Islam Sebagai Solusi dari Utang

Islam Sebagai Solusi dari Utang

Panca Setya Wardani*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Sahabat ar-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Ajaran Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Allah ﷻ, tapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi diantara manusia. Termasuk memberikan solusi dalam urusan utang piutang. Dalam konsep Islam, utang  piutang merupakan akad (transaksi ekonomi) yang mengandung nilai ta’awun (tolong menolong). Dengan demikian utang  piutang dapat dikatakan sebagai ibadah sosial yang dalam pandangan Islam juga mendapatkan porsi tersendiri.[1] Sebagaimana yang disebutkan dari Ibnu Mas’ud, Nabi ﷺ bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً

Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada seorang muslim suatu pinjaman sebanyak dua kali, maka ia seperti telah bersedekah sekali.” (HR. Ibnu Majah, no. 2430).[2]

Dari Buraidah, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ قَبْلَ أَنْ يَحِلَّ الدَّيْنُ، فَإِذَا حَلَّ الدَّيْنُ فَأَنْظَرَهُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ مِثْلَيْهِ صَدَقَةٌ

Barangsiapa memberi tenggang waktu pada orang yang berada dalam kesulitan, maka setiap hari sebelum batas waktu pelunasan, dia akan dinilai telah bersedekah. Jika utangnya belum bisa dilunasi lagi, lalu dia masih memberikan tenggang waktu setelah jatuh tempo, maka setiap harinya dia akan dinilai telah bersedekah dua kali lipat nilai piutangnya.” (HR. Ahmad, 5:360).[3]

Sikap Nabi Muhammad terhadap Utang

Nabi kita Muhammad ﷺ selain diutus menjadi seorang Nabi dan Rasul terakhir bagi umatnya, ternyata juga diberikan bakat karunia sebagai seorang pedagang, seorang entrepreneur yang sukses. Sehingga dengan demikian Nabi Muhammad ﷺ tidaklah asing dengan transaksi perdagangan yang sifatnya tunai maupun non tunai (utang ). Di awal pembelajarannya sebagai seorang pedagang, Nabi Muhammad ﷺ memulai perdagangannya dengan berutang  kepada saudagar kaya. Beliau membawa barang dagangan milik Khadijah bersama pamannya Abu Thalib untuk diperdagangkan di kota Thaif dan kota-kota lainnya. Proses membawa barang dagangan ini sudah tentu dicatat baik oleh Nabi Muhammad ﷺ selaku pembawa barang dagangan maupun oleh Khadijah selaku pemilik barang dagangan.

Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, Nabi Muhammad ﷺ sangat tegas dalam menyikapi utang  piutang. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah ﷺ bersabda,

يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ

Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang .” (HR. Muslim no. 1886).3

Hadits ini menandakan pentingnya kedudukan utang  dimata Nabi Muhammad ﷺ sampai memberikan early warning bagi umatnya yang akan berjihad untuk melunasi utang nya (bila ada) sebelum berangkat ke medan perang membela ajaran agama islam.[4]

Agar Mudah Melunasi Utang

Bertakwa Pada Allah

Bertakwa pada Allah ﷻ salah satu sebab seseorang akan dimudahkan dalam segala urusannya dan dilapangkan rezekinya, pada akhirnya dimudahkan dalam melunasi utangnya. Allah ﷻ berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)

Dalam ayat diatas, Allah ﷻ menjelaskan bahwa orang yang merealisasikan takwa akan dibalas dengan dua hal, (1) “Allah akan mengadakan jalan keluar baginya” artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana di katakana Ibnu Abbas c- dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat.[5] (2) “Allah akan memberik rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” artinya, Allah akan memberi rezeki yang tak pernah ia harapkan dan angankan.[6]

Memperbanyak Doa

Dari ‘Ali, ada seorang budak mukatab (yang berjanji pada tuannya ingin memerdekakan diri dengan dengan syarat melunasi pembayaran tertentu) yang mendatanginya, ia berkata, “Aku tidak mampu melunasi untuk memerdekakan diriku.” Ali pun berkata, “Maukah kuberitahukan padamu beberapa kalimat yang Rasulullah ﷺ telah mengajarkannya padaku yaitu seandainya engkau memiliki utang sepenuh gunung, maka Allah akan memudahkanmu untuk melunasinya. Ucapkanlah doa,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi).[7]

Bersedekah

Bersedekah merupakan perbuatan mulia yang berulang kali diserukan oleh Allah ﷻ baik yang termaktub melalui al-Qur’an maupun hadits. Allah ﷻ berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ [34]: 39).

Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588).

Sedekah juga memiliki beberapa keutamaan yaitu: sedekah melipatgandakan rezeki, sedekah menghapus kesulitan, sedekah menghindarkan musibah.[8]

Trik Terbebas dari Utang  

Memperkuat iman

Keimanan kepada Allah ﷻ akan menimbulkan rasa menerima dan rela atas apapun yang telah ditetapkan oleh-Nya. pada saat kita merasa benar-benar terpukul dengan cobaan yang sedang dihadapi justru akan timbul rasa keimanan yang kuat, dari hal inilah terdapat makna tawakal yang pada akhirnya dapat membuat kita tenang. Musibah yang dihadapipun dapat berubah menjadi berkah dan mengubah diri kita menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya.[9]

Tenangkan hati

Hal yang sering membuat persoalan kecil menjadi besar adalah kepanikan. Kepanikan timbul karena hati yang tidak tenang. Oleh karena itu menjaga hati agar tetap tenang adalah kunci menghadapi cobaan yang sedang dihadapi. Sebagaimana di kisahkan ada seorang sahabat bernama Auf bin Malik dan istrinya yang gundah karena anaknya belum juga pulang dari medan perang dan tidak juga ada kabar apakah dia telah gugur, sementara pejuang yang lain sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kemudian Nabi ﷺ memberi saran untuk memperbanyak membaca laa haula walaa quwwata illaa billaah al-’aliyy al-‘adzim, dengan penuh harap anaknya akan segera kembali. Dan dimalam itu juga sang anak pulang dalam keadaan selamat dengan membawa beberapa ekor kambing sebagai hasil rampasan pesang.[10]

Bersikap hidup lebih sederhana

Ada banyak hal yang dapat diteladani dari kehidupan Rasulullah ﷺ. Salah satunya adalah menerapkan pola hidup sederhana. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan hidup, hingga cara berpakaian. Hidup sederhana dan merasa cukup serta bersyukur degan rezeki yang Allah ﷻ beri sungguh akan mendatangkan kebaikan dalam hidup. Dengan mensyukuri apa yang dimiliki sekalipun berlebih dalam memiliki harta tetapi tidak membuat diri menjalani hidup berfoya-foya, serta menghambur-hamburkan uang.[11] Wa Allahu a’lam bish shawwab.[]

Maraji’ :

* Staf Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

[1] Aziz A, Ramdansyah R. Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam. BISNIS  J Bisnis dan Manaj Islam. 2016;4(1):124. doi:10.21043/bisnis.v4i1.1689

[2] Dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini sahih lighairihi. https://rumaysho.com/22197-memberi-pinjaman-dan-memberi-makan.html. Diakses pada 25 Juli 2024.

[3] Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Muslim, perawinya terpercaya termasuk perawi syaikhain kecuali Sulaiman bin Buraidah, ia merupakan perawi Muslim. Syaikh Al-Albani juga menyatakan sanad hadits ini sahih sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 86, 1:170

[4] Cahyati A. Mengelola Utang dalam Perspektif Islam. J bisnis dan Manaj. 2014;4(1):70. doi:10.15408/ess.v4i1.1956.

[5] Tafsir Al-Qurthubi, 18/159, Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata : “Dia memberi jalan keluar dari setiap apa yang menyesakkan manusia” (Zadul Masir, 8/291-292 ; Lihat pula, Tafsir Al-Baghawi, 4/357 dan Tafsir Al-Khazin, 7/108) Fadhl Ilahi. “Takwa”. https://almanhaj.or.id/990-t-a-q-w-a.html. Diakses pada 25 Juli 2024.

[6] Zaadul Masir, 8/291-292. Fadhl Ilahi. “Takwa”. https://almanhaj.or.id/990-t-a-q-w-a.html. Diakses pada 25 Juli 2024.

[7] Muhammad Abduh Tuasikal. “Doa Melunasi Utang Sepenuh Gunung”. https://rumaysho.com/9450-doa-melunasi-utang-sepenuh-gunung.html. Diakses pada 25 Juli 2024.

[8] Rahmawati R. Nikmatnya Ibadah Sunnah : Meraih Berkah & Keajaiban Ibadah Sunnah. Checklist; 2017.

[9] Maharani R. 33 Strategi Bebas Utang Riba Dari Rasulullah. Araska; 2022.

[10]  Arifin M. Ubah Musibah Jadi Berkah. Melvana Publishing; 2017.

[11] Maharani R. 33 Strategi Bebas Utang Riba Dari Rasulullah. Araska; 2022.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *