidaritas dan gotong-royong menjadi pondasi yang membangun kehidupan bersama, memastikan bahwa setiap orang dianggap sebagai bagian dari satu keluarga besar yang saling mendukung dan melindungi. Inilah tanah pilihan, Allah ﷻ yang telah menetapkan keberkahan tanah Palestina (bagian dari Syam). Keberkahannya ini dapat diingat kembali, misalnya Syam menjadi tempat hijrah Nabi Ibrahim, tempat singgah Nabi Muhammad ﷺ  ketika menjalankan Isra dan Mi’raj, sebagaimana firman Allah ﷻ,

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S. Al-Isrâ [17]: 1)[1]

Keberkahan lain yang Allah ﷻ khususkan atas Palestina (sekelilingnya) yaitu merupakan tempat dakwahnya para Nabi dengan misi agama tauhid serta keberadaan kiblat pertama kaum muslim (Masjidil Aqsha) di tanah Palestina.[2]

Cinta pada Tanah Air

Cinta pada tanah air di Palestina tidak dapat diukur dengan kata. Setiap bukit, lembah, dan pohon memiliki kisah yang dalam tentang kehidupan (perjuangan). Cinta tanah air merupakan fitrah, di mana setiap individu tidak akan mampu melupakan tempat kelahirannya. Kondisi ini bisa dilihat dari penduduk Palestina yang mencintai tanah mereka dengan penuh perjuangan walaupun nyawa taruhannya, hidup terbiasa dengan suara tembakan, ledakan bom yang bisa terjadi kapan saja tidak menjadikan mereka meninggalkan negeri kelahirannya, tetapi tetap bertahan di atas keimanan dan kekuatan do’a yang dipanjatkan, sebagaimana Nabi Ibrahim pernah berdoa kepada Allah ﷻ untuk negeri yang didiaminya. Allah ﷻ berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ

Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa: Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat…” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 126).

Cinta dalam Perjuangan

Perjuangan panjang yang dihadapi masyarakat Palestina menjadi ajang di mana cinta akan keadilan dan kebebasan membimbing setiap langkah. Meskipun terjebak konflik yang kompleks, cinta pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan terus menjadi api yang menyala dalam hati setiap individu yang tinggal di Palestina. Sekarang kita dikagumkan sosok pejuang palestina yang dikenal Abu Ubaidah, walaupun masih menjadi misteri tetapi keberaniannya patut dicontoh karena dianggap menjadi salah satu simbol perlawanan Palestina terhadap agresi, penjajahan (makar) dilakukan Israel dan zionis. Cinta dalam perjuangan, keimanan yang kuat dan ketaqwaan hanya kepada Allah ﷻ menjadikan pejuang Palestina tidak gentar dalam berjuang karena rahmat dan syahid yang diharapkan. ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-A’râf [7]: 56).

Iman sebagai Pilar Kekuatan

Iman adalah pilar utama di Palestina. Meskipun terjadi cobaan (penderitaan), penduduknya tetap menemukan kekuatan, ketenangan dalam keyakinan mereka. Masjid yang luluh lantah tidak menggoyahkan keimanan, pujian kepada Allah ﷻ, doa yang diucapkan dengan penuh kekhusyukan menjadi sumber kekuatan spiritual yang tidak tergoyahkan dalam berjihad melawan kedzaliman. Allah ﷻ berfirman,

لَا يَسْتَـْٔذِنُكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ أَن يُجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِٱلْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. At-Taubah [9]:44)

Iman dalam Keragaman

Palestina bukan hanya diwarnai oleh konflik politik, tetapi juga merangkul keragaman iman. Kristen, Islam, dan Yudaisme hidup berdampingan, menciptakan mosaik spiritual yang memperkaya kehidupan. Toleransi dan keterbukaan menjadi wujud nyata dari iman yang berkembang dalam keragaman. Cinta dan iman, dua kekuatan spiritual yang terpancar dari tanah Palestina, mengajarkan kepada dunia bahwa ketenangan dan kebahagiaan bukanlah hasil dari kekayaan materi, tetapi dari kekayaan batin yang memancar dari hati yang penuh cinta dan keyakinan. Dengan kesejukan ini, penduduk Palestina memberikan pelajaran tentang kehidupan yang harmonis, saling mengenal antar suku dan bangsa kendati dihadapkan pada tantangan konflik yang berat. Sesuai firman Allah ﷻ,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).

 

* Alumni Takmir Masjid Ulil Albab UII & Pengajar STIT Madani Yogyakarta.

[1] https://tafsirweb.com/.

[2] Majalah As-Sunnah. “Palestina Tanah Kaum Muslimin.” https://almanhaj.or.id/8028-palestina-tanah-kaum-muslimin.html. Diakses pada 25 November 2023.

Download Buletin klik disini

Tak harus “Berperang“ untuk Bela Palestina

Tak harus “Berperang“ untuk Bela Palestina

Muhammad Irfan Dhiaulhaq AR

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Sudah ribuan saudara-saudari kita para mujahid di tanah gaza sana telah tumbang menuju Allah ﷻ. Pembantaian yang tidak berperi kemanusiaan dilakukan oleh Zionis Yahudi yang semakin memarak. Sebelumnya, mereka menargetkan serangan kepada tentara Hamas Palestina yang menyerang mereka. Hingga saat ini, kaum zionis telah meluluh lantahkan berbagai tempat dan kalangan. Mulai dari Tempat beribadah, rumah sakit hingga rumah pengungsian yang menjadi target serangan empuk bagi mereka. Tercatat, lebih dari 11.000 orang yang telah kehilangan nyawa akibat serangan ini. Data tersebut diperparah dengan hancurnya 21 rumah sakit di Gaza serta beberapa tempat umum yang lainya.[1]

Menurut data dari Kementerian Kesehatan di Gaza, Korban tewas mencakup sedikitnya 4.506 anak-anak. Kejahatan yang sangat parah ini melampaui agresi yang telah ditetapkan oleh PBB, sehingga kegiatan ini dapat disebut sebagai salah satu dari tindakan genosida. Kita sebagai umat Muslim yang tidak bisa diam saja melihat kekejaman Zionis Yahudi yang telah melampaui batas. Sudah seharusnya kita memberikan bantuan kepada saudara kita di Palestina dengan beberapa cara berikut ini:

Memanjatkan Do’a Qunut Nazilah

Seperti yang telah dilaksanakan di beberapa Masjid di Indonesia, kerap melaksanakan do’a qunut nazilah yang diucapkan ketika waktu shalat fardhu pada posisi i’tidal di rakaat terakhir. Tidak hanya dipanjatkan untuk saudara kita di Palestina yang sedang terzalimi, namun juga kerap dipanjatkan ketika masa pandemi Covid-19 melanda. Menurut madzab Syafi’i sendiri, hukum qunut nazilah adalah sunnah ketika terjadi malapetaka atau bahaya yang menimpa kaum muslimin atau sebagainya. Dalilnya adalah hadis shahih dari Ibnu Abbas, ia berkata,

قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ، يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ، عَلَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

Rasulullah ﷺ qunut nazilah selama satu bulan. Beliau melakukannya berturut-turut pada shalat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh di setiap akhir shalat jika telah membaca ‘Sami‘allāhu liman hamidah’ dari rakaat yang terakhir mendoakan kejelekan untuk sekelompok kaum dari Bani Sulaim, Ri‘l, Dzakwan, dan Ushaiyah. Para Sahabat yang shalat di belakang beliau mengaminkan doanya.” (H.R. Abu Dawud, Ahmad, al-Hakim).[2]

Qunut Nazilah sunnah dilakukan sebab ada Musibah seperti merebaknya wabah di berbagai belahan dunia, penjajahan atau bencana besar di suatu negara, termasuk di antaranya menimpa sebagian kaum muslimin, sebagai salah satu upaya penting berdimensi spiritual yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin di mana pun berada. Cara ini dapat kita lakukan untuk membantu saudara muslimin di palestina sana dengan mengirimkan senjata jitu berupa doa-doa dan Memanjatkan Qunut Nazilah didalam sholat kita.[3]

Like, Share dan Comment Postingan tentang Palestina

Banyak beredar postingan dan video tentang keadaan negara Palestina sekarang yang memperlihatkan betapa mirisnya keadaan masyarakat palestina ditengah gencaran senjata dan rudal bom yang diluncurkan oleh kaum Zionis Yahudi. Selain itu, banyak juga konten-konten yang memberikan belas kasih serta dukungan terhadap saudara-saudara kita di palestina sana. Dengan adanya konten dan postingan tersebut, kita dapat berkontribusi untuk memberikan Like, Share dan Comment kebaikan dalam postingan tersebut. Karena dengan semakin banyak Like, Share dan Comment terhadap postingan tersebut, akan menjadikan konten-konten yang tadinya tidak terlihat oleh dunia Internasional, dapat terangkat dengan Algoritma yang ada.

Karena menurut Algoritma yang ada, Interaksi serta frekuensi likes serta komen yang diberikan akan memengaruhi konten apa saja yang menjadi page pribadi maupun publik. Hal ini dapat memberikan wadah bagi konten-konten yang berkaitan dengan Palestinan nantinya akan tampil di seluruh paltform media sosial baik itu Instagram, Tiktok dan yang lainya. Hal ini dapat membuat seluruh konten tentang Palestina nantinya dapat ter ekspos di publik dan menjadi perhatian bagi Umum.

Ikut Aksi Bela Palestina

Dengan banyak antusias umat Muslim dan non-Muslim yang menentang keras adanya konflik di Palestina, diadakan berbagai macam Aksi Bela Palestina di beberapa kota di dunia. Salah satunya di Kota Yogyakarta yang berlokasi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Aksi yang diiringi dengan Spanduk, Poster dan Bendera Palestina itu dihadiri oleh banyak kalangan. Sejumlah elemen dari masyarakat turut ikut serta dalam aksi ini.[4] Mulai dari tokoh masyarakat, artis media sosial maupun para da’i dan ulama. Dengan semangat yang menggebu-gebu dalam membela saudara kita di palestina sana dalam mengikuti aksi ini, kita dapat turut serta untuk mendukung para saudara kita tanpa terjun ke medan perang melalui suara dan aksi kita.

Memberikan Donasi lewat Lembaga Penyalur yang ada

Selain beberapa dukungan tadi, yang paling utama adalah kita bisa menyalurkan bantuan kita berupa sembako serta nominal uang yang nantinya akan disalurkan oleh lembaga yang terpercaya kepada saudara-saudara kita di Palestina. Presiden RI Ir Joko Widodo juga telah melepas bantuan kemanusiaan yang terdiri dari logistik untuk disalurkan kepada rakyat di Palestina. Aksi dari presiden ini dapat kita contoh dengan memberikan sejumlah harta kita untuk disalurkan kepada kaum muslimin di Palestina melalui lembaga yang sudah kredibel seperti Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) dan lain sebagainya. Semoga denagn cara ini dapat meringankan penderitaan warga Palestina. Semoga Allah memberikan kemerdekaan untuk negeri Palestina. Âmîn.[]

Marâji’

[1] Rolando Fransiscus Sihombing. “Korban Tewas Serangan Israel di Gaza Tembus 11.000 Orang, Termasuk 4.506 Anak” selengkapnya https://news.detik.com/internasional/d-7030467/korban-tewas-serangan-israel-di-gaza-tembus-11-000-orang-termasuk-4-506-anak. Diakses pada 13 November 2023.

[2] An-Nawawi berkata dalam al-Majmū‘ (3/482), “Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan atau shahih.” Ibnul Qayyim berkata, “Hadits ini shahih.” (Zādul-Ma‘ād 1/280) Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Shahīh Sunan Abū Dāwūd no. 1443. https://artikel.alfurqongresik.com/qunut-nazilah-apa-dan-bagaimana-caranya/. Diakases pada pada 14 November 2023.

[3] Ahmad Muntaha. “Sejarah dan Ketentuan Praktis Qunut Nazilah.” https://nu.or.id/shalat/sejarah-dan-ketentuan-praktis-qunut-nazilah-pada-saat-wabah-F9v6I. Diakses pada 14 November 2023.

[4] Hari Susmayanti. “Ribuan Warga Yogyakarta Gelar Aksi Bela Palestina.” https://jogja.tribunnews.com/2023/11/11/breaking-news-ribuan-warga-yogyakarta-gelar-aksi-bela-palestina. Diakses pada 14 November 2023

Download Buletin klik disini

 

Ketika Iman Menjadi Senjata: Ketenangan Hati Mujahidin Palestina

Ketika Iman Menjadi Senjata: Ketenangan Hati Mujahidin Palestina

Fortuna Khoiriyatul Muslimah*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Ditengah hiruk pikuk kekacauan kota dengan bangunan yang hancur, kerabat dan keluarga yang sudah tiada, para muslim mujahidin Palestina terus mengucap dzikir dan beribadah kepada Allah ﷻ  dengan tidak menyalahkan takdir ataupun ketentuan-Nya, sebagai bentuk penyembahan termurni akan kebesaran Allah ﷻ, ikhlas akan ketetapan dan berserah diri di tangan Sang Pencipta selagi terus berjuang akan tanah kelahiran mereka.

Dengan tidak berbekal apa-apa kecuali doa, iman dan takwa yang menyertai, mereka melawan dengan ketenangan hati yang diberikan oleh Allah ﷻ, percaya bahwa segala usaha mereka akan dibalas dengan pahala dan surga yang telah menanti. Sungguh, Allah yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui tidak akan memberikan cobaan hidup yang tidak sesuai dengan kesanggupan hambanya, sungguh besar kesabaran hati para muslim mujahidin Palestina yang berjuang melalui doa, iman dan usaha yang diiringi dengan ketakwaan.

Ketenangan Hati Para Pejuang

Meskipun dengan minim senjata ataupun roket yang menghancurkan, kemuliaan kesabaran mereka merupakan kekuatan terbesar yang mendorong mereka untuk berjuang menegakkan agama Allah. Berpegang teguh dengan konsep ‘mengingat Allah hati menjadi tenang’ bukan merupakan sebuah bualan semata karena tidak semua makhluk dapat merasakan ketenangan hati, ataupun kesabaran yang sama ketika diuji. Ketenangan hati yang diemban para mujahidin Palestina dan orang-orang mukmin lainnya tidak luput dari keimanan yang mereka tanam dalam hati, meyakini bahwa Allah Maha Melihat atas setiap perbuatan manusia baik yang tampak secara langsung ataupun tidak. Sekecil apapun amal seseorang akan dibalas sesuai dengan niatnya.[1]

Berjuang jihad fii sabilillah untuk menegakkan agama Allah, dengan imbalan derajat kedudukan tinggi dan surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, seperti yang sudah dijanjikan Allah ﷻ dalam firman-Nya,

فَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَأُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِمْ وَأُوذُوا۟ فِى سَبِيلِى وَقَٰتَلُوا۟ وَقُتِلُوا۟ لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ثَوَابًا مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلثَّوَابِ

Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannnya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (Q.S. Ali ’Imrân [3]: 195).

Kesedihan hati yang mereka rasakan di dunia atas meninggalnya saudara dan kerabat dekat, ataupun ketakutan atas ancaman dari zionis laknatullah sesungguhnya akan dibalas kemuliaan oleh Allah ﷻ di hari akhir kelak. [2]

Salah satu kemuliaan adalah ketabahan dan ketenangan hati ditengah-tengah tragedi pembantaian, penganiayaan dan penindasan terhadap rakyat Palestina yang disaksikan oleh sistem pemerintahan yang bisu yang membuat seolah-olah perang ini tidak berujung perdamaian. Allah ﷻ menjanjikan ketenangan hati terhadap mereka yang percaya akan kemenangan Allah ﷻ melalui surah al-Fath ayat 4. Allah ﷻ berfirman,

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Fath (48): 4).

Janji Allah itu Benar

Sebagai seorang muslim, sepatutnya kita mengimani bahwa Allah ﷻ tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang beriman dalam kondisi apapun, meskipun zionis Israel memutus koneksi internet meng-isolasi rakyat Palestina dari dunia luar, memutus akses makanan ataupun minuman hingga menghancurkan rumah sakit sebagai fondasi kehidupan terakhir yang dimiliki.

Allah ﷻ tetap bersama orang-orang yang sabar dan tabah meskipun ujian yang diberikan sangat berat. Tidak semua orang dapat mengemban beban amanah yang sama dengan kemuliaan ketenangan hati rakyat Palestina. Mereka yakin bahwa pertolongan Allah ﷻ itu dekat dan janji Allah ﷻ akan kemenangan itu benar meskipun dengan perjuangan yang berdarah-darah.

Mereka telah Tertipu

Dengan permainan dan tipu daya manusia, penduduk Palestina di sorot oleh media sebagai kaum yang paling sengsara dan terkecam oleh takdir sedangkan zionis yang menjajah dan menginjak-injak nyawa manusia digambarkan sebagai kaum yang beruntung atas kekuasaan militer mereka, dijustifikasi oleh kebohongan yang mereka lakukan sejak zaman dahulu.[3]

Kekuasaan Zionis Yahudi yang didukung dan di danai oleh negara-negara barat adalah fitnah yang mengelabui masyarakat internasional. Apa yang mereka lakukan selama ini adalah benar, seperti menghancurkan tempat ibadah (masjid ataupun gereja), rumah sakit, membunuh anak-anak dan warga yang tidak bersalah.[4]

Ketika mereka menyombongkan kekuasaan untuk bersikap semena-mena seakan-akan kematian tidak sedang menunggu untuk membalas mereka, maka sungguh mereka merupakan kaum yang telah hanyut dalam tipu daya dunia yang memabukkan dan membuka jalan menuju neraka jahannam.[5]

Penutup

Fenomena kekuasaan yang tidak diimbangi dengan iman sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an seperti tragedi Fir’aun dan Qarun, yang memiliki harta berlimpah, termasuk kekuasaan dan jabatan yang disalahgunakan sewenang-wenang, namun semua hal tersebut tidak dapat menolong mereka dari adzab Allah ﷻ karena nikmat duniawi mereka digunakan untuk menindas orang-orang yang tidak bersalah dengan kesombongannya. Sungguh, terdapat pembelajaran dalam al-Qur’an bagi orang-orang yang berakal, salah satunya adalah janji ketenangan hati yang diberikan oleh Allah terhadap orang-orang yang beriman. Wa Allâhu a’lam.[]

* Mahasiswa Fakultas Hukum 2019

[1] https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/01/20/ketenangan-hati/ Diakses pada 14 November

2023.

[2] Muh. Yunan Putra. “Hukum Ikut Berjihad ke Palestina Membela Islam” Talfiq dan Pengaruhnya Terhadap Ibadah Masyarakat Awam Serta Pandangan-Pandangan Ulama Fikih Vol. 3. No. 2. 2019. h. 179.

[3] Al-Qur’an telah menggambarkan watak kaum Bani Israil sebagai kaum yang suka berbohong, salah satunya adalah kebohongan meninggalnya Nabi Yusuf yang dimakan oleh serigala. Peristiwa ini dijelaskan dalam surah Yusuf ayat 7-22.

[4] Tika Saripah, et.al. “Fungsi Zuhud Terhadap Ketenangan Jiwa (Studi Analisis terhadap Tafsir Jailani Karya Abd al-Qadir Jailani” Al-Bayan: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir. Vol. 2. No. 2. 2017. h. 145.

[5] Al-Isra (17) ayat 18-19

Download Buletin klik disini

Semangka dan Solidaritas Umat Islam Terhadap Palestina

Semangka dan Solidaritas Umat Islam Terhadap Palestina

Imaduddin Fadhlurrahman*

 

Jagad dunia maya ramai dibanjiri dengan postingan buah semangka. Bombardir postingan buah semangka yang dilakukan masyarakat maya merupakan wujud solidaritas sebagai dukungan kepada Palestina. Semangka dipilih karena memiliki makna sebagi simbol ‘the fruit of Palestine’.

Dukungan yang diberikan tersebut adalah bukti bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas-batas negara, suku, ras, maupun agama. Bahwa kemanusiaan adalah hakikat utama sebagai manusia. Manusia hanya menjadi manusia manakala kemanusiaan di dalam dirinya senantiasa hidup dalam tindakan.

Islam menempatkan hubungan kemanusiaan dibangun pada sistem yang dapat menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban, mendorong tumbuhnya sikap saling mengasihi bagi kemajuan manusia, dan menghimpun antara apa yang mesti dilakukan untuk diri sendiri dan apa yang wajib dipenuhi oleh orang lain.

Seorang muslim yang sejati tidak akan segan mencurahkan rahmat kasih sayang itu kepada sesama manusia, memberinya kepada makhluk-makhluk lain. Itu sebabnya seorang muslim yang sejati akan menjadi bagian penting dalam komunitasnya karena selalu melahirkan kebaikan dan keutamaan. Gerak dan diamnya adalah pancaran cahaya kebenaran, bentangan anugerah keberkahan dan kemuliaan, dan penolong untuk mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang sulit.[1]

Dalam menjalankan kehidupan, Islam mendorong umat muslim untuk memenuhi hatinya dengan cinta, membasahi mulutnya dengan kasih sayang dan salam keselamatan, memenuhi tangannya dengan kenikmatan yang dapat diteruskan kepada siapa pun tanpa adanya paksaan.[2]

Maka menengok peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, kejadian yang sedang menimpa bumi Palestina. Tidak perlu menjadi seorang muslim untuk merasakan penderitaan mereka, cukuplah dengan menjadi manusia kita sudah sepatutnya merasakan derita mereka. Maka sudah sepantasnya kita yang merupakan umat Islam untuk senantiasa mengirimkan bantuan dan doa kepada saudara kita yang berada di bumi Palestina.

Simbol Kemanusiaan

Buah semangka yang membanjiri lini masa dunia maya adalah bagian dari simbol kemanusiaan. Semangka merupakan simbol dari perwujudan perlawanan rakyat Palestina sebagai bentuk protes dan representasi atas identitas nasional yang berhubungan dengan tanah dan perlawanan. Bukan hanya umat Islam saja yang terketuk hatinya untuk memberikan dukungan bagi Palestina, namun seluruh masyarakat dunia berbondong-bondong memberikan dukungannya bagi Palestina.

Maka kita sebagai umat Islam yang bermukim di Indonesia tentu tidak hanya berhenti pada sebatas simbol semata dengan mempsoting aneka gambar semangka di media sosial. Kita harus menunjukkan bahwa kita bisa memberikan kontribusi yang lebih nyata dan berdampak untuk saudara-saudara kita di bumi Palestina.

Sesungguhnya Allah ﷻ telah menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa seluruh muslim itu bersaudara. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 10).

Lalu dipertegas kembali oleh Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis yang berbunyi,

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ

Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya.” (H.R. Muslim, no. 2564).

Dengan demikian, meski kita berada di belahan bumi yang berbeda, memiliki budaya berbeda, hingga bendera yang berbeda dengan warga Palestina, namun kita adalah saudara yang dipersatukan karena agama dan iman oleh Allah ﷻ.

Solidaritas Terhadap Palestina

Islam tidak hanya menginginkan persaudaraan karena agama dan iman hanya berhenti sebatas ucapan, melainkan harus selaras dengan tindakan nyata dalam sikap dan perbuatan. Dalam konteks Palestina, bentuk persaudaraan tersebut adalah solidaritas untuk menolong umat Islam di Gaza, Palestina.

Allah ﷻ memerintahkan umat Islam untuk senantiasa menolong saudaranya yang memerlukan pertolongan. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَوا۟ وَّنَصَرُوٓا۟ أُو۟لَٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يُهَاجِرُوا۟ مَا لَكُم مِّن وَلَٰيَتِهِم مِّن شَىْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ ۚ وَإِنِ ٱسْتَنصَرُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيْكُمُ ٱلنَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍۭ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَٰقٌ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Anfal [8]: 72).

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya.” (H.R. Muslim, no. 2699).

Rasulullah ﷺ juga memberikan sebuah penggambaran bahwa sesungguhnya seluruh umat Islam itu selayaknya satu tubuh sebagaimana sabdanya,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (H.R. al-Bukhari, no. 6011 dan Muslim, no. 2586).

Seperti itulah seharusnya kita sebagai umat Islam dalam menjaga persaudaraan dan membangun solidaritas kepada sesama muslim. Umat Islam mau di belahan bumi mana pun berada harus memiliki perasaan selayaknya sebagai satu tubuh yang sama. Sehingga penderitaan yang dialami oleh saudara-suadara kita yang ada di Palestina, seharusnya turut kita rasakan sebagai umat Islam meski kita berada di Indonesia.[3]

Paling tidak solidaritas kita terhadap Palestina harus berangkat dari kesadaran dan dukungan nyata. Selain membangun rasa persaudaraan kepada Palestina yang terjalin karena iman. Kita wajib bersolidaritas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bisa berupa bentuk aksi membela Palestina, melakukan penggalangan dana, mengrimkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, pakaian, hingga mendoakan keselamatan dan kemenangan rakyat Palestina.[4]

Maka, marilah kita senantiasa membangun rasa persaudaraan dan solidaritas kepada Palestina dengan ikut membela, membantu, mendoakan, hingga ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang ada di Palestina.[]

 

* Pengajar di Rumah Quran Liwaul Haq

[1] Quraish Shihab, Al-Luhab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati. 2012).

[2] Muhammad Al-Ghazali. Perbarui Hidupmu Petunjuk Islam Untuk Hidup Lebih Tentram dan Bahagia, Terj. Taufik Dimas dan Zaenal Arifin (Jakarta: Zaman, 2013).

[3] Suara Muhammadiyah. “Solidaritas Untuk Gaza Palestina”. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/solidaritas-untuk-gaza-palestina. Diakses 03 November 2023

[4] Suara Muhammadiyah. “Solidaritas Untuk Gaza Palestina”. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/solidaritas-untuk-gaza-palestina. Diakses 03 November 2023

Download Buletin klik disini

Jangan Berputus Asa Membela Palestina

Jangan Berputus Asa Membela Palestina

Ahkam Aulia Rahman*

 

Konflik berdarah kembali terjadi di jalur Gaza hingga sekarang. Saat itu Hamas dari pihak Gaza melancarkan serangan kepada para penjajah Zionis Yahudi. Serangan ini tentu menewaskan banyak pihak dari  terlebih pasukan tentara mereka. Namun tetap saja, serangan pembalasan dari Yahudi lebih membabi buta. Tidak hanya pasukan Hamas, warga sipil, bahkan bayi dan anak-anak tanah Gaza turut menjadi korban. Tempat tinggal, rumah sakit, dan tempat ibadah menjadi sasaran penghancuran oleh Zionis.

Diantara ratusan negara yang ada, Indonesia menjadi salah satu yang berdiri mendukung kebebasan Palestina. Bahkan di sebagian tempat digerakan aksi bela palestina beserta penggalangan donasi. Namun, meski begitu, mirisnya ternyata masih ada diantara masyarakat kita yang berpihak pada Yahudi dan secara terang-terangan menolak dukungan pada Palestina, bahkan seorang yang mengaku muslim sekalipun.

Sikap bela atau tolong menolong merupakan bentuk ketaatan kita pada perintah Allah ﷻ untuk saling menolong sesama Muslim. Dalam Al-Qur’an surah al-Mâidah ayat 2, Allah ﷻ berfirman,

وَتَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوٰى‌ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡاِثۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ‌ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Q.S. al-Mâidah [5]: 2).

Diperkuat dalam sabda Rasulullah ﷺ dari Sahabat an-Nu’man bin Basyir, Rasulullah ﷺ  bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (H.R. Al-Bukhari, no. 6011, Muslim, no. 2586 dan Ahmad (IV/270), lafazh ini milik Muslim).

Kesalahpahaman masyarakat tentang bela Palestina

Akhir-akhir ini terbentuk pola pikir yang salah namun berkembang di masyarakat terkait aksi bela palestina. Pandangan ini bahkan mulai muncul pada seseorang yang taat pada ajaran Islam[1]. Mereka secara terang-terangan menolak dukungan kepada Palestina dengan berbagai macam dalih. Ada yang berdalih bahwa Hamas (gerakan pembebas Palestina) merupakan teroris dan tidak boleh dibela.

Pandangan dan alasan lain yang paling absurd dan nyeleneh adalah “Jangan membantu Palestina, nanti jika mereka menang bakalan cepat kiamat”. Seperti hadits mengenai pembebasan Baitul Maqdis (Palestina) sebagai salah satu tanda kiamat (H.R. Bukhari). Masalahnya, muncul kekeliruan pengambilan kesimpulan di masyarakat bahwa membantu kemenangan Baitul Maqdis sama dengan mempercepat terjadinya hari kiamat.

Mari kita luruskan, bentuk peduli kita terhadap sesama manusia bahkan saudara sesama muslim di Palestina merupakan amal saleh. Sedangkan membiarkan atau bahkan mendukung penjajahan  adalah suatu maksiat yang meski dijauhi. Kedua hal ini merupakan bagian dari ibadah yang menjadi tujuan hidup kita[2].

Selanjutnya, ranah pembahasan hari kiamat dengan membela palestina sudah berbeda. Ranah hari kiamat masuk ke dalam bab Aqidah yang mesti kita yakini sebagai dalil naqli. Sedangkan membela Palestina merupakan bab syariah dalam bentuk muamalah (hubungan sesama manusia). Terakhir, sejatinya pembebasan Palestina sudah pernah dilakukan berabad-abad yang lalu seperti oleh sahabat Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi. Jika memang memakai pola pikir tadi, maka seharusnya dari dulu kiamat sudah terjadi. Kesimpulannya, mari kita berfokus membantu dan membela Palestina. Urusan kiamat cukup kita yakini sebagai hal yang akan terjadi dan hanya Allah yang mengetahui waktunya.

Sikap yang Dapat Dilakukan

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (H.R. Muslim, no. 49)[3].

Penjajahan zionis  terhadap rakyat Palestina merupakan kemungkaran atau kejahatan yang jelas di depan mata kita. Berdasarkan hadits tersebut, sikap yang dapat kita lakukan yaitu:

1. Bantu dengan tangan (kekuasaan)

Tangan yang dimaksud ialah dengan kemampuan fisik/kekuasaan yang dimiliki. Jika saat ini kemampuan kita belum bisa membantu korban di Palestina secara langsung, maka bisa melalui bentuk materi/donasi. Saat ini, banyak pihak yang membuka penyaluran donasi untuk korban di Palestina. Jika mampu, mari kita salurkan bantuan materi kita disana.

2. Bantu dengan lisan

Jika kita tidak mampu dengan tangan, maka cukup bagi kita bantu mereka dengan menyuarakan penolakan secara lantang. Saat ini, bentuk menyuarakan lebih mudah dilakukan melalui media sosial. Mari bantu orang-orang yang belum paham agar mereka mengetahui akan kekejaman zionis. Melangitkan doa kepada Allah ﷻ menjadi senjata spesial kita sebagai umat muslim. Kekuatan doa tidak dapat diukur karena kita sudah melibatkan Yang Maha Penolong, Allah ﷻ.

3. Bantu dengan hati

Bentuk bantuan dengan hati adalah dengan sikap menyalahkan kita terhadap tindakan zionis. Cukup diam, tidak memunculkan pandangan yang menjurus pada pembelaan kaum zionis  sudah cukup meskipun hal ini merupakan selemah-lemahnya iman.

Penutup

Kesalahpahaman yang muncul di masyarakat harus segera kita cabut dan hilangkan karena jika dibiarkan khawatirnya dapat mengakar pada seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi muslim. Bagaimana jadinya jika umat muslim terkecoh dengan pola pikir ini dan membiarkan saudaranya sesama muslim di Palestina ditindas? Sungguh, jika itu terjadi, dapat dipastikan kaum zionis  sudah menang dan berhasil mengalahkan dan menguasai kita.  tidak akan berhasil menguasai Palestina, namun  bisa saja “menguasai” umat muslim dunia selain Palestina. Na’ûdzubillâh Min Dzalik. Wallâhu a’lam bish shawwâb.[]

 

* Mahasiswa Psikologi 2020 Universitas Islam Indonesia.

[1] Ahmad (2023). Akmal: Waspadai Pembenaran untuk Tidak Bela Palestina. https://hidayatullah.com/berita/2023/10/17/259894/akmal-waspadai-pembenaran-untuk-tidak-bela-palestina.html. Diakses pada tanggal 22 September 2023.

[2] Siregar, Dani. (2023). “Jangan bantu palestina” [instagram post]. http://surl.li/mkhhf. Diakses pada tanggal 22 September 2023

[3] Hasan, F.A. (2020). Syarah hadits Arba’in an-Nawawi. Depok: Gema Insani

Download Buletin klik disini

Shalat Tahajud As a Moeslim’s Coping Mechanism

Shalat Tahajud As a Moeslim’s Coping Mechanism

Oleh : Reza Wahyuningsih*

Pendahuluan

Manusia, bahkan seluruh makhluk di muka bumi adalah hamba Allah ﷻ, kepemilikan Allah ﷻ atas hambanya adalah kepemilikan yang mutlak dan sempurna. Di dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa tujuan utama diciptakannya manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ dan mengabdikan seluruh aktifitas kehidupannya hanya kepada Allah ﷻ.  Allah ﷻ berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.” (Q.S. Al-Dzariyat [51]: 56).

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa beribadah merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Salah satu bentuk ibadah yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim adalah shalat Tahajud. Shalat ini bukan hanya ritual rutin, tetapi juga merupakan mekanisme coping yang dapat membantu seorang Muslim untuk terhindar dari stress.

Shalat Tahajud yang dilakukan dengan penuh kesungguhan, khusyuk, tepat, ikhlas dan kontinyu dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping, respon emosi positif yang terus berkembang ini dapat mengontrol respon emosi dan menghindarkan reaksi stress.  sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surah al-Baqarah ayat 153. Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wahai orang orang yang beriman, mohonlah pertolongan kepada allah denagan sabar dan shalat. Sesungguhnya allah Bersama orang orang yang sabar” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 153).

Shalat Tahajud: Definisi dan Signifikansi

Shalat Tahajud adalah ibadah sunnah yang dilakukan pada malam hari. Kata tahajud sendiri berasal dari kata hujud yang berarti “tidur”. Shalat ini dikenal juga sebagai shalat lail atau shalat malam. Ibadah ini memiliki signifikansi mendalam dalam Islam karena syariat mendirikan shalat Tahajud sudah dilakukan oleh nabi Muhammad ﷺ. Dalam riwayat disebutkan bahwa sejak pertama kali muncul perintah shalat Tahajud Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan shalat Tahajud1.  Rasulullah ﷺ secara konsisten menganjurkannya. Dalam surah Al-Isrâ ayat 79, Allah ﷻ berfirman,

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Dan pada malam hari bersembahyang tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isrâ [17]: 79).

Perintah shalat Tahajud memiliki nilai dimensional, baik secara psikis, psikologis, dan aura spiritual. Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Abasah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنْ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ الْآخِرِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ.

Sedekat-dekatnya Allah dengan hamba-Nya adalah pada sepertiga malam terakhir, maka jika kamu mampu menjadi di antara mereka yang berdzikir pada waktu tersebut maka lakukanlah”. (H.R. at-Tirmidzi,no. 3579, an-Nasâ’I, no. 572, dan dishahihkan al-Bani dalam “Shahih Jami’” no. 1173).

Maka Ibadah shalat Tahajud bukan hanya tentang menjalankan perintah agama, tetapi juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ2. Selama shalat ini, seorang Muslim dapat merenungkan, berdoa, dan mencari bimbingan dari Sang Pencipta. Ini adalah waktu ketika hubungan pribadi dengan Allah ﷻ diperkuat, dan dorongan spiritual diperoleh.

Shalat tahajud dalam tinjauan medis bisa menjaga homeostasis tubuh. Ketika pelaksanaan shalat Tahajud akan terjadi keseimbangan dalam sekresi kortisol secara endogen dan eksogen. Secara endogen, terjadi peningkatan sekresi kortisol karena aktifitas tahajud yang di lakukan pada malam hari Ketika bangun dari tidur, namun secara eksogen karena pengaruh lingkungan pada malam sholat tahajud dengan suasan tenang dan gelap terjadi penurunan sekresi kortisol, sehingga kadar kortisol menjadi normal. Shalat Tahajud yang dilakukan secara ikhlas dan teratur dapat memperbaiki emosi positif dan coping aktif. Emosi positif dapat ditransmisi ke system limbik dan korteks serebral yang dapat menjaga keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter.3

Mekanisme Coping dalam Shalat Tahajud

1. Mengatasi gelisan dan kecemasan

Rasa gelisah dan cemas dapat hilang dengan merasakan kehadiran Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Ketika shalat Tahajud seorang hamba dapat berdialog intens dengan Tuhannya. Shalat Tahajud membantu individu Muslim mencapai ketenangan batin. saat itulah ras gelisah dan cemas dapat berganti menjadi rasa tenang dan damai. Melalui ketenangan batin dan doa yang diberikan dalam shoalat Tahajud, seorang muslim dapat menjadi lebih lega dan mendapatkan perspektif yang lebih jelas dalam menghadapi masalah.

2. Menciptakan harapan dan cita cita

Salah satu aspek penting dari shalat Tahajud adalah doa. Muslim digalakkan untuk mengangkat semua permasalahan, kekhawatiran, dan keinginan mereka kepada Allah ﷻ. Ini adalah momen ketika hati terbuka, dan permohonan kepada-Nya dianggap sangat berharga.

3. Peningkatan kualitas hidup

Shalat Tahajud membantu meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Shalat Tahajud dapat memperkuat hubungan spiritual dengan Allah ﷻ. Ini adalah waktu ketika seseorang merasa lebih dekat dengan-Nya, dan kesadaran akan kehadiran-Nya yang senantiasa ada dalam hidupnya. Hal ini memberikan kepercayaan diri, mengingatkan bahwa meskipun dunia mungkin penuh dengan kesulitan, Allah ﷻ adalah pendamping yang setia. Dengan memperkuat hubungan spiritual dan mendapatkan bimbingan dari Allah ﷻ, individu Muslim dapat hidup dengan lebih penuh makna dan tujuan. Ini mendorongnya untuk menghargai nilai-nilai seperti kebaikan, kejujuran, dan belas kasihan dalam interaksi sehari-hari.

Kesimpulan

Shalat Tahajud adalah salah satu mekanisme coping yang kuat bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ibadah ini bukan hanya ritual keagamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ namun juga menjadi sarana untuk , merenungkan diri sendiri, dan mencari kekuatan serta solusi untuk masalah yang dihadapi. Melalui shalat Tahajud, individu Muslim dapat meraih ketenangan batin, mengatasi stres, dan memperkuat hubungan spiritual mereka. Oleh karena itu, praktik ibadah ini tetap menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari umat Muslim yang ingin menghadapi dunia dengan ketenangan, kebijaksanaan, dan keyakinan yang lebih kuat. Wa Allâhu a’lam bish shawwâb.[]

 

—————

* Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII

  1. Rahman A, Ma’sum MA. Psikoterapi Islam Shalat Tahajjud Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Santri. Jurnal At-Taujih. 2022 May 30;2 (1):71-85.
  2. Rahem Z. Teologi Tahajjud Pemikiran Prof. Dr. Moh. Sholeh Melawan Mitos Sangkal di Kalangan Masyarakat Kabupaten Sumenep Madura. Palapa. 2017 May 5;5(1):1-3.
  3. Pramita NP. Pengaruh Shalat Tahajud Dalam Mengatasi Kecemasan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa Prodi Pai Iainu Kebumen Tahun Akademik 2021-2022(Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen).

Download Buletin klik disini