Maksiat Menghalangi Datangnya Rezeki

Maksiat Menghalangi Datangnya Rezeki

Abdullah

 

Setiap manusia mendambakan hidup yang lapang, rezeki yang berkah, serta urusan yang dimudahkan oleh Allâh ﷻ. Namun, kenyataannya tidak jarang kita merasa hidup terasa berat, rezeki seret, dan berbagai urusan seperti tertutup jalannya. Padahal, secara lahiriah kita sudah berusaha keras, bekerja siang malam, bahkan menguras tenaga dan pikiran. Tetapi, hasil yang didapatkan sering kali tidak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan.

Sebaliknya, ada juga keadaan di mana seseorang merasa rezekinya lancar dan pekerjaannya dipermudah. Namun, kelancaran itu tidak menghadirkan kebaikan: hidupnya jauh dari ketenteraman, keluarganya penuh masalah, dan harta yang melimpah tidak menambah kebahagiaan. Hal itu menunjukkan hilangnya keberkahan dalam rezeki.

Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Sebab, rezeki sejatinya bukan hanya persoalan kerja keras, melainkan juga terkait erat dengan keberkahan dari Allâh ﷻ. Dan salah satu penghalang terbesar turunnya keberkahan adalah dosa dan maksiat yang dilakukan manusia.

Maksiat sebagai Penghalang Rezeki

Rasûlullâh ﷺ telah mengingatkan bahwa dosa dan maksiat memiliki dampak langsung terhadap rezeki seorang hamba. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Dari Tsauban radhiyallāhu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Sungguh, seorang hamba akan terhalang dari rezeki karena dosa yang diperbuatnya.”
(HR Ahma)[1]

Hadits ini menunjukkan bahwa dosa bukan hanya memengaruhi kondisi spiritual seseorang, tetapi juga urusan dunianya, termasuk rezeki. Seseorang bisa saja berusaha sekuat tenaga, tetapi dosanya dapat menjadi penghalang turunnya pertolongan Allâh.

Dampak Dosa terhadap Rezeki

Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H) dalam al-Jawāb al-Kāfī liman sa’ala ‘an ad-Dawā’ asy-Syāfī menjelaskan:

وَمِنْ عُقُوبَاتِهَا: أَنَّهَا تَحْرِمُ الْعَبْدَ الرِّزْقَ، فَإِنَّ الْعَبْدَ يُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ، كَمَا أَنَّ التَّقْوَى تَجْلِبُ الرِّزْقَ، فَتَرْكُ التَّقْوَى يَحْرِمُهُ الرِّزْقَ.

“Di antara akibat dosa adalah terhalangnya rezeki. Sebagaimana takwa mendatangkan rezeki, maka meninggalkannya (karena maksiat) akan menghalangi datangnya rezeki.”[2]

Penjelasan ini sejalan dengan kenyataan hidup: ada orang yang bekerja keras namun hasilnya terasa sempit, sedangkan ada yang bertakwa meski secara lahir sederhana, tetapi kehidupannya lapang dan berkah.

Iman dan Takwa, Kunci Keberkahan Rezeki

Al-Qur’an menegaskan bahwa keimanan dan ketakwaan merupakan kunci terbukanya pintu-pintu keberkahan. Allâh ﷻ berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A‘raf [7]: 96).

Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini mengandung janji Allâh kepada siapa pun yang beriman dan bertakwa: pintu rezeki dan keberkahan akan dibukakan baginya. Namun, bila mereka ingkar dan bermaksiat, maka keberkahan itu akan dicabut.[3]

Maksiat dan Hilangnya Keberkahan

Harta yang banyak tidak selalu menjadi tanda keberkahan. Bisa jadi seseorang memiliki kekayaan melimpah, tetapi hidupnya jauh dari kebahagiaan, keluarganya berantakan, atau hartanya justru menjadi jalan menuju kebinasaan. Inilah hakikat rezeki yang tidak berkah.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan itu bukan karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sejati adalah kaya hati.”
(HR Bukhari, no. 6446 dan Muslim, no. 1051).[4]

Hadits ini mengajarkan bahwa rezeki yang berkah adalah rezeki yang menenangkan jiwa, bukan sekadar menumpuk materi. Maksiat, sebaliknya, menghilangkan ketenangan hati dan menutup pintu keberkahan.

Contoh dalam Kehidupan Nyata

  1. Korupsi dan harta haram. Seseorang mungkin kaya raya dari hasil korupsi atau bisnis haram. Namun, hatinya gundah, hidupnya penuh kekhawatiran, dan keluarganya tidak harmonis. KPK menyebut korupsi merusak kehidupan sosial, menimbulkan keresahan, dan menghancurkan harapan masyarakat.[5]
  2. Keluarga yang jauh dari agama. Ada keluarga yang secara materi tercukupi, tetapi anak-anaknya terjerumus dalam pergaulan buruk, karena keberkahan dicabut akibat dosa. Dalam Jurnal Edu-Riligia menyebutkan bahwa pendidikan agama dalam keluarga secara signifikan mempengaruhi akhlak remaja. Remaja dengan latar belakang keluarga yang lemah nilai agamanya cenderung menunjukkan perilaku menyimpang dibanding yang dibesarkan dengan pendidikan agama yang kuat.[6] Penelitian lain, menegaskan lingkungan keluarga beragama menjaga kestabilan anak.[7]
  3. Usaha kecil tapi berkah. Sebaliknya, ada pedagang sederhana yang jujur dan bertakwa, meski penghasilannya tidak banyak, tetapi hidupnya cukup, tenteram, dan penuh rasa syukur. Salah satu media online menampilkan kisah UMKM sederhana yang jujur dan tekun, meski modal kecil tetapi usahanya berkembang, membawa kecukupan dan manfaat bagi sekitar.[8]

Jalan Keluar: Taubat dan Takwa

Islam mengajarkan bahwa jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup akibat dosa adalah dengan kembali kepada Allâh ﷻ melalui taubat yang tulus dan meningkatkan ketakwaan. Taubat bukan hanya sekadar meninggalkan maksiat, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan Allâh, memperbanyak amal saleh, serta menjaga hati agar tetap bersih. Dengan cara inilah seorang hamba membuka pintu rahmat Allâh yang luas, karena setiap langkah menuju-Nya akan dibalas dengan kemudahan dan pertolongan.

Allâh ﷻ menegaskan dalam firman-Nya,

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allâh, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS Ath-Thalaq [65]: 2–3).

Ayat ini menegaskan bahwa takwa adalah kunci keberkahan hidup. Rezeki yang halal dan mencukupi tidak hanya ditentukan oleh usaha lahiriah, tetapi juga oleh kebersihan hati dan ketaatan kepada Allâh. Dengan takwa, seorang hamba dijanjikan kemudahan, kecukupan, dan keberkahan dalam hidupnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa pelajaran penting:

  1. Rezeki bukan hanya hasil kerja keras, tetapi sangat bergantung pada keberkahan dari Allâh ﷻ.
  2. Maksiat dan dosa menjadi penghalang utama rezeki, sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah ﷺ (HR Ahmad).
  3. Dosa menghapus keberkahan dan mendatangkan kesempitan hidup, sebagaimana penjelasan Ibn Qayyim dalam al-Jawāb al-Kāfī.
  4. Iman dan takwa mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana firman Allâh dalam surah Al-A‘raf ayat 96.
  5. Taubat, takwa, dan memperbaiki ibadah adalah kunci terbukanya pintu rezeki yang penuh berkah.

Oleh karena itu, jika kita mendambakan kelapangan rezeki dan hidup yang penuh keberkahan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah bertaubat kepada Allâh ﷻ, memperbaiki diri, dan menjauhi segala bentuk maksiat. Rezeki yang halal dan berkah tidak hanya mencukupi kebutuhan lahiriah, tetapi juga menenangkan hati, mempererat keluarga, dan mendekatkan kita kepada Allâh ﷻ.

Semoga Allâh ﷻ senantiasa melimpahkan kepada kita rezeki yang halal, baik, dan penuh keberkahan. Allāhumma āmin.

Maraji’ :

[1] Musnad Ahmad. Beirut: Mu’assasah ar-Risālah. 2001. Juz 5. h. 277.

[2] Ibn Qayyim. al-Jawāb al-Kāfī. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2007. h. 67.

[3] Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’ān al-‘Azhīm. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1998. Juz 2. h. 293.

[4] Al-Bukhārī dalam Shahih al-Bukhārī, Kitāb ar-Riqāq no. 6446, dan Muslim dalam Shahih Muslim, Kitāb az-Zakāh no. 1051.

[5] Aditya Mulyana. “Rusaknya Kehidupan Sosial karena Korupsi”

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230818-rusaknya-kehidupan-sosial-karena-korupsi?utm_source=chatgpt.com. Diakses pada 02 Oktober 2025.

[6] Ade Yunita Tri Harlin, Ramlan Padang. “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga”. https://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/eduriligia/article/view/22239?utm_source=chatgpt.com. Diakses pada 02 Oktober 2025.

[7] Pramesta Rahmata dan Syinta Pebriyanti Aufa. “Dampak Lingkungan Keluarga Terhadap Kondisi Psikologis Anak dan Kehidupan Beragama”. https://jipkm.com/index.php/islamologi/article/view/182?utm_source=chatgpt.com. Diakses pada 02 Oktober 2025.

[8] Aditya Mulyana. “Kisah Inspiratif Wirausahawan Muda Indonesia yang Manfaatkan Ekosistem Digital”. https://money.kompas.com/read/2023/06/16/175656126/berangkat-dari-usaha-rumahan-ini-kisah-inspiratif-wirausahawan-muda-indonesia?utm_source=chatgpt.com. Diakses pada 02 Oktober 2025.

Download Buletin klik di sini