Merenungi Peristiwa Isra Mi’raj
Merenungi Peristiwa Isra Mi’raj
Oleh: Nur Laelatul Qodariyah
*Mahasiswa Prodi Ahwal Al-Syakhshiyah FIAI UII, NIM: 19421133
Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Saudaraku kamu muslimin yang dirahmati Allah ﷻ, peristiwa Isra mi’raj merupakan peristiwa yang langka dan unik. Dalam peristiwa ini Allah ﷻ, sedang menunjukan kekuasaannya kepada manusia bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah ﷻ lakukan jika sudah berkehendak. maka apapun yang terjadi pasti akan terjadi. Pada zaman Rasulullah ﷺ, banyak orang yang tidak percaya dengan peristiwa Isra Mi’raj karena, menurut yang tidak mempercayai itu menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian yang tidak masuk akal. Padahal di dalam Al-Qur’an dan Hadis sudah jelas-jelas bahwa, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang benar terjadi.
Allah ﷻ berfirman, “Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maha Melihat”. (Q.S. Al-Isra [17] : (1).
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa, peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu mujizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad ﷺ, dimana peristiwa ini terjadi hanya semalam. Sedangkan hewan yang ditunggangi oleh Rasulullah ﷺ sendiri dinamai dengan buroq. Dalam sejarah Nabi ﷺ, sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah ﷺ , sedang mengalami duka cita yang mendalam. Pasalnya beliau ﷺ telah ditinggalkan oleh istri tercintanya yaitu Khadijah yang selama itu telah menemani dan selalu menghibur dikala beliau masih dicemooh oleh orang-orang kafir. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri yang selama itu telah mengasuhnya sejak kecil, sehingga tahun tersebut disebut dengan tahun ‘amul huzni (tahun kesedihan). Dengan hal tersebut orang-orang kafir yang mengetahui hal tersebut semakin menjadi-jadi. Sampai orang Quraish yang masih awam pun berani menaruh kotoran di pundak Rasulullah ﷺ. Dalam keadaan yang seperti itu menambah perasaan duka Rasulullah ﷺ. Sehingga untuk menghibur Rasulullah ﷺ, Allah ﷻ memerintahkan beliau melakukan perjalanan sampai pada langit ke tujuh.[1]
Persiapan Perjalanan Rasulullahﷺ
Perjalanan Rasulullah ﷺ, merupakan perjalanan yang bersifat spiritual. Sehingga sebelum peristiwa tersebut terjadi maka Allah ﷻ telah mempersiapkan sesuatu untuk kekasihnya itu. Dengan hal tersebut Allah ﷻ memerintahkan kepada Jibril, Mikail, Israfil untuk menemui Rasulullah ﷺ, pada malam itu dengan secepat kilat. Para Malaikat mengajak Rasulullah ke sumur Zamzam di dekat Ka’bah. dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian. Malaikat meminta izin Nabi ﷺ, untuk merentangkan tubuhnya agar melancarkan ritual yang dilakukan dengan cara membelah dada Rasulullah ﷺ. Kemudian Mikail datang membawa wadah yang terbuat dari emas isinya air Zamzam yang di mintakan Jibril. Selanjutnya Jibril menggunakan air Zamzam tersebut untuk membasuh hati dan dada Nabi ﷺ. Tidak lupa pula Jibril mengeluarkan air yang isinya adalah iman dan hikmah yang seluruhnya itu dimasukan kedalam dada beliau. Setelah itu Jibril menyiapkan seekor binatang yang tubuhnya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada begal sebagai kendaraan yang akan ditunggang oleh Rasulullah ﷺ, dengan nama Buroq.[2]
Berdasarkan hadis dari Anas bahwa Nabi ﷺ, “ketika di Isra’kan, beliau diberi Buraq yang lengkap dengan tali (kendali) dan pelana, tetapi ia mempersulit beliau (tidak mau ditunggangi) lalu Jibril berkata padanya: Patutkah kamu lakukan ini pada Muhammad, padahal belum ada yang menunggangimu paling mulia di sisi Allah selain Muhammad? Beliau bersabda, lantas mengalirlah keringatnya.” ( H.R Tirmidzi, no.3056).[3]
Peristiwa Isra Mi’raj
Pengertian dari Isra’ dan Mi’raj merupakan terdiri dari dua kata yaitu, Isra’ yang artinya adalah berangkatnya Rasulullah ﷺ disuatu malam dari masjidil haram ke masjidil aqsa. Sedangkan yang dimaksud dengan kata Mi’raj merupakan berangkatnya Rasulullah ﷺ, dari masjidil aqsa ke langit lapisan ke tujuh (sidaratul muntaha). Menurut para ulama hadis menyatakan bahwa, sesampainya Rasulullah perjalanan dari masjidil haram ke baitul maqdis. Lalu beliau sholat. Selanjutnya setelah itu beliau naik kelangit.
Di langit lapisan pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam, dan mengucapkan salam kepadanya. Lalu disambutlah Rasulullah ﷺ, lalu dijawablah salam oleh Nabi Adam. Dapat dipahami bahwa, Nabi Adam merupakan bapaknya manusia. Selanjutnya di langit pintu kedua, Nabi memberi salam kepada Nabi Yahya dan Nabi Isa dan kemudian dijawab salam dari Rasulullah ﷺ. Dan kemudian di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf dan langit keempat bertemu dengan Nabi Idris, langit ke lima bertemu Nabi Harun dan selanjutnya langit keenam bertemu dengan Nabi Musa dan langit ke tujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim.
Setelah sampai pada langit ke tujuh Rasulullah ﷺ, tiba di Sidaratul Muntaha lalu ke Baitul Ma’mur. Dan dari tempat tersebut Rasulullah ﷺ bertemu langsung dengan Allah ﷻ, dengan memberi wahyuh kepada Rasulullah ﷺ, untuk memerintahkan sholat fardhu lima puluh kali dalam sehari. Namun perintah tersebut diberi keringanan menjadi lima kali dalam sehari, setelah Rasulullah ﷺ diperintahkan Nabi Musa untuk meminta keringanan kepada Allah ﷻ dalam mengurangi jumlah sholatnya.
Banyak peristiwa yang telah terjadi ketika Rasulullah ﷺ sedang melakukan perjalanan kelangit. Beliau telah melihat Surga dan Neraka. Dijelaskan bahwa, pertama beliau ditawari minuman antara kamr dan susu. Lalu beliau memilih susu. Dan kemudian beliau melihat tanah surga dan dibawahnya terdapat dua sungai yaitu sungai nil dan eufrot. Selain itu juga Rasulullah ﷺ melihat penjaga Neraka yang tidak pernah tersenyum. Bagi pemakan harta anak yatim beliau melihat mereka sedang disuapi dari batu-batu Neraka yang kemudian keluar dari dubur mereka. Dan beliau juga melihat orang dengan perut yang membesar karena selama hidupnya memakan harta riba. Kemudian juga melihat wanita yang digantung karena melakukan zina sewaktu hidup di dunia.[4]
Allah ﷻ berfirman, “Dan (ingatlah) ketika kami wahyukan kepadamu. “Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia. “Dan kami tidak menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Al-Qur’an. Dan kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka” (Q.S. Al-Isra [17] : (60).
Dari pengalaman kisah perjalanan Rasulullah ﷺ, selama Isra’ Mi’raj dapat menjadi renungan bagi kita semua bahwa, antara Surga dan Neraka itu nyata adanya. Betapa dahsyatnya siksa Neraka dan betapa nikmatnya para penghuni Surga. sehingga kita sebagai manusia harus menjaga ketaatan diri. Selain itu melalui peristiwa Isra’ Mi’raj kita melihat tanda-tanda kebesaran Allah ﷻ, mulai dari di perintahkannya Sholat fardhu, dan ancaman-ancaman bagi orang yang telah melanggar larangan Allah ﷻ, serta kenikmatan-kenikmatan di peroleh bagi hambanya yang taat kepada Allah ﷻ. Wa Allâhu a’lam bish shawwab.[]
Mutiara Hikmah
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan.” (H.R. Muslim, no. 2592 dari Jabir bin Abdullah).
[1] Aceng Zakaria, “Isra Mi’Raj Sebagai Perjalanan Religi: Studi Analisis Peristiwa Isra Mi’Raj Nabi Muhammad Menurut Al Qur’an Dan Hadits,” Al – Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 4, no. 01 (2019): 100.
[2] Miswari and Dzul Fahmi, “Historitas Dan Rasionalitas Isra’ Mi’raj,” Jurnal At-Tafkir XII, no. 2 (2019): 156, http://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/at/article/view/1354.
[3] Ensiklopediahadi, H.R Tirmidzi no.3056, Shahihul isnad menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
[4] Yuyun Yunita, “Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Dan Pembelajarannya,” Dewantara 11, no. 1 (2021): 125–131.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!