Kebhinekaan dan Kemerdekaan: Hikmah dari Kehidupan Lebah

Kebhinekaan dan Kemerdekaan: Hikmah dari Kehidupan Lebah

Fahri Hanif Rais Wibowo*

 

Sahabat al Rasikh, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah ﷻ. Dalam menjalani kehidupan, kita sebagai hamba-Nya harus selalu bersyukur atas kesehatan, waktu, peluang, dan juga kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan panjang. Dengan kemerdekaan itu, kita dapat hidup dan beribadah dengan aman dan tenteram.

Kemerdekaan yang telah kita raih sepatutnya tidak disia-siakan. Kita harus mengisi dan memanfaatkannya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, yang secara mutlak memberikan kemerdekaan ini kepada kita. Sebesar apa pun usaha kita, jika Allah ﷻ tidak menghendaki, maka itu tidak akan pernah terjadi. Itulah target utama kita dalam mengisi kemerdekaan. Selain itu, kita juga harus senantiasa memberikan nafkah yang baik kepada keluarga, mempererat tali silaturrahim, menolong sesama, bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan, serta terus belajar dan berkarya untuk kemaslahatan umat.

Sikap-sikap tersebut sangat identik dengan seorang mukmin yang taat, seperti yang diumpamakan oleh Nabi Muhammad ﷺ dengan seekor lebah madu. Dalam hadits dari Abdullah bin Amru ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik, dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting), namun tidak membuatnya patah dan rusak.” (HR. Ahmad, No: 18121; Hakim, No: 8566; Baihaqi, No: 5765).[1]

Dari hadits di atas, kita bisa belajar bahwa lebah adalah hewan yang sangat istimewa, hingga diumpamakan dengan seorang mukmin. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita contoh dari lebah untuk mengisi kemerdekaan.

Sikap Positif dan Cermat

Lebah cenderung hanya pada hal-hal yang positif dan cermat dalam memilih makanan atau sari bunga yang baik saja. Begitu pula seorang mukmin harus mencari dan berusaha memperoleh makanan, minuman, serta kebutuhan yang halal dan thayyib. Lebah juga selalu berusaha membawa sari bunga terbaik ke sarangnya. Ini dapat dihubungkan dengan perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia, yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsa, baik dalam perjuangan fisik maupun mental untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan.

Allah ﷻ berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97).

Sebagai seorang mukmin, kita tidak boleh merasa tidak berguna karena Allah selalu melihat hamba-Nya. Setiap kebajikan yang dilakukan oleh seseorang akan mengantarkan pada kehidupan yang baik dan akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari apa yang telah diperjuangkan.

Kebersihan Hati dan Manfaat Bagi Sesama

Lebah hanya mengambil yang baik dan mengeluarkan yang baik pula, yaitu madu. Ia tidak menikmati hasil usahanya sendiri, melainkan hanya ingin berguna dan bermanfaat bagi orang lain yang mengonsumsi madunya. Ini dapat menjadi contoh bagi kita, khususnya generasi muda, untuk selalu berkontribusi aktif dan positif dalam mengisi kemerdekaan dengan menolong sesama, bergotong royong, dan mempererat tali silaturahim demi menjaga integritas dan moral bangsa.

Dari Jabir bin ‘Abdillah z, Rasulullah ﷺ bersabda,

المُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ وَلاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَ يَأْلَفُ وَلاَ يُؤْلَفُ وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ath-Thabari dalam Al-Mu’jam Al-Awsath VI/58).[2]

Sebagai seorang mukmin dan anak muda, kita harus bermanfaat dan berguna bagi bangsa, agama, dan umat. Di mana pun dan kapan pun kita berada, kita harus memberikan dampak positif, semakin banyak manfaat yang kita berikan, semakin baik pula.

Menghargai Kebhinekaan

Lebah tidak meninggalkan bekas kerusakan pada ranting pohon atau tempat apa pun yang dihinggapinya. Ini melambangkan sikap kehati-hatian dan rasa hormat terhadap lingkungan sekitarnya. Seorang mukmin juga harus seperti ini, selalu memberikan kebaikan dimanapun ia berada. Hal ini juga dapat diartikan sebagai semangat dalam bingkai kebhinekaan dalam kemerdekaan Indonesia, di mana kita saling menghormati dan menghargai perbedaan suku, agama, bangsa, dan budaya tanpa merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Kebhinekaan dalam kemerdekaan Indonesia ini adalah nikmat besar dari Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13). Sebagai mukmin dan warga negara Indonesia, kita harus bersyukur atas kebhinekaan ini.

Semangat Berkarya dan Berkreasi

Madu adalah obat alami yang diproduksi oleh lebah dari sari bunga pilihan terbaik, hasil jerih payah gotong royong para lebah. Madu adalah karya dan kreasi unik yang tidak kita temui pada hewan lain. Begitu juga kita, sebagai mukmin dan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, harus memanfaatkan peluang yang ada di masa kemerdekaan ini untuk berkarya, berkreasi, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa demi meraih kehidupan yang rukun dan bermartabat. Jangan sampai kita bermalas-malasan setelah merdeka, lupa akan perjuangan para pahlawan, dan menyia-nyiakan kemerdekaan ini.

Marilah kita renungkan betapa berharganya kemerdekaan yang kita miliki. Sebagai mukmin dan warga negara Indonesia, kita diberi kesempatan untuk mengisi kemerdekaan dengan amal kebaikan, karya yang bermanfaat, serta sikap yang mencerminkan akhlak mulia. Seperti lebah yang senantiasa memberikan manfaat tanpa merusak, kita pun harus selalu berkontribusi positif bagi bangsa dan agama, menjaga persatuan dalam kebhinekaan, dan terus berupaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga Allah l senantiasa membimbing kita dalam langkah-langkah ini dan menjadikan kita hamba yang bermanfaat bagi sesama. Âmîn.

Maraji’ :

* Mahasiswa FIAI UII

[1] Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995. Cet. ke-2. h. 348.

[2] Ath-Thabrani. Al-Mu’jam Al-Awsath. Beirut: Dar al-Haramain, 1995. Cet. ke-1. h. 593, Hadits No: 5787.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *