Makna Ikhlas dalam Tazkiyatun Nafs

Makna Ikhlas dalam Tazkiyatun Nafs

Nada Kurnia Sari*

 

Pentingnya Tazkiyatun Nafs dalam Kehidupan 

Tazkiyah berasal dari kata zaka yang bermakna membersihkan atau memperbaiki. Dalam konteks ini, tazkiyatun nafs berarti proses membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti riya, hasad, dan kesombongan, serta menggantikannya dengan sifat-sifat mulia seperti keikhlasan, tawakal, dan syukur.[1]

Tazkiyatun nafs, atau penyucian jiwa, bukan hanya sekadar konsep, tetapi jalan untuk mendidik hati dan kalbu agar senantiasa berada di posisi yang diridhai Allah l. Ketika jiwa telah bersih dari noda, hati akan menjadi cermin yang jernih, memantulkan cahaya keimanan dan kebaikan.

Namun, apa jadinya jika seseorang tampak luar biasa dalam ibadah, dan baik di mata manusia, tetapi ternyata muamalahnya kepada Allah buruk? Di tengah keramaian, ia tampak seperti wali Allah, tetapi dalam kesendirian menjadi walinya setan. Fenomena ini menunjukkan absennya tazkiyatun nafs dalam dirinya. Penyucian jiwa menjadi penentu apakah ibadah dan amal memiliki makna sejati atau justru kosong tanpa arah.

Allah ﷻ menjadikan tazkiyatun nafs sebagai salah satu misi utama Rasulullah ﷺ. Allah l berfirman,

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumuah [62]: 2).

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa misi utama Rasulullah adalah membimbing umat manusia untuk menyucikan jiwa, mengajarkan Al-Qur’an, dan hikmah. Hal ini menegaskan pentingnya tazkiyatun nafs sebagai kunci kebahagiaan hakiki.

Bahkan dalam firman Allah surah Asy-Syams ayat 1-10[2], di mana Allah menyebutkan sebelas sumpah beruntun untuk menegaskan bahwa hanya mereka yang menyucikan jiwa yang akan beruntung, sementara mereka yang mengotorinya akan merugi.[3]

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams [91]: 9-10)

Ikhlas: Kunci Utama Penyucian Jiwa 

Ibadah kepada Allah ﷻ tidak cukup hanya memperhatikan aspek lahiriah, seperti gerakan shalat atau bacaan dzikir. Ibadah harus mencakup hati, karena hati adalah inti dari hubungan seorang hamba dengan Sang Penciptanya. Ibadah hati memiliki banyak bentuk, tetapi yang paling utama adalah keikhlasan.

Ikhlas bermakna memurnikan niat hanya untuk Allah ﷻ, menjadikan Allah satu-satunya tujuan dari segala bentuk ketaatan.[4] Dalam surah al Bayyinah ayat 5, Allah ﷻ berfirman,

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

“Dan mereka tidak diperintahkan, kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas…” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).

Bahkan, keikhlasan akan menjadi perisai seorang hamba dari godaan setan,[5] di mana Iblis mengakui bahwa ia tidak mampu menggoda hamba-hamba yang ikhlas.

Seseorang yang mencintai Allah ﷻ akan menunjukkan kecintaan itu dalam setiap aspek kehidupannya. Semua aktivitasnya, mulai dari ibadah hingga interaksi sehari-hari, mencerminkan tujuan akhir yang ia harapkan ridha Allah ﷻ. Sebaliknya, orang yang hatinya terikat pada gemerlapnya dunia, seperti halnya harta, pangkat, dan pujian, cenderung kehilangan keikhlasan. Ibadahnya tidak lagi murni untuk Allah ﷻ, melainkan hanya rutinitas atau bahkan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.

Tantangan dalam Menjaga Keikhlasan 

Menjaga keikhlasan bukanlah perkara mudah. Dunia menawarkan begitu banyak godaan yang bisa merusak niat. Banyak orang yang mengira mereka telah ikhlas, padahal sebenarnya tertipu oleh hawa nafsu.

Salah satu kisah yang menarik untuk direnungkan adalah tentang seorang lelaki yang selalu shalat di shaf pertama. Suatu hari, ia terlambat dan harus shalat di shaf kedua, ia merasa malu dilihat oleh orang-orang di sekitarnya. Saat itu, ia menyadari bahwa ketenangan hatinya selama ini saat berada di shaf pertama ternyata bukan karena Allah, tetapi karena pandangan orang lain.[6]

Kisah ini menjadi pengingat betapa sulitnya mencapai keikhlasan yang sejati. Betapa banyak amal yang  anggap ikhlas, tetapi sebenarnya telah tercampur dengan niat untuk mencari pujian atau pengakuan.

Langkah-Langkah Mencapai Keikhlasan 

Meski sulit, ikhlas bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diraih. Ada beberapa langkah yang bisa  tempuh untuk melatih diri menuju keikhlasan:

  1. Melawan hawa nafsu. Keikhlasan hanya bisa tumbuh dalam hati yang bersih dari keinginan duniawi. Oleh karena itu, harus melatih diri untuk memupus ketamakan terhadap harta, popularitas, dan kedudukan.
  2. Fokus pada akhirat. Menjadikan akhirat sebagai tujuan utama akan membantu menjaga keikhlasan. Ketika hati terfokus pada keridhaan Allah, godaan dunia akan terasa kecil.
  3. Membangun kebiasaan muhasabah. Introspeksi diri adalah kunci untuk mengevaluasi niat. Sebelum melakukan amal, tanyakan pada diri sendiri: “Untuk siapa aku melakukan ini?”
  4. Menjaga amal tersembunyi. Salah satu cara melatih keikhlasan adalah dengan melakukan amal secara diam-diam, tanpa diketahui orang lain. Amal yang tersembunyi lebih kecil kemungkinannya untuk dicampuri oleh riya.
  5. Memohon taufik dari Allah l. Keikhlasan adalah anugerah dari Allah. Oleh karena itu, berdoalah agar Allah membersihkan hati dan memberikan taufik untuk selalu ikhlas dalam setiap amal.

Peringatan Bagi yang Lalai 

Allah memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang lalai dari keikhlasan. Allah ﷻ berfirman,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا. ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا. أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَزْنًا.

Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi [18]: 103-105).

Allah ﷻ menjelaskan bahwa amal mereka yang tidak ikhlas akan menjadi sia-sia pada hari kiamat. Mereka akan melihat kebaikan-kebaikan mereka berubah menjadi keburukan karena niat yang salah.

Keikhlasan sebagai Jalan Keselamatan 

Ikhlas adalah syarat mutlak diterimanya amal dan kunci utama dalam proses tazkiyatun nafs. Tanpa ikhlas, amal hanya menjadi rutinitas tanpa nilai di sisi Allah ﷻ. Mari  jadikan ikhlas sebagai pondasi dalam setiap ibadah dan aktivitas, sehingga seluruh hidup  menjadi cerminan cinta kepada Allah dan harapan akan akhirat.

Semoga Allah ﷻ memberikan taufik kepada  semua untuk menjadi hamba-hamba yang ikhlas, yang setiap amalnya murni dipersembahkan hanya kepada-Nya.

Maraji’ :

* Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam.

[1] Said Hawwa, al-Mustakhalash fi Tazkiyat a-Anfus, alih bahasa oleh: Ainur Rafiq Shaleh Tahmid, Lc, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu. Jakarta: Robbani Press, 1999. h. 2.

[2] QS. Asy-Syams [91]: 1-10.

[3] Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Rajab al-Hanbali, dan Imam al-Ghazali. Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha Kama Yuqarrirruhu ‘Ulama As-Salaf. Beirut: Dar al-Qalam, t.t.

[4] Dedi Junaedi dan Sahliah Lia, “Ikhlas Dalam Al Qur’an,” Ta’lim JIAI 1, no. 2 (2019). h. 34–42.

[5] QS. Shad [38]: 83.

[6] Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Rajab al-Hanbali, dan Imam al-Ghazali. Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha Kama Yuqarrirruhu ‘Ulama As-Salaf. Beirut: Dar al-Qalam, t.t.

Download Buletin klik di sini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *