Mengenali Diri Cara Terbaik Mengawali Tahun Yang Baru

Mengenali Diri Cara Terbaik Mengawali Tahun Yang Baru

Imaduddin Fadhlurrahman*

*Pengajar di Rumah Quran Liwaul Haq

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Pergantian tahun selalu identik dengan resolusi. Sebuah upaya untuk mewujudkan keingingan dan harapan yang hendak ingin dicapai di masa yang akan datang. Resolusi juga dapat berarti sebuah upaya pembaharuan diri demi menjadi manusia dengan versi yang lebih baik daripada sebelumnya. Mewujudkan kebiasaan yang baik dan meninggalkan kebiasaan yang buruk. Sebuah ungkapan yang familiar dan tidak asing terdengar yaitu ‘hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin’.

Pesan dengan nada optimisme dalam pepatah tersebut ingin menyampaikan bahwa kita sebagai manusia harus selalu all out dan total dalam menjalani kehidupan di setiap harinya. Tidak hanya tergantung pada momen-momen tertentu saja. Artinya kita perlu untuk melakukan evaluasi atas apa yang sudah dikerjakan di hari kemarin. Bukan hanya mengacu satu tahun perjalanan kehidupan. Melainkan jauh lebih baik dan bijak jika itu dilakukan setiap hari.

Syeikh Ibnu Atho’illah dalam kitabnya yang berjudul Al-Hikam menuliskan ‘man asyraqat bidayatuhu, asyraqat nihayatuhu’ yang berarti ‘barangsiapa yang permulaannya baik, maka nanti hasil akhirnya juga akan naik’. Oleh karena itu, dalam memulai hari, selalu upayakan memulainya dengan hal-hal baik.[1]

Memulai tahun yang baru dengan membentuk dan menyusun resolusi merupakan ikhtiar untuk mengawali tahun dengan hal-hal yang baik. Namun, yang paling penting ialah tidak menggantungkannya hanya pada momen-momen tertentu semata. Sebagai seorang muslim, kita punya keyakinan bahwa setiap harinya harus diawali dengan permulaan yang baik.

Tidak Bergantung Momen

Jikalau kita hanya menggantungkan momen pergantian tahun baru untuk menjadi versi yang lebih baik dari kemarin sungguh kita termasuk merugi. Bukankah Allah ﷻ senantiasa turun dari Arsy ke langit dunia di waktu yang telah ditetapkan untuk memberikan seruan ilahi kepada hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ.

Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (H.R. al-Bukhari, no. 6321 dan Muslim, no. 758).

Tidaklah keliru apabila membuat resolusi tiap kali tahun berganti. Namun, hal itu harus dibarengi dengan upaya dari kita untuk terus berbenah dari hari ke hari untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Kita tidak boleh memiliki pikiran bahwa anugerah Allah ﷻ akan datang bersamaan tibanya momen-momen khusus seperti tahun baru. Jika momen tertentu datang, kita akan menjadi semangat, tekun dan penuh harapan. Sebaliknya, jika momen itu tidak kunjung datang, kita akan tetap malas, lemah, dan putus harapan. Cara pandang seperti ini keliru dan tidak boleh bagi seorang muslim.

Manakala kita senantiasa berprasangka baik atas diri kita dalam memandang masa depan, maka Allah ﷻ akan senantiasa bersama kita. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda, dari Abu Hurairah dia berkata, Nabi ﷺ bersabda,

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.

Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” )H.R. al-Bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675).[2]

Mengenali Diri

Sungguh mengesankan apabila kita terus menata diri dari waktu ke waktu. Melakukan upaya perbaikan dan pembaruan merupakan salah satu bentuk nyata untuk mengaktualisasikan diri kita. Aktualisasi diri (self actualization) merupakan upaya mencapai kebutuhan dengan menggunakan semua kemampuan yang dimiliki. Artinya aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk menjadi versi terbaik dari dirinya.

Syeikh Al-Ghazali mengatakan jika aktualisasi diri terbaik dimulai dengan mengenali diri sendiri. Dalam kitabnya yang berjudul Kimiya’u al-Sa’adah, Al-Ghazali berkata ‘Sesiapa saja yang mengenal dirinya, dialah yang akan meraskan kebahagiaan yang sejati.’ Kuncinya adalah mengenali diri sendiri.[3]

Tentu saja dalam upaya mengenali diri sendiri, kita harus melihatnya dengan menggunakan bingkai agama. Sangat ironi apabila kita ingin memulai lembaran baru dan kehidupan yang lebih baik tapi tidak menghadirkan Allah ﷻ yang senantiasa membentangkan sayap-sayap cinta dan kerinduan.

Sesungguhnya perjalanan kita sebagai manusia menunjukkan bahwa Allah ﷻ yang menciptakan kita semata-mata untuk memuliakan-Nya, bukan untuk merendahkan-Nya. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ مَكَّنَّٰكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَٰيِشَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ. وَلَقَدْ خَلَقْنَٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ.

Dan Sungguh, Kami telah menempatkanmu di bumi dan di sana Kami sediakan sumber penghidupan untukmu. Tapi, sedikit sekali kamu bersyukur. Dan sungguh Kami telah menciptakanmu, lalu membentuk tubuhmu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu pada Adam.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 10-11)[4].

Agama merupakan asupan makanan bagi jiwa kita untuk senantiasa menjaga kelangsungan hidup dan eksistensi sebagai seorang muslim. Maka, di tahun yang baru ini, kita harus lebih mengenal diri kita. Dengan begitu kita akan mengerti untuk apa Allah menciptakan kita di dunia. Tentu dengan senantiasa menghidupkan ajaran-ajaran Islam dalam setiap upaya mengenali tersebut. Karena sebagai seorang muslim kita punya keyakinan bahwa semua kesempatan adalah waktu terbaik untuk terus memperbaiki dan memperbarui diri.

Marâji’:

[1] M. Hilmy Daffa “Resolusi Tahun Baru; Momentum Aktualisasi Diri”. https://mading.id/perspektif/resolusi-tahun-baru-momentum-aktualisasi-diri/. Diakses 29 Desember 2023

[2] Muhammad Al-Ghazali. Perbarui Hidupmu Petunjuk Islam Untuk Hidup Lebih Tentram dan Bahagia, Terj. Taufik Dimas dan Zaenal Arifin. Jakarta: Zaman, 2013.

[3] Fahruddim Faiz. Filsafat Kebahagiaan Dari Plato, via al-Farabi dan Al-Ghazali, Sampai Ki Ageng Suryomentaram Bandung: Mizan, 2023.

[4] Muhammad Al-Ghazali. Perbarui Hidupmu Petunjuk Islam Untuk Hidup Lebih Tentram dan Bahagia, Terj. Taufik Dimas dan Zaenal Arifin. Jakarta: Zaman, 2013.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *