MEMAHAMI AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
MEMAHAMI AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
Oleh: Arviyan Wisnu Wijanarko
Al-Qur’an sebagai mu’jizat yang diturunkan oleh Allah ﷻ kepada manusia memiliki makna yang sangat luas sehingga manusia dituntut untuk lebih rajin dalam menggali setiap makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Bagi orang-orang yang mendalam ilmunya, mereka mencari makna-makna yang tersembunyi di dalam al-Qur’an dan berkata “…kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami” dan orang yang kurang dalam ilmunya dapat mengikuti dengan jelas ayat-ayat muhkamat yang terdapat di dalam al-Qur’an tanpa harus kebingungan mencari makna yang terkandung di dalamnya.
Dalam pembahasan kali ini akan berfokus untuk menjelaskan apa itu ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat di dalam al-Qur’an, bagaimana sikap kita dan apa hikmah yang terkandung di dalamnya.
Maksud dan tujuan tulisan ini tidak lain dan tidak bukan ingin memberikan sebuah faidah ilmu dan pemahaman tentang apa saja yang berhubungan dengan al-Qur’an agar lebih cinta dengan al-Quran dan dapat memahami ayat-ayat muhkamat wa mutasyabihat agar tidak terjerumus dalam ketidaktahuan dan mendapatkan hikmah serta barokah tentang ilmu-ilmu al-Quran.
Muhkamat
Apabila kita melihat dari segi bahasa, muhkam berasal dari kata ihkam yang artinya kukuh, sempurna dan pencegahan[1]. Kata al-muhkam dari hakamtu ad-dabbah wa ahkamtuha yang artinya adalah Saya memasang “hikmah” pada binatang itu, hikmah yang di maksud dalam hal ini adalah sebuah kendali yaitu agar binatang tersebut tidak menjadi lepas dan liar[2]. Dengan demikian yang dimaksud secara etimologi pengertian muhkam menjadi kendali yang telah ditetapkan dan dikukuhkan agar mencegah dari liarnya makna-makna.
Sedangkan dari sisi terminologi, muhkamat merupakan ayat yang secara maknanya jelas dan langsung bisa dipahami tanpa melalui ta’wil.
Pada umumnya ayat-ayat muhkamat terdiri dari ayat-ayat tentang tauhid yang mana menerangkan mengenai Esa-nya Allah ﷻ, ayat mengenai ibadah yang wajib dilakukan seperti zakat, shalat, puasa dan pergi haji.
Mutasyabihat
Mutasyabihat menurut etimologi berasal dari kata tasyabuh yang memiliki makna samar hingga hampir serupa. Adapun menurut terminologi adalah ayat yang memiliki banyak kemungkinan makna sehingga perlu kemampuan yang mendalam untuk menemukan makna yang tepat.
Ayat-ayat mutasyabihat tersebar di dalam al-Qur’an, contohnya seperti Surat Al-Fath 48:[10] “yadullah fauqa aydihim” yang artinya apabila diterjemahkan bebas “tangan Allah di atas tangan-tangan mereka”. Namun Allah ﷻ tidak serupa dengan makhluk yang memiliki tangan dan ulama sepakat bahwa tangan yang dimaksud di ayat tersebut di ta’wil-kan sebagai kekuasaan.
Dikategorikan sebagai ayat mutasyabihat adalah ayat tersebut memiliki maksud yang samar, kesamarannya tersebut dibagi menjadi tiga;[3] kesamaran dalam lafadz-nya yaitu kesamaran yang tidak dapat diketahui hakikatnya karena tidak lengkapnya penjelasan dalam ayat tersebut. Contohnya seperti “wainkhiftum allā tuqsithū fīl yatāmā fankiḥū mā thobalakum minan nisāi matsnā watsulātsa wa rubā’” yang artinya apabila kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, maka nikahilah Wanita yang kamu senangi dua, tiga atau empat”. Secara logika mengapa takut menikahi satu Wanita yatim malah disuruh untuk menikahi dua, tiga atau empat, oleh karena itu tidak lengkapnya lafadz tersebut dikategorikan sebagai ayat mutasyabihat, dan orang yang ilmunya mumpuni untuk menjawab ayat tersebut berpendapat bahwa yang dimaksudkan adalah “jika takut tidak mampu berlaku adil menikahi wanita yatim maka nikahilah wanita selain itu”.
Selanjutnya kesamaran dalam maknanya, dalam hal ini sebuah ayat memiliki makna yang lebih dari satu, seperti contohnya adalah surat Al-Fath 48:[10] yang dimaknai “yad” dalam arti bebas adalah tangan, namun para ulama sepakat bahwa yang dimaksud di sana “yad“ adalah kekuasaan Allah ﷻ
Kesamaran dalam lafadz dan maknanya. Contoh dari ayat ini terdapat dalam surat al-Baqarah 1:[189] “dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajukan itu adalah kebajikan orang-orang yang bertakwa”. Hal yang tersingkap dari ayat ini adalah budaya Arab pada zaman jahiliah tidak masuk ke dalam rumah kecuali dengan membuat lubang galian dibelakang rumah tersebut saat Ihram.
Perbedaan Ulama
Ulama berbeda pandangan mengenai ayat-ayat dalam al-Qur’an. Sebagian ulama berpendapat bahwa seluruh ayat yang ada di al-Qur’an adalah ayat muhkam berdasarkan Surat Hud 11:[1] “kitābun uhkimats āyātuhu” “suatu kitab yang ayatnya tersusun rapi”.
Pendapat kedua adalah seluruh ayat al-Qur’an adalah mutasyabihat berdasarkan surat Az-Zumar 39: [23] “Allahu nazzala aḥsanal ḥadītsi kitāban mutasyābiham matsniya taqsya’irru minhu julūdul ladzīna yakhsyauna rabbahum””Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu al-Qur’an yang serupa (kualitasnya) lagi berulang-ulang, gemetar kulit orang-orang yang takut kepada-Nya”.
Dan pendapat ketiga merupakan pendapat jumhur ulama yaitu berdasarkan ayat Ali Imran 3: [7] “huwal ladzi anzala ‘alaykal kitāba minhu muhkamātun hunna ummul kitabi ukharu mutasyābihāts…” “Dialah yang menurunkan Kitab al-Qur’an kepada kamu yang diantaranya ayat muhkamat itulah pokok isi al-Qur’an dan yang lain mutasyabihat”.[4]
Hikmah Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari mempelajari al-Qur’an yang berkenaan dengan pembahasan ayat muhkamat dan mutasyabihat, antara lain, yaitu:
- Ayat muhkamat menjadi keuntungan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan bahasa Arab agar mudah memahami dan menuntut kehati-hatian untuk memahami ayat secara liar bagi ayat mutasyabihat untuk orang yang minim dalam berbahasa Arab.
- Ayat muhkamat dapat dengan mudah dipahami tanpa kebingungan dan menuntut agar seseorang lebih giat dalam mendalami ilmu al-Qur’an bagi yang ingin memecahkan ayat mutasyabihat.
- Ayat muhkamat memberikan kemudahan untuk menghayati maksud ayat dan ayat mutasyabihat memberikan gambaran kelemahan manusia, dengan ilmunya yang terbatas harus mencari maksud ilahi yang tersirat dalam sebuah ayat.
Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang di dalamnya terkandung banyak sekali ilmu dan salah satunya adalah ilmu mengenai jenis-jenis ayat yaitu ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas maknanya dan pada umumnya berisi tentang keagungan Allah ﷻ serta ibadah, sedangkan mutasyabihat adalah ayat yang maknanya samar dan dibutuhkan ilmu dan ketakwaan lebih untuk menggali makna yang ada di dalamnya. Ulama berbeda pendapat mengenai ayat-ayat dalam al-Qur’an, ada yang berpendapat seluruhnya muhkamat, atau seluruhnya mutasyabihat, atau sebagian muhkamat sebagian mutasyabihat.
Setelah belajar mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat hendaknya kita bisa berhati-hati terlebih informasi mengenai “pencomotan ayat” secara bebas demi memenuhi hasrat individu yang mana belum tentu makna yang diinfokan sejalan dengan makna firman Allah ﷻ yang suci karena hanya secuil ilmu yang dimilikinya. “…kami beriman kepadanya (al-Qur’an), semua dari sisi Tuhan kami…” (Q.S. Ali Imran [3]: 7). Barakallahu fiikum.
Mutiara Hikmah
Allah berfirman :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ.
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S an-Nahl [16]: 89)
* Alumni Ahwal Syakhshiyyah FIAI UII, email: [email protected]
[1] Muhammad Rana. Muhkamat dan Mutasyabihat. https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/ filesdosen/modul/Pertemuan7070822.pdf. hal. 1
[2] Nova Yanti. Memahi Makna Muhkamat dan Mutasyabihat Dalam Al-Quran. Riau: Jurnal Pendidikan Al-Islah STAI Hubbulwathan Duri. Vol. 8, No. 2, 2016. Hal. 248.
[3] Iskandar, Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat Dalam Prespektif Sosiologis. Jurnal Penelitian Agama Al-Mahbats. Vol. 5, No. 2, 2020. 279
[4] Asnawi. Muhkam Mutasyabih dan Teori Belajar. Bojonegoro: Jurnal Keislaman dan Pendidikan Attanwir STAI Attanwir. Vol. 13, No. 2, September 2020. Hal. 52
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!