Kemerdekaan Itu Hidangan Penutup bagi Para Pejuang

Kemerdekaan Itu Hidangan Penutup bagi Para Pejuang

Nur Laelatul Qodariyah*

 

Pembaca al Rasikh yang dirahmati Allah ﷻ, nikmat kemerdekaan merupakan hidangan penutup bagi para pejuang. Amal jariyah terus mengalir untuk para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan tanah air. Indonesia itu terlahir bukan dari belas kasih para penjajah kolonial barat melainkan murni dari hasil perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka. Banyak kalangan yang ikut ambil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, bukan hanya dari kalangan rakyat biasa melainkan seluruh rakyat Indonesia terutama dari kalangan santri.

Mempertahankan Tanah Air

Dalam Islam sendiri kemerdekaan juga hak dari individu dan bangsa. Apalagi kita sudah dijajah oleh kolonial barat kurang lebih 3,5 abad. Rasa sakit, penderitaan, penyiksaan yang berlebih yang dirasakan oleh bangsa Indonesia selama itu tentu saja tidak adil buat kita. Bayangkan saja manusia yang seharusnya diperlakukan manusia malah diperlakukan seperti binatang. Sehingga tidak jarang kita mendengar banyak dari pada kalangan kita dulu gugur saat diperintahkan untuk kerja tanpa dibayar.

Allah ﷻ berfirman,

وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa Sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah Kembali agar mereka dapat menjaga dirinya.”  (QS. at-Taubah [9]: 122).

Berdasarkan tafsir dari al-Wadlih dari Syekh Muhammad Mahmud al-Hijazi ayat diatas memiliki makna bahwa kewajiban dalam mempertahankan tanah air juga kewajiban yang suci begitu juga dalam belajar ilmu yang mana kewajiban yang tidak mengurangi kewajiban jihad.[1]

Apalagi jika perjuangan bangsa Indonesia pada waktu tempo dulu dalam melawan penjajah Indonesia banyak kalangan santri yang ikut dalam membela kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokoh ulama yang ikut ambil dalam perlawanan menghadapi kekejaman inggris adalah K.H.Hasyim Asy’ari. Salah satu peristiwa besar yang kita kenal adalah peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, merupakan tragedi pertempuran melawan kolonialisme dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, dimana awal mula perang ini terjadi karena masuknya bangsa Eropa ke tanah Nusantara oleh Portugis dan Spanyol, hal ini terjadi saat bangsa Spanyol yang mendarat di Nusantara masuk ke wilayah Maluku.[2]

Kelezatan dan kenikmatan mana lagi yang bisa kita raih kalau bukan kemerdekaan itu sendiri, kenikmatan dari rasa sakit untuk bangkit, kenikmatan dari rasa pantang menyerah, kenikmatan dari kebersamaan walaupun tantangannya adalah kematian. Apakah para pendahulu kita ini takut mati? tentu saja tidak, malah justru dengan kematian mereka bangga sudah ikut memerangi kezaliman para kolonial barat.

Kemerdekaan Indonesia bukan hasil dari Mengemis

Kemerdekaan Indonesia jauh dari kata mengemis, hal ini ditunjukan dari kualitas para pejuang kemerdekaan, mereka adalah orang yang berani syahid, totalitas mencintai tanah air, jujur dalam membela tanah air dan orang yang tidak mau meminta-minta kepada penjajah. Perjuangan mereka mampu merebut kemerdekaan yang sudah menjadi haknya.

Ngapain ngemis-ngemis bukannya negara ini milik kita, secara fisik kita kalah karena dibandingkan kolonial barat yang berbadan besar dan tinggi, senjatapun kita hanya bambu runcing, yang sekirannya berbeda jauh dari pada kolonial barat yang sudah menggunakan alat canggih seperti senapan. Kelihatan mustahil bukan? Perbedaan yang sangat mencolok, lantas apakah mereka menyerah? Tidak kan. Mati satu tumbuh seribu.

Ketika usaha sudah dilaksanakan dan kemudian doa sudah di ikhtiarkan, berulang-ulang sampai akhirnya kita satu tujuan yaitu kemerdekaan. Dimana kemerdekaan itu isinya tidak hanya pada kemampuan fisik namun pada siasat dan kecerdasan bagi pejuang-pejuang kita terdahulu. Allah ﷻ tidak mungkin membiarkan ketidakadilan itu terus-terusan berlanjut, apalagi jika usaha dan doa sudah dihidangkan berkali-kali. Ada masanya kemerdekaan itu sebagai hidangan penutup bagi para pejuang Indonesia.

Tidak Ada Kata Menyerah

Jangankan menyerah, berhenti ditengah jalan saja itu pertanda tidak sopan. Apalagi berputus asa dari rahmat Allah ﷻ, tidak mungkin sia-sia ketika mencapaiannya itu adalah kemerdekaan. Dimana sang merah putih bebas untuk dipasang diseluruh penjuru nusantara. Kemudian bertebaran dimana-mana kebahagiaan yang dirasakan oleh semua orang. Kebahagiaan itu pantas untuk kita dapatkan dan ada harga yang pantas untuk kita dapatkan. Jika kita melihat bagaimana banyaknya kematian yang terjadi karena penjajahan di Indonesia. Wajar kalau kita ikut merayakan, dimana merayakan kemerdekaan Indonesia menjadi kebanggaan untuk kita semua. Keramaian dari perlombaan 17 Agustus selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu bagi warga di Indonesia. Karena setiap kabupaten, kalurahan, kecamatan semuanya ikut merayakan kemerdekaan Indonesia.

Allah ﷻ berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. az-Zumar [39]: 53).

Dari hal tersebut bisa kita ambil contoh bahwa, jangan pernah untuk berfikir kalau kita ini lemah. Dalam menghadapi apapun itu, putus asa merupakan suatu kondisi mental seseorang yang merasa diri kita tidak memenuhi ekspektasinya secara berlebihan.[3] Jangan pernah membuat negara kita ini malu, jika senjata dari bambu runcing saja bisa mengalahkan senjata dari besi lantas kenapa kita mudah lemah dengan sesuatu yang belum kita kerjakan sama sekali. Perjuangan ini tidak berhenti begitu saja setelah kemerdekaan tapi awal dari perubahan untuk memajukan bangsa Indonesia. Wa Allâhu a’lam.

Maraji’ :

* alumni prodi ilmu agama Islam UII

[1] Putry Damayanty, “Hadis dan 3 Ayat Al-Qur’an yang Ajarkan Cinta Tanah Air”, dikutip dari https://www.liputan6.com/islam/read/5373266/hadis-dan-3-ayat-al-quran-yang-ajarkan-cinta-tanah-air?page=5 diakses pada 2 Agustus 2024.

[2] Ulil Absiroh, “Understanding of History 350 Years Indonesia Colonized By Dutch,” Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau 1 (2017): 4, https://www.neliti.com/publications/205480/sejarah-pemahaman-350-tahun-indonesia-dijajah-belanda.

[3] Adriansyah Permana dkk, “ Sifat mudah Putus Asa pada Mahasiswa Salah Tujuan” Jurnal Psikologi Islam, Vol, 8 No. 1 (2021): 30, 10.47399/jpi.v8i1.116

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *