Esensi Pengorbanan yang Hakiki: Oase Penyejuk Hati

Esensi Pengorbanan yang Hakiki: Oase Penyejuk Hati

Ridho Frihastama

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh.

Kisah Penuh Hikmah

Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah salah satu kisah yang paling mengharukan dan penuh hikmah dalam sejarah Islam. Beliau adalah sosok teladan luar biasa dalam hal keimanan yang teguh, kesabaran yang tak tertandingi, dan tentunya pengorbanan yang hakiki.

Pengorbanan yang dimaksud bukanlah sekadar memberikan harta benda atau tenaga. Pengorbanan hakiki yang sejati adalah ketika kita rela menyerahkan sesuatu yang paling kita cintai demi meraih ridha Allah ﷻ. Kisah tentang kesediaan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk mengorbankan putranya, Ismail, menjadi ujian terberat yang pernah beliau hadapi. Perintah tersebut datang langsung dalam mimpi, yang diyakini oleh beliau sebagai wahyu dari Allah ﷻ.

Namun, bayangkanlah betapa beratnya ujian ini. Ismail adalah putra yang dilahirkan setelah penantian panjang, buah pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar di usia yang sudah senja. Kehadiran Ismail tentu membawa kebahagiaan yang luar biasa bagi Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak ragu dengan perintah tersebut. Beliau yakin bahwa Allah ﷻ tidak akan pernah memerintahkan sesuatu yang sia-sia. Dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, beliau mempersiapkan diri untuk melaksanakan perintah tersebut.

Nabi Ibrahim merahasiakan perintah ini dari Ismail . Beliau mengajak Ismail pergi ke suatu tempat dengan alasan hendak beribadah. Sepanjang perjalanan, bisikan setan datang menggoda Nabi Ibrahim untuk membatalkan niatnya. Namun, dengan keimanan yang kokoh, beliau menolak bisikan tersebut.

Ketika sampai di tempat yang dituju, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyampaikan perintah Allah ﷻ kepada Ismail. Alangkah luar biasanya, Ismail yang saat itu masih remaja, menerima perintah tersebut dengan penuh kesabaran dan kepasrahan. Beliau berkata kepada ayahnya,

يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wahai ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 102).

Keadaan hening dan penuh ketegangan pun melanda. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memejamkan matanya dan bersiap untuk melaksanakan perintah tersebut. Namun, tepat pada saat itulah, Allah ﷻ menggantikan Ismail dengan seekor domba jantan untuk disembelih.[1]

Peristiwa ini diabadikan dalam firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat [37] ayat 107,

وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Maka Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shaffat [37]: 107).

Hakikat Pengorbanan

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memberikan pelajaran berharga tentang hakikat pengorbanan. Pelajaran tersebut di antaranya:

  1. Ketaatan kepada Allah ﷻ diatas segalanya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak mempertanyakan perintah tersebut, meskipun itu berarti harus mengorbankan putranya sendiri. Beliau hanya fokus untuk menjalankan perintah Allah ﷻ dengan penuh keikhlasan.[2]
  2. Kesabaran yang luar biasa. Baik Nabi Ibrahim ‘alaihis salam maupun Ismail, keduanya menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi ujian berat tersebut. Mereka berdua sama-sama rela menerima takdir Allah ﷻ dengan penuh kepasrahan.[3]
  3. Menyikapi ujian dengan iman. Ujian yang datang tidak selalu berupa hal yang buruk. Bisa jadi, ujian tersebut merupakan cara Allah ﷻ untuk meningkatkan keimanan kita. Seperti halnya kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, ujian tersebut justru semakin meneguhkan keimanan beliau dan Ismail.
  4. Pengorbanan yang hakiki. Pengorbanan yang sejati bukanlah sekadar memberikan sesuatu yang mudah kita lepaskan. Pengorbanan yang hakiki adalah ketika kita rela menyerahkan sesuatu yang paling kita cintai demi meraih ridha Allah ﷻ.

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim bagaikan oase menyejukkan hati di tengah gemerlapnya dunia saat ini, di mana materialisme dan hedonisme menjamur. Ketaatan dan ketundukan beliau kepada Allah ﷻ, tanpa keraguan sedikitpun, menjadi teladan bagi kita dalam mematuhi aturan dan norma di tengah arus deras godaan.

Kasih sayang dan rela berkorban yang ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Ismail, mengingatkan kita untuk selalu memprioritaskan cinta kepada Allah dan sesama, serta rela beramal dan membantu orang lain yang membutuhkan. Kesabaran dan keteguhan hati mereka dalam menghadapi cobaan, menjadi pengingat bagi kita untuk selalu tegar dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan dan ujian dalam hidup.

Keberanian dan ketegasan Nabi Ibrahim o dalam menjalankan perintah Allah ﷻ, menjadi inspirasi bagi kita untuk berani menegakkan kebenaran dan menjalankan nilai-nilai syariat meskipun tidak populer. Di era sekarang ini, di mana kemudahan dan kenikmatan hidup seringkali membuat kita lalai, kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjadi tamparan keras untuk kembali ke fitrah kita sebagai manusia. Mari jadikan kisah ini sebagai refleksi diri, untuk mengevaluasi keimanan, ketaatan, dan pengorbanan kita dalam kehidupan.

Apakah kita sudah cukup taat kepada Allah ﷻ?

Apakah kita sudah cukup mengutamakan cinta kepada Allah dan sesama?

Apakah kita sudah cukup sabar dan tegar dalam menghadapi cobaan?

Apakah kita sudah cukup berani menegakkan kebenaran?

Apakah kita sudah cukup bersyukur dan gemar membantu orang lain?

Mari jadikan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sebagai pemicu semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat, lebih beriman, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Ingatlah, Allah ﷻ selalu bersama hamba-Nya yang ikhlas dan mau berkorban. Yakinlah bahwa Allah ﷻ akan senantiasa melihat dan membalas setiap kebaikan yang kita lakukan, termasuk pengorbanan yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sehingga bisa menjadi seorang muslim yang semakin bertaqwa di hadapan Allah ﷻ.

Maraji’ :

[1] Muhammad Abduh Tuasikal. “Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail” https://rumaysho.com/11623-pelajaran-dari-kisah-nabi-ibrahim-menyembelih-ismail.html. Diakses pada 2 Juni 2024.

[2] Wiwit Hardi Priyanto. “Renungan Idul Adha: Nabi Ibrahim Sebagai Teladan” https://muslim.or.id/26535-renungan-idul-adha-nabi-ibrahim-sebagai-teladan.html. Diakses pada 2 Juni 2024.

[3] Muhammad Nur Faqih.  “Hikmah Berkurban” https://muslim.or.id/85722-hikmah-berkurban.html. Diakses pada 4 Juni 2024.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *