Apa itu Haji Mabrur?
Apa itu Haji Mabrur?
Wakhid Aji Nugroho
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.
Sahabat ar-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Ibadah haji merupakan ibadah yang diimpikan oleh semua umat muslim di dunia. Dalam pandangan masyarakat muslim pada umumnya yang ada di Indonesia, haji sering dinilai sebagai puncak tujuan hidup manusia. Ada rasa kerinduan di dalam hati yang amat dalam akan kedekatan dengan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ yang para muslim yakini akan mereka dapatkan selama proses ibadah haji.
Allah ﷻ berfirman,
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron [3]: 97).[1]
Pada saat ada sesorang yang akan melakukan ibadah haji sering kita dengar, “semoga menjadi haji mabrur”. Haji mabrur menurut Kementerian Agama Republik Indonesia yaitu haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan.[2] Doa ini merupakan harapan agar para jamaah haji menjadi probadi yang zuhud dengan dunia dan tidak membiasakan diri melakukan perbuatan maksiat.[3]
Dari Aisyah, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ: لاَ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ
“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol, Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur.”, Jawab Nabi ﷺ.” (HR. Bukhari, no. 1520)[4]
Belajar Hidup Sederhana
Selain karena termasuk dalam rukun Islam yang kelima, haji merupakan wujud manisfestasi solidaritas dan ketundukan umat muslim kepada Allah ﷻ. Para jamaah haji diajarkan menyelami lebih dalam mengenai arti kesederhaan dan persaudaraan antar umat islam dari berbagai belahan dunia karena selama prosesi ibadah diharuskan hanya memakai pakaian ihram yang mana membangkitkan kesadaran bahwa setiap insan manusia di dunia ini memiliki kedudukan yang sama dan setara dihadapan Allah ﷻ kecuali dalam hal ketaqwaan.
Allah ﷻ berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]: 13).
Belajar Ikhlas
Sama hal nya dengan ibadah kurban yang dijalankan setelah proses lontar jumrah oleh para jamaah haji, ibadah ini mengajarkan umat muslim untuk belajar ikhlas. Para jamaah haji harus rela mengorbankan harta yang cukup banyak serta menyiapkan badan yang fit untuk bisa menjalankan seluruh urutan ibadah haji mulai dari ihram dari Miqat, membaca talbiyah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah aqabah, tahallul, tawaf ifadhah, mabit di Mina, hingga yang terakhir yaitu tawaf wada.
Esensi dari rangkaian ibadah haji yang panjang ini yaitu keikhlasan. Ikhlas mengorbankan jiwa dan raga hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah ﷻ semata.
Sebagaimana firman Allah ﷻ,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. al-An’am [6]: 162-163).[5]
Titik Balik Manusia kembali Pada Fitrah
Wukuf di Arafah merupakan puncak ibadah haji yang jika tidak dilaksanakan maka tidak sah haji seseorang. Seluruh jamaah haji tanpa terkecuali bahkan yang sedang sakit, tetap harus datang ke Arafah untuk berdiam diri pada saat wukuf. Wukuf di Arafah menjadi sangat penting bagi para jamaah haji karena pada saat itu lah waktu manusia akan dan harus bertolak. Bertolak dari seorang yang shalih menjadi orang yang muslih, dari seorang muslim menjadi orang yang mukmin, dari seorang yang angkuh menjadi orang yang patuh, dari seorang yang banyak melakukan kemaksiatan menjadi orang yang taat sepenuhnya kepada perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah f.[6]
Pada saat ini lah para jamaah haji diminta berdiam diri untuk merenungi, meminta ampunan dari Allah ﷻ, dan memutus segala yang bentuk keburukan dalam hati, pikiran, dan tindakan yang selama ini dilakukan. Puncak esensi dari menjalani wukuf di Arafah adalah kembali pada fitrah. Sadar dengan segenap keyakinan hati bahwa seluruh manusia di dunia ini diciptakan untuk berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan layaknya Nabi Adam dan Hawa. Dari mereka Allah ﷻ takdirkan kita menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku namun Allah ﷻ tidak melihat perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain, namun lebih kepada kesamaan aqidah dan tauhid kepada Allah ﷻ.
Dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim, no. 2586).[7]
Dari hal-hal yang disampaikan diatas, mari kita doakan semoga seluruh jamaah haji pada tahun 2024 ini menjadi haji mabrur, ibadah hajinya diterima oleh Allah ﷻ dan kesemuanya mengalami momen titik balik menjadi manusia yang penuh ketaatan kepada Allah ﷻ, yang dengan hal tersebut dimampukan untuk amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaiman firman Allah ﷻ,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).[8]
Maraji’ :
[1] Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc. “Haji, Hikmah dan Pensyariatannya” https://rumaysho.com/36773-haji-hikmah-dan-pensyariatannya.html. Diakses pada 23 Juni 2024.
[2] KH. Asrorun Niam “Apakah Haji Mabrur Itu?” https://kemenag.go.id/nasional/apakah-haji-mabrur-itu-yg80jt. Diakses pada 23 Juni 2024.
[3] Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc. “Menggapai Haji Mabrur” https://rumaysho.com/2616-menggapai-haji-mabrur305.html. Diakses pada 23 Juni 2024.
[5] Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc. “Salah dalam Memahami Syirik” https://rumaysho.com/2767-salah-dalam-memahami-syirik.html. Diakses pada 23 Juni 2024.
[6]Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd. “Wukuf di Arafah dan Pengakuan Keterbatasan Diri Sebagai Manusia” https://kemenag.go.id/kolom/wukuf-di-arafah-dan-pengakuan-keterbatasan-diri-sebagai-manusia-DcjQk. Diakses pada 23 Juni 2024.
[7] Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc. “Syarhus Sunnah: Tak Boleh Mencela Sahabat Nabi” https://rumaysho.com/27164-syarhus-sunnah-tak-boleh-mencela-sahabat-nabi.html. Diakses pada 23 Juni 2024.
[8] Dr. KH. A. Juraidi, M.A. “Khutbah Jumat: Amar Makruf Nahi Munkar dalam Bingkai NKRI https://istiqlal.or.id/blog/detail/khutbah-jumat–amar-makruf-nahi-munkar-dalam-bingkai-nkri.html. Diakses pada 23 Juni 2024.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!