Ketika Do`a Belum Dikabulkan

Ketika Do`a Belum Dikabulkan

Nabila Mumtazah Priyatna*

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Di usia kita sekarang ini, tentu tak jarang kita menemui kesulitan dalam hidup. Barangkali, ada yang sedang diberikan cobaan yang membuatnya lelah. Ada yang sedang ditimpa masalah, skripsinya belum lanjut, tugasnya numpuk, belum lagi program kerja organisasi. Dengan segala hal yang membatasi diri itu kemudian kita memanjatkan doa. Karena manusia tidak pernah mampu memikul bebannya di Dunia sendirian. Kita butuh Allâh ﷻ. Kita minta pertolongan pada Allâh ﷻ. Tapi, pernahkah kita sadari, ternyata doa-doa yang senantiasa kita panjatkan itu tak kunjung dikabulkan oleh Allâh ﷻ?

Bahkan, kita menangis sambil memanjatkan doa. Tapi sekarang? Nihil. Tugas-tugas tidak juga terasa ringan, masalah belum juga selesai. Seolah Allâh ﷻ tidak menjawab apa yang kita minta dalam do`a. Sehingga muncul su`udzhan, “Sepertinya Allâh ﷻ tidak mau mengabulkan do`aku”. Na`udzubillah. Bukan karena Allah tidak sayang. Bukan karena Allah tidak mau mengabulkan do`a-do`a kita. Namun, kita yang tidak mengetahui apa yang baik untuk kita.

Allâh ﷻ berfirman,

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

Husnudzhan kepada Allah

Allâh ﷻ maha mengetahui apa yang ada di diri kita, diri orang lain, bahkan diri kita di masa depan. Sedangkan kita tidak mengetahui diri kita sendiri. Ada yang meminta agar masalahnya segera diangkat, ternyata memang seperti itu cara Allah mencintainya. Ada yang meminta agar tugas-tugasnya diringankan, ternyata Allâh ﷻ ingin kita lebih banyak belajar. Maka, yang harus kita lakukan adalah husnudzhan dengan Allâh ﷻ. Karena dengan berbaik sangka kepada Allah merupakan tanda kuatnya iman kita. Sebagian ulama bersandar pada sabda Nabi ﷺ, yang diriwayatkan dari Wasilah bin Asqa’, dia berkata bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda,

قال اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Maka, berprasangkalah kepada-Ku menurut apa yang dikehendakinya.’” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 16.016)[1]

Cara Allah Mengabulkan Do`a

Setelah berbaik sangka, kita perlu mengetahui 3 cara Allah mengabulkan doa hamba-Nya. Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda,

مَا عَلَى الأرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو الله تَعَالَى بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللهُ إيَّاها، أَوْ صَرفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا، مَا لَمْ يَدْعُ بإثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَومِ: إِذاً نُكْثِرُ قَالَ: اللهُ أكْثَرُ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ. وَرَوَاهُ الحَاكِمُ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي سَعِيْدٍ وَزَادَ فِيهِ: أَوْ يَدْخِرَ لَهُ مَِن الأَجْرِ مِثْلَهَا.

“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau memutuskan silaturahim.” Lalu seseorang berkata, “Kalau begitu, kita akan memperbanyak doa.” Beliau bersabda, “Allah lebih banyak memberi (dari apa yang kalian minta).” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih)[2]

Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id, dan ia menambahkan, “Atau Allah menyimpan untuknya berupa pahala yang sebanding dengan doa tersebut.” (HR. Ahmad, 3:18; Al-Hakim, 1:493)[3].[4]

Waktu Dikabulkannya Do`a

Selain mengetahui bagaimana Allâh ﷻ mengabulkan do`a kita, hendaknya kita berdo`a di waktu-waktu mustajab sehingga do`a kita bisa segera dikabulkan. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul “Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa” menyebutkan bahwa do`a akan dikabulkan jika di dalamnya terkumpul kehadiran hati, konsentrasi secara penuh terhadap apa yang diminta, dan bertepatan dengan salah satu dari enam waktu dikabulkannya doa, yaitu (1) sepertiga malam terakhir, (2) saat adzan, (3) antara adzan dan iqamah, (4) setelah melaksanakan shalat wajib, (5) saat imam naik mimbar di hari Jum`at, dan (6) hari Jum`at setelah waktu Ashar.[5]

Adab-Adab dalam Berdoa

Berikut beberapa adab yang harus diperhatikan ketika berdoa:[6]

  1. Berdoa dengan nama-nama Allâh ﷻ yang indah. Allâh ﷻ berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf [7]: 180)

  1. Menghadap kiblat dan mengangkat tangan. Dari Salman, bahwa Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

Sesungguhnya Allah Maha pemalu dan pemurah. Dia malu bila seorang lelaki mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa” (tidak dikabulkan)” (HR. Abu Daud no. 1488 dan at-Tirmidzi no. 3556 dan beliau mengatakan, hasan gharib)[7]

  1. Memulai doa dengan memuji Allâh ﷻ dan bershalawat kepada Nabi ﷺ. Nabi ﷺ bersabda,

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi ﷺ. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, no. 1481 dan dishahihkan Al-Albani)

  1. Memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan. Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Tetap Terus Berdoa

Doa adalah senjata orang beriman. Ketika Dunia diam, doa melambung ke langit. Ia dipanjatkan dengan sembunyi dan datang dari arah yang tidak disangka. Doa itu menjadikan yang tidak ada menjadi ada dan menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Maka, jangan berputus asa pada Allâh ﷻ. Teruslah meminta karena tidak ada sedikitpun yang dapat memberatkan Allâh ﷻ dan dengan berdoa itulah tanda cinta kita kepada Allâh ﷻ. Sebagaimana yang Nabi Zakariya katakan ketika beliau agar diberikan keturunan,

رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah melemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, sedang aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu.” (QS. Maryam [19]: 4).

 

* Mahasiswi Ahwal Syakhshiyah IP ‘23

Maraji’ :

[1] Adika Mianoki, “Berprasangka Baik Kepada Allah” https://muslim.or.id/95196-berperasangka-baik-kepada-allah.html. Diakses pada 3 Juni 2025.

[2]  HR. Tirmidzi, no. 3573 dan Al-Hakim, 1:493. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dalam Bahjah An-Nazhirin, hadits no. 1501. https://rumaysho.com/23398-tiga-cara-allah-kabulkan-doa.html. Diakses pada 3 Juni 2025.

[3] Hadits ini disahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly katakan bahwa sanad hadits ini hasan, perawinya tsiqqah selain ‘Ali bin ‘Ali yang dinilai shaduq.

[4] Imam An-Nawawi. Riyadhush Shalihin. Jakarta: Darul Haq. 2017 M. Cet.ke-4. h. 887-888.

[5] Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’. Jakarta: Pustaka Imam Syafi`i. 2016 M. Cet.ke-7. h. 20.

[6] Ammi Nur Baits, ”13 Adab dalam Berdoa” https://konsultasisyariah.com/9561-13-ada-dalam-berdoa.html. Diakses pada 3 Juni 2025.

[7] Dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud dan Shahih at-Tirmidzi.

Download Buletin klik di sini