Untukmu Yang Sedang Terjatuh Dalam Kubangan Dosa!

Bertobatlah Wahai Jiwa

Saudaraku, yang saat ini tergelincir oleh penyesata setan. Bertobatlah. Taubat haruslah dilakukan, tanpa menunda-nunda. Allah sungguh Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat.

Dari Anas bin Mâlik radiallahu anha ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda, ‘Allâh ﷻ berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  (H.R. at-Tirmidzi)

Saudaraku, bertaubatlah dengan kesungguhan dan penuh pengharapan. Berbaik sangkalah pada Allah ﷻ jika dosa dosamu akan diampuni . Jangan pernah ragu, maupun takut dosa kita tidak diampuni selama kita melakukanya dengan cara yang tepat. Jangan pernah berburuk sangka terhadap luasnya ampunan Allah ﷻ. sungguh, jika seandainya Fir’aun yang mengaku Tuhan sampai bertobat, maka Allah pasti akan mengampuni.

Nabi ﷺ melarang seseorang berdo’a dengan pesimis dan keraguan pada Allah dengan lafadz, “Ya Allâh, ampunilah aku jika Engkau berkehendak,” namun hendaklah ia serius dalam meminta karena Allâh tidak bisa dipaksa oleh apapun.(H.R. Bukhari)

Kita Punya Allah, yang Maha Penyayang

Kasih sayang terbesar di alam semesta adalah kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Terlebih lagi sebagaimana kondisi wanita yang disebutkan dalam hadits, dimana ia baru saja kehilangan anaknya lantas iapun mencari-cari sang anak. Akhirnya iapun bertemu dengan anaknya yang hilang tersebut, lalu iapun mendekapnya dan menyusuinya. Inilah kondisi kasih sayang terbesar dari seorang ibu terhadap anaknya.

Namun Rasulullah ﷺ, pernah bersabda jika ternyata kasih sayang Allah terhadap hambanya itu jauh lebih besar dibandingkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.

Dari ‘Umar bin Al-Khattab ia berkata, “Tawanan perang didatangkan kepada Nabi ﷺ, tiba-tiba ada seorang wanita dari tawanan perang yang sedang mencari. Tatkala ia mendapatkan seorang anak di kalangan para tawanan maka iapun mengambil anak kecil tersebut lalu ia peluk dan menyusuinya. Maka Rasulullah ﷺ  kepada kami, “Apakah menurut kalian wanita ini akan melemparkan anaknya di api?”. Maka kami berkata, “Demi Allah, tentu tidak, sementara ia mampu untuk tidak melemparnya”. Maka Rasulullah ﷺ berkata, “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hambaNya daripada wanita ini terhadap anaknya” (H.R Al-Bukhari, no. 5999 )

Saudaraku, Jika ada seorang anak nakal, yang selalu menjadikan ibunya marah dengan kenakalanya lalu sang anak pergi dari rumah dengan waktu yang lama maka justru sang ibu akan sangat bersedih atas kepergian anaknya, ibunya akan menunggu-nunggu kepulangan buah hatinya dan melupakan semua kenakalan yang pernah ia lakukan. Sang ibu akan tetap menyayangi anaknya bagaimanapun kesalahannya. Apalagi sang anak, jika sesudah bersalah dia meminta maaf dengan bercucuran air mata. Maka pasti akan luluh hati sang ibunda untuk memafkannya.

Sungguh saudaraku, perumpamaan kasih sayang Allah itu jauh lebih tinggi dari pada kasih sayang ibu terhadap anaknya. Allah akan mencintai seorang hamba yang melakukan kesalahan lantas meminta maaf dan  memohon ampun pada Allah.

Ada seorang pemuda sahabat Dzun Nuun yang berkeliling dan menyeru, “Aduuuh…dimana hatiku?, siapakah yang menemukan hatiku?

Maka suatu hari ia melewati sebuah lorong lalu ia mendapati seorang anak kecil yang sedang menangis sementara ibunya memukulinya. Lalu ibunya mengeluarkan anak tersebut dari rumah dan mengunci pintu rumah. Jadilah sang anak melihat ke kanan dan ke kiri, ia tidak tahu harus kemana pergi, kemana ia harus menuju. Lalu iapun kembali ke pintu rumah, lalu ia menangis seraya berkata,

“Wahai ibu, siapakah yang akan membukakan pintu jika engkau telah menguncinya?”

“Siapa yang mendekatiku jika engkau telah mengusirku?”

“Siapakah yang mendekatiku jika engkau telah marah kepadaku?”

Maka ibunya pun menjadi iba kepadanya. Lalu sang ibu melihat dari celah-celah pintu, maka ia mendapati anaknya sedang mengalirkan derasnya air mata hingga membasahi pipinya sambil menghamparkannya ke tanah. Maka sang ibupun membukakan pintu lalu mengambil sang anak dan meletakannya di pangkuannya lalu menciumnya dan berkata,

“Wahai buah hatiku, wahai sayangku, engkaulah yang menjadikan ibu melakukan ini semua, engkau yang menyebabkan ini menimpamu. Kalau engkau taat kepadaku tentu engkau tidak mendapati dariku apa yang kau benci.”

Maka pemuda ini pun seperti mendapatkan sesuatu, lalu ia berdiri dan berteriak, “Sungguh aku telah menemukan hatiku, sungguh aku telah menemukan hatiku”

Allah Bergembira dengan Dosa yang Kita Taubati

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan bahwasanya firman Allah ﷻ, ”Dan Dialah Yang MahaPengampunlagiMahaPengasih” (Q.S al-Buruuj [2]: 14) adalah bantahan kepada orang-orang yang menganggap kalau seorang hamba yang bermaksiat kemudian bertaubat maka dia tidak akan dicintai oleh Allah ﷻ. Tetapi barangsiapa yang berdosa kemudian bertaubat kepada Allah l maka taubatnya akan diterima oleh Allah lalu Allah akan kembali mencintainya. Itulah rahasia digandengkannya antara al-ghafûr (Yang Maha Pengampun) dan al-wadûd (Yang Maha Mencintai)

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal pada hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (H.R. Muslim no. 2747).

Mengenai hadits ini, Dr Firanda berkata, “Orang ini sangat gembira karena dia menyangka bahwasanya dirinya akan meninggal tetapi ternyata selamat. Namun Allah lebih gembira dengan taubatnya seorang hamba daripada gembiranya orang ini. Oleh karena itu, jika seseorang berdosa maka hendaknya segera bertaubat kepada Allah. Bahkan ketika dia kembali melakukan dosa yang dahulu juga pernah dilakukannya. Hendaknya dia tidak suudzan kepada Allah, ketika dia mulai ragu dan suudzan kepada Allah maka dia telah dimasuki oleh setan. Setan ingin agar dia meninggal dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah.”

 

Penyusun:

Yonatan Yolius Anggara

Santri Pondok Pesantren Mahasiswa

Nur Baiturrahman Yogyakarta

 

Marâji’

Abdurrahman, asy Syaikh bin Nashir as-Sa’di, 2006, Taisir al-Karimir Rahman Fi Tafsiri Kalamil Mannan, (Beirut: Mu’asasah ar-Risalah). hal. 918.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali. Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Muassasah Ar-Risalah. Cet.k-10.hal 44-45

Firanda Andiraja.Luasnya Rahmat Allah Bahkan Kepada Pelaku Maksiat.2018. https://firanda.com/1830-luasnya-rahmat-allah-bahkan-kepada-pelaku-maksiat.html

 

Mutiara Hikmah

Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (H.R. Muslim no. 2590)

 

Download Buletin klik disini

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *