Ketahuhilah Keutamaan-keutamaan Berpuasa
Ketahuhilah Keutamaan-keutamaan Berpuasa
Abdurrahman Triadi Putro
*Alumni Ma’had al ’Ilmi Yogyakarta
Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Lembut lagi Maha Pemberi, Maha Mulia lagi Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada sebaik-baik utusan, Nabi kita Muhammad ﷺ.
Sesungguhnya pada puasa yang tengah kita jalankan di siang hari Bulan Ramadhan ini memiliki keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Keutamaan-keutaaman tersebut terdapat dan dijelaskan oleh banyak dalil dalam agama kita.
Diantara keutamaan-keutamaan puasa yang paling penting adalah sebagai berikut:
Petama, Allah ﷻ telah mewajibkan puasa atas seluruh umat. Allah ﷻ berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Seandainya puasa bukanlah merupakan ibadah yang agung, maka tidaklah mencukupi bagi hamba untuk menjadikan puasa tersebut sebagai ibadah kepada Allah ﷻ, namun puasa tersebut merupakan ibadah yang agung karena Allah ﷻ telah memilih amalan puasa sebagai bentuk ibadah hamba kepada-Nya. Allah pun telah jadikan amalan puasa ini sebagai salah satu rukun islam, dari rukun islam yang lima. Kemudian tentunya juga keagungan puasa ini dapat dilihat dari besarnya balasan-balasan yang didapat oleh orang yang berpuasa dan juga kewajiban puasa itu sendiri yang berlaku atas seluruh umat.
Kedua, Allah ﷻ mengkhususkan amalan puasa ini dibandingkan amal-amal ketaatan yang lainnya dengan balasan khusus langsung dari sisi-Nya sebagai balasan orang yang berpuasa. Sebagaimana hal ini diriwayatkan dalam ash-shahihain (hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim), dari sahabat Abu Hurairah beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah berfirman: Setiap amal yang dilakukan anak adam (manusia) dilipatgandakan. 1 Kebaikan dilipatgandakan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat. Allah ‘azza wa jalla berfirman: Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Dia (seseorang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makan minumnya karena-Ku.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Allah ﷻ menjelaskan dalam hadits qudsi ini bahwasanya balasan puasa lansgung dari sisi-Nya. Terdapat sebuah kaedah bahwasanya sebuah pemberian itu tergantung dengan sesuatu yang memberikannya. Allah ﷻ adalah Dzat Yang Maha Mulia diantara yang mulia. Hal ini menunjukkan agungnya balasan puasa. Allah ﷻ telah khususkan amalan puasa ini dengan balasan langsung dari-Nya, maka hal ini menunjukkan bahwa amalan puasa merupakan sesuatu yang mulia di sisi-Nya dan dicintai oleh-Nya.
Ketiga, tampaknya keikhlasan orang yang berpuasa karena Allah ﷻ. Karena amalan puasa merupakan amalan yang tersembunyi antara hamba dengan Rabb-nya. Tidaklah ada yang mengetahui seseorang berpuasa kecuali hanya Allah ﷻ. Orang yang sedang berpuasa pada asalnya orang lain tidak mengetahuinya. Dimungkinkan pula orang tersebut melanggar larangan-larangan ketika berpuasa, akan tetapi tidaklah ia melakukannya. Karena sesungguhnya ia menyadari bahwasanya ia memiliki Rabb yang senantiasa mengawasinya meskipun dirinya bersendirian.
Allah ﷻ telah menetapkan hal-hal yang haram dilakukan ketika berpuasa, maka orang tersebut meninggalkannya karena Allah. Ia tinggalkan karena takut kepada hukuman Allah dan berharap balasan dari-Nya. Sehingga jadilah amalan puasa tersebut menjadi amalan yang lebih dekat kepada keikhlasan kepada Allah dibandingkan amal-amal yang lainnya.
Keempat, didalam ibadah puasa terdapat 3 jenis kesabaran. Yaitu kesabaran dengan menahan diri dari hal tidak menyenangkan dirinya yaitu berupa lapar dan haus. Selain itu, bersabar untuk taat kepada Allah dengan melazimi dan menjaga puasanya tersebut. Kemudian juga bersabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah ﷻ selama menjalankan puasanya. Sehingga terkumpul 3 jenis kesabaran pada orang yang berpuasa. Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10).
Kelima, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya bau kasturi (misk). Dalam ash-shahihain dari hadis Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah ta’ala dibandingkan bau wangi kasturi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Bau mulut orang yang berpuasa pada asalnya adalah bau yang tidak disukai yang berasal dari perut ketika perut sedang dalam keadaan kosong. Akan tetapi, bau mulut orang yang berpuasa menjadi sesuatu yang dicintai Allah ‘azza wa jalla. Karena bau mulut ini berasal dari sebuah ibadah yang agung, yaitu puasa. Sehingga bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih wangi di sisi Allah ta’ala dibanding harumnya kasturi.
Keenam, puasa menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan. Hal dijelaskan dalam ash-shahihain, dari hadits Abu Hurairah z beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan berharap balasan (dari Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Maksud dari diampuni disini adalah diampuninya dosa-dosa kecil orang tersebut. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Shalat 5 waktu, Hari Jum’at ke Jum’at berikutnya, Bulan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menjadi pengugur dosa diantara waktu-waktu tersebut, selama dia menjauhi dosa-dosa besar.” (H.R. Muslim).
Adapun untuk dosa-dosa besar, maka tidak boleh tidak, orang yang melakukannya harus bertaubat kepada Allah ﷻ.
Ketujuh, terdapat pintu khusus di surga Allah ﷻ yang disiapkan khusus bagi orang-orang yang berpuasa semasa hidupnya. Diriwayatkan dalam ash-shahihain, dari sahabat Sahl bin Sa’din radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya didalam surga terdapat sebuah pintu yang dinamai Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk dari pintu tersebut di hari kiamat nanti. Selain dari mereka tidak akan satupun dapat memasukinya. Kelak dikatakan: Dimana orang-orang yang berpuasa? Maka orang-orang yang berpuasa berdiri dan tidaklah ada yang memasuki pintu tersebut kecuali mereka. Apabila mereka semua telah masuk, maka ditutuplah pintu tersebut. Tidak akan pernah masuk lagi seorangpun.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kedelapan, puasa merupakan sebuah tameng. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Puasa itu adalah tameng.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya adalah puasa sebagai penghalang yang menghalangi pemiliknya dari hal yang sia-sia dan hal yang kotor/buruk. Sehingga Nabi ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata/berbuat kotor dan berteriak/bersuara keras. Lalu apabila ada orang yang mencela dirinya atau mengajaknya bertengkar, maka katakanlah pada orang tersebut: Saya sedang berpuasa.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada hadis ini terdapat isyarat bagi orang yang berpuasa agar tidak menanggapi celaan dan yang semisalnya, serta juga agar tidak menanggapi orang yang suka mencela dan yang semisalnya, dalam rangka menghormati ibadah puasa yang sedang dijalankannya. Sehingga apabila ada orang yang berbuat buruk kepadanya dan ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia berkata kepada orang tersebut: Saya sedang berpuasa.
Hal yang penting lainnya, puasa juga merupakan tameng dan pencegah dari api neraka. Sebagaimana sebuah hadis dari sahabat Jabir, Nabi ﷺ bersabda, “Rabb kita, Allah ﷻ berfirman: Puasa adalah tameng yang mana hamba itu tertutup dengannya dari api neraka.” (H.R. Ahmad no. 14669, hasan).
Kesembilan, yang terakhir, bagi orang yang berpuasa terdapat 2 kegembiraan. Kegembiraan pertama yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa. Yaitu dengan menyelesaikan puasa yang telah ia kerjakan dan menyempurnakan ibadah yang agung ini. Ketika orang yang berpuasa telah berbuka puasa, maka ia gembira dan bahagia karena Allah telah memberikan kenikmatan yang besar kepada dirinya berupa sempurnanya puasa yang telah ia kerjakan pada hari tersebut.
Kegembiraan kedua kedua yang didapat dari orang yang berpuasa adalah kegembiraan yang ia dapatkan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya. Yaitu dengan mendapat ganjaran dari puasanya yang disimpan untuknya yang telah sangat ia nanti-nantikan. Orang yang berpuasa menjadi orang yang sangat berbahagia dengan 2 kegembiraan ini, yang tidaklah hal ini didapatkan kecuali oleh orang-orang yang berpuasa, atas landasan iman kepada Allah ﷻ dan juga berharap balasan dari sisi-Nya yang mulia.
Demikianlah diantara keutaman-keutamaan berpuasa yang dapat disampaikan. Semoga Allah ﷻ memberikan taufik bagi kita semua untuk menunaikan ibadah puasa di Bulan Ramadhan ini dan melaksanakannya sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah ﷻ. Semoga Allah memberikan taufik bagi kita semua untuk mengerjakan hal-hal yang Dia cintai dan ridhai, baik berupa perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Marâji’:
Kitab ‘Uqudul Juman fi Durusi Syahri Ramadhan, h. 17-22, karya Syaikh Dr. Sa’ad bin Turkiy Al-Khtaslan hafizhahullahu ta’ala.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!