Meneladani Sisi Lain Sang Rahmatan Lil ‘Alamin

Meneladani Sisi Lain Sang Rahmatan Lil ‘Alamin

Agus Fadilla Sandi*

 

Nabi Muhammad ﷺ sebagai sosok yang dicintai dan diikuti oleh lebih dari dua miliar umat Muslim di seluruh dunia,[1] tidak hanya dikenal karena ajaran dan wahyu yang beliau sampaikan. Namun, beliau dikenal pula karena kepribadian dan perilaku beliau yang penuh rahmat. Allah ﷻ berfirman,

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Kami tidaklah mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 107).

Nabi Muhammad ﷺ adalah contoh sempurna dari sosok yang penuh cinta dan rahmat. Beliau tidak hanya membawa pesan ilahi, tetapi juga mempraktikkannya dalam keseharian. Dalam kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad ﷺ memiliki sisi-sisi unik yang sering kali tidak diketahui banyak orang. Sisi lain beliau ini menggambarkan betapa beliau adalah seorang yang penuh keceriaan, kepedulian, dan kelembutan.

Melalui catatan ringan ini mari kita mengenali tiga hal unik yang menjadi sisi lain dari Sang Rahmatan Lil ‘Alamin, Nabi Muhammad ﷺ. Diawali dengan mengenali, moga kemudian kita terdorong untuk meneladani Nabi Muhammad ﷺ dengan lebih baik. Menggali hikmah dari setiap sisi kehidupannya yang tidak hanya sebagai utusan Allah, namun juga sebagai manusia biasa dengan kepribadian yang istimewa.

Pertama, Humor dan Keceriaan Nabi

Nabi Muhammad ﷺ dikenal sebagai sosok yang humoris dan ceria. Meskipun ia memikul tanggung jawab besar sebagai Rasul, tapi ia sering kali tersenyum dan bercanda dengan lembut kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari Nabi pernah bercanda dengan seorang wanita tua, ia mengatakan, “Orang tua tidak akan masuk surga.” Seketika wanita itu merasa khawatir, Nabi ﷺ lalu menjelaskan dengan tersenyum, “Karena semua akan kembali muda di surga.”[2]

Bercanda adalah perkara penting yang dengannya dapat meringankan beban hidup seseorang. Asal, syaratnya tidak boleh berdusta apalagi sampai menghina. Nabi ﷺ merupakan pribadi yang humoris dan ceria. Namun, humornya Nabi ﷺ selalu jujur tak pernah dusta. Keceriaan Nabi ﷺ tidak menghina orang lain apalagi sampai merusak kehormatan.

Abu Hurairah menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Beliau menjawab,

نَعَمْ ! غَيْرَ أَنِّي لاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا

“Ya, hanya saja aku tidak mengatakan kecuali yang benar” (H.R. At-Tirmidzi, No. 1990).[3]

Pribadi Nabi ﷺ yang humoris dan ceria itu ternyata diikuti pula oleh para sahabatnya. Hingga Ibnu Umar pernah ditanyakan, “Apakah para sahabat Rasulullah itu tertawa (bersenda gurau, pen)?” Lalu ia jawab, “Ya, namun iman di hati mereka lebih agung dari pada gunung!” Begitupun Bilal bin Sa’ad menggambarkan bahwa sahabat Rasulullah ﷺ itu didapatinya saling melempar humor di antara mereka. Tapi, saat malam tiba mereka bagaikan petapa dalam ibadahnya.[4]

Kedua, Kepedulian dalam Urusan Rumah Tangga

Nabi Muhammad ﷺ sangat peduli dan aktif dalam membantu pekerjaan rumah tangga. Beliau ﷺ menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandal, dan membantu keluarganya dalam tugas-tugas sehari-hari.[5] Hal ini menggambarkan kerendahan hati Rasulullah ﷺ dalam kehidupan sehari-hari, di mana beliau melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri meskipun berstatus sebagai Nabi dan pemimpin umat.

Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin, Rasulullah  ﷺbersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku” (H.R. At-Tirmidzi No: 3895).[6]

Siapa di antara kita yang lebih sibuk dari pada Nabi ﷺ? Jika beliau yang amat sangat sibuk masih memperhatikan keluarganya, lantas bagaimana dengan orang-orang yang hanya dengan sedikit kesibukan sudah menyebabkan keluarganya terlalaikan? Na’udzubillah.

Ketiga, Kepemimpinan Penuh Cinta

Kendati banyak peperangan yang terjadi pada masa hidupnya, Nabi Muhammad ﷺ bukanlah pribadi yang keras, melainkan sosok pemimpin yang penuh damai dan cinta. Perhatikanlah saat menaklukkan Makkah (Fathu Makkah), Nabi ﷺ memaafkan semua orang yang sebelumnya memusuhinya dan tidak menuntut balas dendam, meskipun beliau memiliki kekuatan untuk melakukannya.[7]

Nabi Muhammad ﷺ berhasil memimpin dengan penuh cinta terlihat dari kesabarannya menghadapi musuh-musuhnya. Beliau sering mendoakan mereka agar mendapatkan petunjuk dan hidayah. Salah satu contohnya adalah Nabi ﷺ yang terus mendoakan Umar bin Khattab agar mendapatkan hidayah, dan akhirnya doanya dikabulkan.[8]

Itulah Nabi Muhammad ﷺ, pemimpin penuh cinta. Hal ini tentunya senada dengan apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an, “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159)

Kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ merupakan kepemimpinan yang diwarnai kelembutan hati dan kasih sayang. Beliau memaafkan musuh-musuhnya, mendoakan mereka yang menentangnya, dan selalu berharap kebaikan bagi orang lain. Inilah teladan kepemimpinan penuh cinta yang harus kita ikuti—kepemimpinan yang mengayomi dan melindungi, serta membawa rahmat dan petunjuk bagi semua.

Teladan Lahirkan Kerahmatan

Teladan hidup Nabi Muhammad ﷺ adalah cahaya yang menerangi jalan kita. Mengikuti sifat beliau yang ceria, peduli, dan penuh kasih, kita akan tertuntun dalam memperbaiki diri sendiri, serta membawa rahmat bagi orang-orang di sekitar kita. Itulah inti sari dari menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kini, sudah saatnya bagi kita tidak hanya mengagumi sifat-sifat Nabi ﷺ, tetapi juga ikut mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah ﷻ memampukan kita dalam mengikuti jejak beliau yang senantiasa bercanda dengan cara yang baik, memperlakukan keluarga dengan lembut, dan memimpin dengan penuh cinta. Mari bersama-sama menapaki jalan yang lebih baik, sejalan dengan teladan sisi lain dari Sang Rahmatan Lil ‘Alamin.

Maraji’ :

* Direktur MSQ Learning Center

[1] “Muslim Population by Country 2024,” diakses 10 September 2024, https://worldpopulationreview.com/country-rankings/muslim-population-by-country.

[2] “الدرر السنية,” diakses 10 September 2024, https://dorar.net/h/6SUAZUgO.

[3] “الدرر السنية – الموسوعة الحديثية – شروح الأحاديث,” dorar.net, diakses 10 September 2024, https://dorar.net/hadith/sharh/36061.

[4] Zad Majumu’aah, As-Sirah An-Nabawiyyah Al-Juz At-Tsani (Zad Group, 2017), h. 48.

[5] “الدرر السنية – الموسوعة الحديثية – شروح الأحاديث,” dorar.net, diakses 10 September 2024, https://dorar.net/hadith/sharh/91852.

[6] “الدرر السنية – الموسوعة الحديثية – شروح الأحاديث,” dorar.net, diakses 10 September 2024, https://dorar.net/hadith/sharh/29952.

[7] TEMPO Publishing dan Amandra Mustika Megarani et.al, Kilau Mutiara Sejarah Nabi (Tempo Publishing, t.t.) h. 50.

[8] Ipnu R. Nugroho, Menjadi Muslim Berakhlak Mulia: Bersama Gus Baha (Anak Hebat Indonesia, 2023), h. 162.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *