Waktumu Engkau Habiskan Untuk Apa?
Bismillah washalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du.
Pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, waktu merupakan bagian dari kehidupan dan nikmat terbesar yang Allah ﷻ berikan kepada manusia. Waktu inilah yang menjadi tempat manusia menjalankan segala aktivitas dan keperluan hidupnya. Namun Allah ﷻ memberikan manusia nikmat waktu ini bukan untuk mencari kenikmatan dunia semata, tetapi untuk menjadi bekal manusia dalam mempersiapkan dirinya ketika di akhirat nanti. Orang yang cerdas akan memanfaatkan waktunya sebaik mungkin dengan banyak beramal dan beribadah, dan orang yang merugi adalah mereka yang menyia-nyiakan waktunya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Allah ﷻ berfirman, “Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu. Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak–Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada–Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim [14]: 32-34)
Dalam ayat tersebut Allah ﷻ telah mengindikasikan nikmat-nikmatnya yang Dia berikan kepada manusia salah satunya adalah nikmat siang dan malam yaitu nikmat waktu.
Karena begitu agungnya nikmat waktu ini Allah ﷻ bahkan bersumpah pada firman-Nya dibeberapa ayat al-Qur’an dengan bersumpah pada waktu, Allah ﷻ tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung, hal inilah yang menjadi isyarat bahwa betapa pentingnya waktu itu untuk digunakan dan dimanfatkan dengan sebaik-baiknya.
Allah ﷻ berfirman, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (Q.S. al-‘Ashr [103]: 1-3). Begitupula Allah ﷻ bersumpah dengan waktu Dhuha (Q.S. adh-Dhuha [93]: 1-2), waktu malam (Q.S. al-Lail [92]: 1-2) dan beberapa ayat lainnya. Maka dari itulah sepatut seorang muslim tidak menyia-nyikan waktu mereka.
Zaman sekarang dengan penuh perkembangan di berbagai hal, manusia terkadang terlena oleh banyaknya fasilitas dan sarana yang membuat diri mereka membuang-buang waktu, seperti menghabiskan waktu dengan bermain gadget, bermain game, banyak tidur,menghabiskan waktu di sosial media, membaca berita-berita yang tidak ada kepentingan bagi dirinya, hangout, nongkrong, kongko dan sebagainya. Hal ini sangatlah tidak bermanfaat sama sekali, karena tidak memberikan imbas yang baik bagi dirinya, orang lain, agamanya dan tidak memberikan bekal apapun untuk dirinya di masa depan nanti atau bahkan akhirat.
Perhatikanlah perkataan emas yang dinukilkan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah.[1]
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.” (Al-Jawabul Kaafi hal. 156)
Apalagi dimasa muda dimana pemuda pemudi yang pada saat itu sedang masa-masanya semangat dan produktif untuk mengembangkan diri, namun banyak dari mereka yang tidak mempergunakan waktunya pada hal-hal yang bisa mengembangkan dirinya dan mempersiapkan bekal untuknya di akhirat.Seorang tabi’in wanita yaitu Hafshah binti Sirin pernah menuturkan, “Wahai para pemuda, kerahkanlah potensi kalian selagi kalian masih muda. Karena, saya tidak melihat adanya kemungkian beramal, kecuali di masa muda.” (Shifatush Shafwah, IV: 24, karya Ibnul Jauzi)
Oleh karenanya banyak manusia yang tertipu pada kenikmatan yang diberikan oleh Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (H.R. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, “Seseorang bisa saja ia sehat tapi ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan pekerjaannya. Atau ia memiliki waktu luang tapi tidak sehat. Jika keduanya berkumpul (sehat dan waktu luang), lalu ia bermalas-malasan untuk melakukan ketaatan, maka dialah orang yang tertipu. Dunia adalah ladang akhirat, di dalamnya ada perniagaan yang jelas keuntungannya di akhirat, siapa yang menggunakan waktu luang dan sehatnya untuk taat kepada Allah, maka ia adalah orang yang sukses. Tapi, siapa yang menggunakannya dalam maksiat kepada Allah, maka ia adalah orang yang tertipu. Karena setelah waktu luang akan datang kesibukan dan setelah sehat akan datang sakit.” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi’ al-Islam)
Oleh karena itulah seseorang hendaknya tidak boleh ia sekali-kali menunda-nunda kebaikan dan ketaatan, bermal shalih dan menuntut ilmu. Bila berada pada waktu pagi jangan menunggu waktu sore, jika berada pada waktu sore jangan menunggu waktu pagi, pergunakanlah umur dengan sebaik-baiknya karena seseorang tidak tahu tentang umurnya dan apa yang akan terjadi esok hari [2].
Rasulullah ﷺ bersabda,“Manfaatkan lima hal sebelum datangnya lima hal; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa cukupmu sebelum datang masa fakirmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.” (H.R. al-Hakim (IV/306), dari Ibnu ‘Abbas)
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata, “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya.” (Al-Fawaid hal. 44)
Ketika seorang membuang-buang waktu berarti dia telah menyia-nyiakan kesempatannya untuk beramal, karena dengan amal tersebutlah yang dapat menjadi bekal dirinya untuk kehidupan yang nyata yaitu akhirat yang kekal abadi. Sedangkan kematian hanya sebatas pemutus dirinya dari kehidupan dunia dan seisinya.
Imam Hasan al-Bashri pernah berkata, “Hai anak adam! Engkau hanyalah kumpulan hari-hari. Jika satu hari berlalu, maka berlalulah sebagian dari dirimu.” [3]
Bahkan Ibnu Mas’ud a beliau pernah mengatakan tidak ada yang lebih disesalinya selain hari telah berlalu tetapi amalannya tidak bertambah, dia berkata, “Aku belum pernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya matahari, dimana usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga bertambah.” [4]
Seseorang hendaknya sadar betapa pentingnya waktu itu, waktu akan berlalu begitu cepat dan tidak akan pernah kembali lagi. Orang yang lalai akan menyesali hidupnya, semua penyesalan itu akan dirasakan ketika manusia telah di bangkitkan lagi lalu dikumpulkan di padang mahsyar untuk menunggu pengadilan Allah ﷻ di akhirat kelak. Wallâhu ta’ala a’lam.[]
Penyusun:
Much Diki Mualimin
Mahasiswa Ahwal Syakhshiyah
Universitas Islam Indonesia
[1] https://muslim.or.id/42113-menyia-nyiakan-waktu-lebih-berbahaya-dari-kematian.html
[2] Yazid bin Abdul Qadir Jawas – Waktumu, Dihabiskan Untuk Apa? – Bogor – Pustaka At-Taqwa – 2015 – Cet. Ketiga – Hal. 92
[3] Syaikh Abdul Fattah – Manajemen Waktu Para Ulama –Sukoharjo – Pustaka Zam-Zam – 2019 – Cet. Keempat – Hal. 55
[4] Ibid; 54
Mutiara Hikmah
Sayyidul Istighfar
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (H.R. Bukhari no. 6306)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!