Peran Akidah Dalam Mencegah Cyberbullying
Peran Akidah Dalam Mencegah Cyberbullying
Desi Rahmawati*
Fenomena Cyberbullying
Cyberbullying atau perundungan dunia maya merupakan tindakan perundungan atau bullying dengan menggunakan teknologi digital yang dapat berdampak pada fisik dan mental seseorang. Teknologi digital yang dimaksud seperti Twitter, Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram dan TikTok.
Cyberbullying merupakan tindakan berulang yang dilakukan oleh sekelompok orang atau individu terhadap seseorang dilatarbelakangi karena ketidaksamaan mindset atau amarah yang bertujuan untuk menakuti atau menghinanya. Cyberbullying tidak memandang usia dan gender korban, cyberbullying dapat terjadi pada lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat, komunitas, dan tempat lainnya.[1] Contoh cyberbullying yang sering terjadi menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF):[2]
- Menyebarkan kebohongan atau memposting pada media sosial berkaitan dengan privasi seseorang
- Mengirimkan pesan yang tidak sopan atau menyakitkan melalui kolom komentar pada media sosial seseorang
- Mengatasnamakan dengan membuat akun palsu atau meretas akun seseorang serta mengirimkan pesan yang merugikan orang lain
- Mengucilkan dari game online atau grup pertemanan
- Memaksa untuk mengirimkan foto sensual atau dilibatkan dalam percakapan seksual
- Menghasut orang lain untuk mempermalukan atau melecehkan seseorang
Lalu, bagaimana jika kita pernah mengalami hal-hal di atas?
Apabila pernah mengalami tindakan-tindakan cyberbullying seperti di atas,
- Perbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah Swt, memohon perlindungan agar dijauhkan dari fitnah dan kesewenang-wenangan orang lain;
- Perbanyak muhasabah atas setiap perilaku yang dilakukan sebelumnya;
- Segera konsultasikan dengan orang terdekat yang dianggap dapat menjaga privasi untuk dilakukan penanganan lebih lanjut;
- Batasi diri dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Akidah bagi Seorang Muslim
Akidah adalah kepercayaan yang timbul dari pengetahuan dan keyakinan. Orang yang “mengetahui” dan menempatkan kembali kepercayaan kuat akan Keesaan Allah, sifat-sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, petunjuk wahyu dan aturan-aturan hukum Ilahi mengenai pahala dan siksa, disebut mu’min (orang beriman).[3]
Sebagai orang yang beriman, kita diwajibkan menghiasi diri kita dengan al akhlakul karimah atau sifat-sifat yang mulia dan menjauhkan diri kita dari al akhlakul mazmumah atau sifat-sifat yang tercela. Mukmin yang senantiasa menghiasi dirinya dengan al akhlakul karimah, maka sifat mulia tersebut akan mendorong dirinya untuk senantiasa melakukan hal yang bermanfaat dan positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain, hal tersebut akan mendorong terciptanya kebahagiaan hidup baik saat di dunia ataupun di akhirat. Sebaliknya apabila terlalu menghiasi dengan sifat-sifat tercela, maka sifat tersebut akan mendorong dirinya melakukan hal-hal buruk yang membawa kemudharatan bagi dirinya maupun orang lain.
Tauhid bersandingan dengan akhlak. Orang yang sudah belajar tauhid, mempunyai ikatan yang lebih dekat dengan Allah. Aktivitasnya dijaga agar selalu baik, karena dilihat Allah, jadi mustahil mengeluarkan kata-kata kotor. Ikatan tersebut disebut dengan akad, semakin kuat ikatan tersebut disebut dengan Akidah. Umat Islam yang sudah mempunyai ikatan dekat dengan Allah, akhlaknya berubah, dari jahiliyah menjadi terbuka.
Akidah yang benar mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Akidah yang benar akan memberikan kebaikan pada diri sendiri dan orang lain. Sebaiknya, akidah yang rusak akan membawa kepada keburukan. Seseorang yang mempunyai akidah yang kuat, akan beribadah kepada Allah ﷻ dengan Ikhlas, khusyuk, mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Seseorang yang mempunyai akidah kuat, akan memiliki akhlak yang baik ketika dia bermuamalah dan bergaul dengan manusia.
Seseorang yang mempunyai akidah yang kokoh, akan tertanam pada dirinya sifat-sifat yang baik, sabar ketika mendapat musibah, bersyukur saat memperoleh nikmat dari Allah ﷻ, bertaubat dan beristighfar saat melakukan dosa. Akidah yang kuat, Allah l senantiasa menjaga hambanya dari syubhat dan kerancuan-kerancuan. Akidah yang kuat, Allah ﷻ akan menjaga seseorang dari musuh-musuh Islam, baik dari dalam maupun dari luar. Akidah yang kuat, ibarat seperti pohon yang kuat, mempunyai akar yang kokoh dan cabangnya menjulang ke atas. Belajar dan mengamalkan akidah yang benar adalah fardhu’ain, wajib bagi seorang musilm dan muslimah, mulai dari perkara-perkara mendasar. Dengan akidah, kita akan dimudahkan masuk ke dalam surga-Nya dan dijauhkan dari neraka.
Peran Akidah dalam Mencegah Cyberbullying
Islam jelas melarang terhadap perilaku menghujat dan merendahkan sesama makhluk ciptaan-Nya. Al Quran sebagai pedoman hidup manusia dalam semua aspek kehidupan. Larangan terhadap bullying dalam Al Quran dijelaskan dalam surah al Hujurat ayat 11,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan), lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah panggilan yang buruk atau fasik setelah beriman. Dan barang siapa tidak melakukan taubat, mereka itulah termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. al Hujurât [49]: 11).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan kata yaskhar (memperolok-olokkan) berarti menghina atau meremehkan mereka. Hal ini sangat dilarang, karena bisa saja orang yang diremehkan tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah l dari pada orang yang meremehkannya.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa akhlak seseorang sudah diatur oleh Al Quran. Apabila keimanan seseorang sudah kuat, maka akan mempunyai ikatan yang lebih kuat kepada Allah ﷻ dan mendekatkan diri kepada-Nya. Selain itu, senantiasa menjaga perilakunya dari perbuatan-perbuatan tercela. Hal tersebut juga akan terimplementasikan dalam tindakan kesehariannya, salah satunya salam bermuamalah kepada sesama manusia baik secara dunia maya maupun tatap muka.
Dengan demikian, akidah mempunyai peran penting dalam mencegah terjadinya cyberbullying. Akidah mempunyai peran dalam pembentukan karakter seseorang. Oleh sebab itu, penting untuk menanamkan akidah sejak dini. Orang tua mempunyai peran penting dalam mengajarkan rukun-rukun iman yang menjadi nilai dasar dalam pembentukan akidah anak. Ketika akidah sudah melekat dalam diri anak, maka ia akan menjadi seseorang yang beriman dan mempunyai kepribadian kuat. Selain itu, segala sikap dan perbuatannya senantiasa dilakukan hanya karena Allah ﷻ.
Maraji’ :
* Staf Jurusan Studi Islam FIAI UII
[1] Annastasya dkk. “Cyberbullying di Media Sosial Instagram Ditinjau dari Perspektif Islam” dalam Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 1 No. 3, Tahun 2022. h.136.
[2] Unicef. “Cyberbullying: Apa itu dan Bagaimana Menghentikannya” https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-itu-cyberbullying. Diakses pada 30 Agustus 2024.
[3] Ananda Prathiwi. “Peran Akidah dalam Mencegah Cyberbullying di Media Sosial (Studi Analisis Terhadap Instagram Mahasiswa Prodi Akidah dan Filsafat Islam)” dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 1 No. 1, Tahun 2021. h.61.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!