Pesan Kemanusiaan dari Islam

Pesan Kemanusiaan dari Islam

Aisyah Amalia Putri

Alumni UII

 

Bismillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâhi, waba’du.

Kemanusiaan di era modern seringkali menjadi landasan bagi upaya mengatasi berbagai krisis yang menghadang. Namun, di tengah-tengah cahaya progresifitas dan teknologi yang membanggakan, kita dihadapkan pada kontradiksi yang mengganggu berupa krisis kemanusiaan yang terus berkecamuk di berbagai belahan dunia. Salah satu konflik yang menyala dan terus mempertanyakan moralitas dan keadilan adalah konflik antara Palestina dan Israel.

Situasi yang terus berlanjut ini memunculkan pertanyaan moral yang mendesak: di mana letak kemanusiaan kita? Bagaimana kita merespons tragedi kemanusiaan yang menimpa warga sipil, anak-anak, perempuan, dan lansia? Bagaimana pesan kemanusiaan dari Islam, agama yang mengajarkan kedamaian dan keadilan, membantu kita memahami serta menyelesaikan krisis seperti ini? Melalui beberapa pertanyaan di atas, penulisan dalam buletin ini mendiskusikan mengenai pesan kemanusiaan dari Islam dalam perspektif Al-Quran dan hadis secara singkat.

Seruan Islam

Islam menyerukan persaudaraan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di atas agama yang hak. Al-Quran memperlihatkan bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah ﷻ, dan bahwa memperlakukan setiap orang dengan hormat dan keadilan adalah suatu kewajiban. Dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 10).

Selain itu, Al-Quran juga menekankan pentingnya kebaikan, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama, terlepas dari perbedaan agama, suku, atau kebangsaan. Sebagaimana dalam Al-Quran Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).

Salah satu hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, dan menjunjung tinggi hak-hak manusia. Pesan-pesan kemanusiaan ini dapat membimbing kita dalam merespons berbagai tantangan kemanusiaan yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini.

Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153)[1]

Pesan Kemanusiaan

Melalui pembahasan ayat al-Qur’an dan hadis di atas dapat diambil pelajaran mengenai pesan kemanusiaan dalam Islam, yaitu:

Pertama, panggilan untuk persaudaraan, perdamaian, penghormatan, dan kesetaraan bagi seluruh umat manusia di atas agama yang hak. Al-Quran menegaskan bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan Allah ﷻ, mengisyaratkan bahwa memperlakukan setiap orang dengan hormat dan keadilan adalah sebuah kewajiban. Allah l menekankan kesatuan dan persaudaraan antara umat beriman, dengan mengajak untuk merajut kedamaian di antara mereka sebagai saudara seiman, dengan tujuan agar hidup dalam rahmat-Nya.

Adapun ciri-ciri seseorang mendapatkan rahmat Allah yaitu;[2] seseorang yang suka tolong menolong. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Barangsiapa yang meringankan beban seorang mukmin dalam kesukaran dunia, Allah akan meringankan beban kesukarannya di hari kiamat. Seseorang yang memberi bantuan kepada yang kesulitan, Allah pasti memberikan bantuan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba tersebut memberikan pertolongan kepada saudaranya.” (H.R. Muslim, no. 2699).

Selain itu, bagi seseorang yang suka berbagi kebaikan, Allah ﷻ akan melipat gandakan baginya sepuluh kebaikan. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Q.S. al-An’am [6]: 160).

Selanjutnya seseorang yang mentaati Allah dan Rasul-Nya. Allah ﷻ berfirman,

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, agar kamu diberi rahmat.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 132). Taat kepada Allah dan Rasul-Nya memunculkan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membawa berbagai kebaikan, sejahtera, dan kesuksesan dalam dunia, serta pahala besar di akhirat. Seseorang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Perilaku dan tindakan yang sesuai dengan ajaran Islam dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan.

Kedua, pentingnya kebaikan, kejujuran, dan kepedulian kepada sesama, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau kebangsaan. Manusia diciptakan dalam keragaman suku dan bangsa agar mereka saling mengenal dan saling memahami. Di sisi Allah, kehormatan seseorang tidak bergantung pada latar belakangnya, melainkan pada tingkat takwa dan kesalehan batinnya.

Adapun orang-orang yang bertakwa kepada Allah ﷻ, takut kepada siksa, mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, bersenang-senanglah di taman-taman yang bawahnya mengalir sungai-sungai.

Allah ﷻ berfirman,

مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ

Perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, serta sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya.” (Q.S. Muhammad [47]: 15).

Dalam taman-taman itu mereka tidak menerima kesusahan, tidak pula penyakit karena mereka tidak perlu bersusah payah berusaha mencapai apa yang mereka butuhkan.[3] Melalui pemahaman pesan ini, kita bisa mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan yang diamanatkan oleh Islam dalam kehidupan sehari-hari.

 

Marâji’:

[1] At-Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih, Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[2] “Ciri-Ciri Mereka yang Mendapat Rahmat-Nya” https://www.fiqhislam.com/agenda/syariah-akidah-akhlak-ibadah/119618-ciri-ciri-mereka-yang-mendapat-rahmat-nya, diakses pada tanggal 16 November 2023.

[3] Ahmad Musthofa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi juz 14. Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1992. h. 42-43.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *