ESENSI DAN REFLEKSI PRINGATAN HARI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD
Muhasabah Sebagai Refleksi Kehidupan Sekarang
Jelas bahwa memperingati maulid nabi sebagai nutrisi bagi hati dan sumber keceriaan bagi jiwa serta penyejuk bagi mata. Bahkan hal itu merupakan bagian dari agama Allah dan ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, kehidupan Nabi Muhammad merupakan kehidupan dengan mobilitas tinggi, ketekunan, kesabaran, keuletan, penuh harapan, jauh dari pesimisme dalam mewujudkan Ubudiyah (Penghambaan Diri) kepada Allah Ta’ala dan mendakwahkan ajaran agama-Nya.
Kalau berbicara kehidupan sekarang, orientasinya sudahkah sesuai dengan tuntunan Nabi yang diwariskan pada umatnya!. Realitasnya, masih jauh dari ajaran dan tunututannya. Semakin hari semakin memudar, serta menjauh dari nilai-nilai moralitas agama. Realitas kehidupan kontemporer yang memiliki pradaban maju dan ilmu pengetahuan dari teknologi dan informasi, menjadi standarisasi baik tidaknya kedudukan sosial di masyarakat. Bukan pada kesalehan, kedalaman pengetahuan agama dan akhlakul karimah seseorang.
Bila ini yang menjadi tolak ukur masyarakat zaman sekarang, maka tidak ada ada beda dengan zaman dulu yaitu zaman jahiliah dulu. Pada masa tersebut, masyarakatnya mengalami kemajuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni, sosial, budaya, niaga, politik/kekuasaan namun tidak dibimbing oleh nurani dan iman yang lurus. Oleh sebab itu pada periode awal yang dibenahi terlebih dahulu adalah masalah aqidah. Ayat-ayat yang turun pada periode awal (Makkiyah) adalah yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala serta pengajaran dan akhlak al karimah.
Hanya saja bila jahiliyah diartikan bodoh, maka sesungguhnya dari mereka telah banyak yang menguasai bidang seni dan sastra, niaga (bisnis), sosial, kekuasaan, siasat perang, sudah terdapat diantara mereka yang mengembara menuntut ilmu hingga sampai ke Madain di Persia (Iran sekarang), hingga ke negeri Cina, jadi mobilitas masyarakat masa itu sudah cukup tinggi, hingga pula ke negeri Syam (di Siria, Libanon, Palestina sekarang), Yaman dan lain-lain. Persoalannya adalah nurani dan iman yang lurus yang tidak mereka miliki, maka di sebut Jahiliyah.
Kita melihat kondisi sekarang dibidang ilmu pengetahuan semakin canggih dan maju, namun pengetahuan agama dan pengamalan semakin pudar. Bagaimana jadinya pengetahuan agama yang mengandung nilai-nilai ketuhanan serta akhlakul karimah menuju kemaslahatan yang hakiki yaitu, keselamatan dunia dan akhirat!. Oleh karena itu momentum, peringatan maulid Nabi lebih mempertebal kembali nilai keimanan ketauhidan, serta dapat memadukan pengetahuan ilmu agama dan semua aspek ilmu pengetahuan dunia ini. Wallahu’alam
Mutiara hikmah:
Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah Alquran.”
(HR Muslim).
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!