Adab Ketika Hujan

Adab Ketika Hujan

Al Katitanji

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,

Rasa syukur yang mendalam dan pujian yang tinggi hanya untuk Allah ﷻ yang telah menurunkan air hujan dari ketinggian langit. Demikianlah hujan patuh dan tunduk mengikuti perintah Rabbnya membasahi bumi. Bagi setiap Muslim sangat penting mempelajari adab ketika hujan karena dengannya ia akan banyak mendapatkan pahala disisi Allah ﷻ. Agar dapat meraih pahala di sisi Allah untuk kehidupan hari kemudian, berikut adalah beberapa adab ketika hujan:

Hujan Membawa Berkah

Ketahuilah bahwa hujan membawa keberkahan untuk penduduk bumi, membawa banyak kebaikan untuk para petani, dan kesuburan bagi tumbuhan yang diharapkan hasilnya.

Allah ﷻ berfirman,

وَنَزَّلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً مُّبَٰرَكًا فَأَنۢبَتْنَا بِهِۦ جَنَّٰتٍ وَحَبَّ ٱلْحَصِيدِ

Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (banyak manfaatnya) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qâf [50]: 9).

Sebagian orang mencela hujan karena aktivitas mereka terganggu, rencana mereka terhambat, janji-janji mereka dijadwal ulang dan sebagainya. Seorang Mukmin seharusnya menahan lisan agar tidak mencela turunnya air hujan, karena mencela air hujan adalah dosa. Siapa yang mencela hujan, dia telah mencela pencipta hujan itu sendiri. Dalam sebuah hadis qudsi diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Allah ﷻ berfirman,

يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِى الأَمْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246).

Hadis ini dasar larangan mencela ciptaan Allah; mencela siang, malam, waktu, termasuk juga di dalamnya mencela cuaca karena dengan takdir Allah-lah terjadinya siang dan malam juga terjadinya panas dan hujan.[1]

Hujan adalah Rahmat Allah

Ketahuilah turunnya air hujan bagian dari rahmat Allah ﷻ yang diharapkan kehadirannya. Allah ﷻ menegaskan dalam firman-Nya,

وَهُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ مِنۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوا۟ وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُۥ ۚ وَهُوَ ٱلْوَلِىُّ ٱلْحَمِيدُ

Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS Asy Syura [42]: 28).

Dalam Tafsir Muyassar dijelaskan, hanya Allah semata yang menurunkan hujan dari langit, dengannya Allah ﷻ menyelamatkan manusia setelah mereka berputus asa darinya, Dia menebarkan rahmat-Nya diantara makhluk-Nya lalu Dia meratakan hujan kepada mereka, Dialah penolong yang mengurusi urusan hamba-hamabNya dengan kebaikan dan karunia-Nya yang maha terpuji dalam pertolongan dan pengaturan-Nya.[2]

Memperbanyak Doa Ketika Hujan Turun

Dianjurkan untuk memperbanyak doa di waktu-waktu mustajab. Di antara waktu tersebut adalah ketika turun hujan. Berdasarkan salah satu riwayat dari Sahl bin Sa’d z, beliau berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ

Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi; dan dihasankan al-Albani; lihat Shahihul Jami’, no. 3078)

Dalam riwayat lain Nabi ﷺ bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” (HR. Al Hakim)[3]

Doa Ketika Ada Angin Kencang

Ketika ada angin kencang dianjurkan membaca doa sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah x, ia berkata, “Apabila ada angin bertiup, Nabi ﷺ membaca doa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

Allâhumma innî as-aluka khairahâ wa khaira mâ fîhâ wa khaira mâ ursilat bihi wa a’ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ fîhâ wa syarri mâ ursilat bihi” [Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikan angin ini, kebaikan yang dibawa angin ini, dan kebaikan angin ini diutus. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang dibawa angin ini, dan keburukan angin ini diutus].” (HR. Muslim, no. 2122)

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah z, Nabi ﷺ membaca doa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا.

Allâhumma innî as-aluka khairahâ wa a’ûdzubika min syarrihâ” [Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikan angin ini, dan aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan angin ini].” (HR. Abu Dawud, no. 3230, Ibnu Majah no. 1568)[4]

Doa Ketika Hujan Turun

Ketika mendapati hujan turun, dianjurkan untuk membaca doa, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ummul Mukminin ‘Aisyah, “Nabi ﷺ ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan,

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

Allâhumma shayyiban nâfi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].” (HR. Ahmad no. 24190, Bukhari no. 1032, dan An Nasâ’I no. 1523).

Dalam riwayat lain, beliau membaca,

اللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيئًا

Allâhumma shayyiban hanî’an” [Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat].” (HR. Abu Daud 5101 dan dishahihkan al-Albani)

Dzikir Setelah Turun Hujan

Dianjurkan untuk membaca doa tatkala hujan sudah reda. Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi ﷺ bersabda,

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ.

Muthirnâ bi fadhlillâhi wa rahmatih” [Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah].” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71).

Dzikir Ketika Melihat atau Mendengar Petir

Di antara adab ketika melihat atau mendengar petir, dianjurkan membaca dzikir. Dari Amir, dari ayahnya Abdullah bin Zubair berkata, “Apabila beliau mendengar petir, beliau berhenti bicara. Kemudian beliau mengatakan,

سُبْحَانَ الَّذِى يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ.

Subhânalladzî yusabbihur ra’du bihamdihi wal malâikatu min khîfatih” [Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya].”[5] (HR. Malik, no. 1839 dalam al-Muwatha’ dan Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 723).[6]

Doa Agar Hujan Berhenti   

Ketika turun hujan, kita berharap agar hujan yang Allah ﷻ turunkan menjadi hujan yang mendatangkan berkah dan bukan hujan pengantar musibah. Karena itu, ketika hujan datang semakin lebat, dan dikhawatirkan membahayakan lingkungan, kita berdoa memohon, agar hujan dialihkan ke daerah lain, agar lebih bermanfaat.[7]

Di Madinah pernah terjadi hujan satu pekan berturut-turut, hingga banyak tanaman yang rusak dan binatang kebanjiran. Para sahabat meminta pada Nabi ﷺ supaya berdoa agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau ﷺ berdoa,

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا، للَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Allâhumma hawâlainâ walâ ’alainâ, Allâhumma ’alal âkâmi wal jibâli, wazh zhirâbi, wa buthûnil awdiyati, wa manâbitisy syajari” [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan membahayakan kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari 1013 & Muslim 2116).[8]

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, orang tua, para guru dan memberikan pertolongan serta hidayah-Nya untuk dapat mengamalkan ilmu yang kita dapatkan. Âmîn.

Maraji’ :

[1] https://khotbahjumat.com/2356-mentadabburi-kebesaran-allah-pada-hujan.html. Diakses pada 20 November 2024.

[2] https://tafsirweb.com/9118-surat-asy-syura-ayat-28.html. Diakses pada 20 November 2024.

[3] Diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahihShohihul Jaami’ no. 1026.

[4] Majdi bin Abdul Wahab al Ahmad. Syarh Hisnul Muslim. (Tashih) Said bin Ali bin Wahfi al Qahthani, no. 166. Sukoharjo: Al Qowam. Cet. Ke-II. h. 284.

[5] QS. ar Ra’du [13]: 13.

[6] HR. Malik dalam Al Muwatha’ no. 1839, Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 723 dan sanadnya dishahihkan oleh An Nawawi dalam Al Adzka no. 230 dan Albani dalam Shahih Adabul Mufrad no. 556.

[7] Ammi Nur Baits. “Amalan Ketika Hujan.” https://konsultasisyariah.com/23819-amalan-ketika-hujan-bagian-02.html. Diakses pada 20 November 2024.

[8] Majdi bin Abdul Wahab al Ahmad. Syarh Hisnul Muslim. (Tashih) Said bin Ali bin Wahfi al Qahthani, no.170. Sukoharjo: Al Qowam. Cet. Ke-II. h. 288.

Download Buletin klik di sini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *