Sya’ban Telah Tiba
Sya’ban Telah Tiba
Al Katitanji
Waktu terus berjalan dan tak akan pernah kembali lagi. Rajab telah berlalu, tibalah Sya’ban dan akan menyusul Ramadhan, bulan yang istimewa dan penuh keberkahan di dalamnya. Sungguh beruntung orang yang mengisi hidupnya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah ﷻ dan menjauhi kesyirikan terutama pada bulan-bulan yang mulia. Terus bersiap diri (isti’dad) menyambut bulan Ramadhan penuh berkah dan pahala besar dengan puasa dan amal shalih lainnya.
Penamaan Bulan Sya’ban
Saat ini kita berada di bulan Sya’ban (jawa: Ruwah), dinamakan bulan Sya’ban karena di saat penamaan bulan ini banyak orang Arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan,
وَسُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ
“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram.”[1]
Sya’ban, Bulan Dinaikkan Amal Kebajikan
Inilah bulan dimana sebagian orang melalaikannya, seharusnya kita lebih bersemangat untuk beramal shalih karena pada bulan Sya’ban berbagai amal dinaikkan kehadapan Allâh ﷻ. Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasûlullâh ﷺ, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Syaban”. Rasûlullâh ﷺ bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasâ’i no. 2357).[2]
Seharusnya kesempatan mulia ini tidak disia-siakan oleh siapapun. Sya’ban sebagai start awal menyambut Ramadhan. Seorang ulama dari kalangan tab’in Yahya bin Abi Katsir v, bahwa beliau mengatakan, ‘Diantara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”[3]
Kita dapat mengisi hari-hari yang kita lalui di bulan Sya’ban dengan memperbanyak amal shalih tanpa harus membatasi, di antara amal shalih yang bisa kita lakukan adalah:
Perbanyak Puasa
Nabi ﷺ mengisi bulan Sya’ban dengan memperbanyak berpuasa sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan. Bahkan Nabi ﷺ sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ.
“Rasulullah ﷺ biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah ﷺ berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ ﷺ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi ﷺ tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi ﷺ biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah mengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.
“Nabi ﷺ biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,
أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.
“Nabi ﷺ dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasâ’i).[4]
Sibukkan Baca Al Qur’an
Ternyata salaf memberi petunjuk pada kita untuk memperbanyak membaca Qur’an sejak dari bulan Sya’ban, bukan hanya di bulan Ramadhan. Sebagaimana bulan Ramadhan kita dituntunkan untuk sibuk dengan Al Qur’an, maka sebagai pemanasan aktivitas mulia tersebut sudah seharusnya dimulai dari bulan Sya’ban.
Salamah bin Kahîl berkata,
كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ.
“Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan membaca Al Qur’an.”
Diriwayatkan bahwa ‘Amr bin Qois ketika memasuki bulan Sya’ban,
أَغْلَقَ حَانُوْتَهُ وَتَفَرَّغَ لِقِرَاءَةِ القُرْآنِ.
“Beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan Al Qur’an.[5]
Abu Bakr Al Balkhi berkata,
شَهْرُ رَجَبَ شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سُقْيِ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ
“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”
Abu Bakr Al Balkhi juga berkata,
مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ.
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia akan memanen hasilnya di bulan Ramadhan.”[6]
Anjuran Membayar Zakat
Tujuan utama membayar zakat di bulan Sya’ban adalah agar orang miskin dan lemah bisa menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan tanpa harus terlalu pusing atau merasa susah dengan mencari makanan di bulan Ramadhan.[7]
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan,
رُوِيَ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا دَخَلَ شَعْبَانَ أَخْرَجُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ تَقْوِيَةُ لِلضَّعِيْفِ وَالمِسْكِيْنِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ
“Diriwayatkan bahwa sebagian salaf mengeluarkan zakat harta mereka di bulan Sya’ban dengan tujuan agar kaum miskin dan dhu’afa mampu menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.”[8]
Zakat harta atau zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan setiap tahun, sehingga apabila harta kita terus di atas nishab, maka kita bisa rutin mengeluarkan zakat tepat di bulan Sya’ban setiap tahun.
Dari ‘Aisyah, beliau berkata, “Aku telah mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda,
ﻻَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﻝٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺤُﻮْﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺤَﻮْﻝُ
“Tidak ada zakat pada harta sampai harta itu berlalu setahun lamanya.” (HR. Ibnu Majah, shahih).[9]
Akhirnya kita memohon kepada Allah, agar dikaruniakan pertolongan dan taufik-Nya. Ya Allah mudahkanlah kami beramal shalih di bulan Sya’ban, pertemukan kami dengan bulan Ramadhan dan terimalah amal-amal kami. Âmîn.
Maraji’ :
[1] Ibnu Hajar al Atsqalani. Fathul-Bâri IV/213, Bab Shaumi Sya’ban. Said Yai Ardiyansyah. “Optimalkan Ibadah di Bulan Sya’ban.” https://muslim.or.id/21581-optimalkan-ibadah-di-bulan-syaban.html. Diakses pada Kamis, 23 Rajab 1446/ 23 Januari 2025.
[2] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[3] Ibnu Rajab. Lathaif Al-Ma’arif. h. 264.
[4] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Muhammad Abduh Tuasikal. “Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban.” https://rumaysho.com/384-banyak-berpuasa-di-bulan-syaban.html. Diakses pada Kamis, 23 Rajab 1446/ 23 Januari 2025.
[5] Ibnu Rajab. Lathaifu’l-Ma’arif. h. 138.
[6] Ibid. h. 130.
[7] Raehanul Bahraen. “Anjuran Membayar Zakat di Bulan Sya’ban.” https://muslim.or.id/46434-anjuran-membayar-zakat-di-bulan-syaban.html. Diakses pada Kamis, 23 Rajab 1446/ 23 Januari 2025.
[8] Ibnu Hajar al Atsqalani. Fathul Bâri 13/311.
[9] Raehanul Bahraen. “Anjuran Membayar Zakat di Bulan Sya’ban.” https://muslim.or.id/46434-anjuran-membayar-zakat-di-bulan-syaban.html. Diakses pada Kamis, 23 Rajab 1446/ 23 Januari 2025.