MENELADANI SIFAT SABAR DARI KISAH NABI AYUB
MENELADANI SIFAT SABAR DARI KISAH NABI AYUB
Oleh: Regita Safitri Wulandari*
Bismillâhi Walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,
Para pembaca yang di rahmati Allah ﷻ, sebagai manusia, kita harus senantiasa bersabar menghadapi ujian yang diberikan Allah ﷻ walau memang tidak semudah yang di ucapkan, namun kita harus selalu bersabar menjalani semua hal dalam hidup kita.
Petunjuk dalam al-Qur’an
Al-Qur’an memberi petunjuk kepada umat Islam yang beriman agar menetapi kesabarannya dengan shalat, karena shalat merupakan sarana komunikasi hamba dengan Tuhannya serta dapat membimbing manusia agar bisa mengendalikan emosi yang ada dalam diri dari hawa nafsu untuk melakukan tindak kejahatan yang bisa membahayakan manusia. Sebagai manusia yang beriman kepada Allah l, harus melakukan aktivitas shalat sehingga bisa mengarahkan serta membimbing manusia ke arah kesadaran dan kesabaran[1]. Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ dalam Q.S al-Baqarah Ayat 153 menjelaskan sebagai berikut: “Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. al Baqarah [2]: 153)
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang sempurna dalam shalatnya bisa dipastikan memiliki tingkat kesabaran yang tinggi pula. Baik dalam mengendalikan emosi maupun menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang keji dan munkar.
Adapun sabar dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut[2]:
- Sabar dalam Menghadapi Musibah
Sabar dalam menghadapi musibah bisa diartikan ketika seseorang diberikan musibah oleh Allah ﷻ baik itu berupa bencana alam, kematian, kehilangan harta benda, serta musibah lainnya, maka kita harus bisa mengendalikan atau mengontrol emosi kita dengan baik, serta harus menanamkan sikap ikhlas agar bisa mengendalikan emosi diri agar tidak berprasangka buruk kepada Allah l dengan tidak menyalahkan orang lain[3].
- Sabar dan Taat dalam Beribadah
Orang yang selalu sabar dalam beribadah dengan selalu taat kepada Allah ﷻ, senantiasa dapat menunjukkan sikap tabah dan ikhlas pada diri, keluarga, kerabat serta lingkungan sekitar. Allah ﷻ sangat mencintai hamba-Nya yang sabar dalam ketaatan beribadah kepada Allah ﷻ. Sebagai hamba Allah, kita harus mampu mengendalikan dan menjaga diri agar selalu dalam kesucian dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang bisa mengarah pada kemaksiatan dan mampu berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain[4].
- Sabar dalam Menghadapi Gangguan Manusia
Kita hidup di dunia hanya sementara, oleh karenanya kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang ada, walau dihadang oleh berbagai macam tantangan global, termasuk gangguan dari lingkungan dan gangguan dari manusia itu sendiri. Namun sebagai hamba Allah l yang memiliki aqidah dan keyakinan teguh terhadap syari’at Islam, maka kita harus mampu menahan emosi dengan tidak membalas kejahatan orang-orang yang mendhalimi, melainkan selalu bersikap sabar dan tenang dengan membalas kejahatan dengan kebaikan tanpa adanya dendam dalam hati[5].
- Sabar dalam Kefakiran
Sabar dalam menghadapi kefakiran, merupakan jenis kesabaran yang paling tinggi dan sungguh mulia, apabila orang tersebut mampu melaksanakan semua perintah Allah dan mampu menjauhkan diri dari segala larangan-Nya, baik itu perbuatan keji dan munkar semata-mata hanya mengharap ridha Allah l, maka akan mendapat limpahan cinta dan kasih sayang Allah ﷻ. Kesabaran dalam kesederhanaan di berbagai aspek terkait kenikmatan duniawi merupakan suatu keharusan, hal ini dilakukan agar kita sebagai manusia menjadi lebih khusyuk dan taat dalam beribadah kepada Allah l[6].
Kisah Nabi Ayub
Salah satu kisah Nabi yang bisa kita teladani dalam mengimplementasikan sifat sabar adalah kisah dari Nabi Ayub u. Nabi Ayub u diberikan ujian dalam hidupnya dalam waktu yang tidak sebentar, namun ia tetap sabar dan senantiasa berdoa dan beribadah kepada Allah ﷻ. Nabi Ayub u merupakan salah satu utusan Allah l. Ia menjadi salah satu teladan bagi kita selaku umat Islam dalam mengimplementasikan sikap sabar saat diberikan musibah oleh Allah [7].
Kisah Nabi Ayub u diceritakan dalam beberapa tafsir. Dalam al-Bidayah wa An-Nihaya, dan Tafsir Al-Baghawi, diceritakan bahwa Nabi Ayub u dahulu termasuk orang yang sangat kaya dengan harta berlimpah. Mulai dari sapi, unta, kambing, keledai, kuda ia miliki di peternakannya. Tak hanya itu, Nabi Ayub juga memiliki tanah yang luas, hingga tak ada orang yang mampu menyaingi[8]. Walaupun memiliki harta kekayaan yang berlimpah, tidak menjadikan Nabi Ayub u sombong. Justru ia menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan selalu bersyukur atas nikmat Allah l[9].
Namun keadaan berubah ketika ia terasingkan dari harta dan keluarganya serta di berikan ujian dengan diberikan penyakit kulit dan berbagai ujian lain yang membuat harta dan anaknya hilang[10]. Dengan keadaan seperti itu, Nabi Ayub u dijauhi dari semua orang. Namun ada sosok yang selalu setia menemani dan merawatnya, yaitu istrinya. Walaupun sedang diberi ujian oleh Allah ﷻ, Nabi Ayub u selalu berzikir kepada Allah ﷻ agar diberikan keselamatan dan kesehatan[11]. Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ dalam surat al-Anbiya ayat 83: “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang” (QS. al Anbiya [21]: 83)
Dengan kesabaran Nabi Ayub u dalam menjalani ujian dan cobaan dari Allah ﷻ selama 18 tahun, Nabi Ayub u mendapatkan mukjizat dari Allah ﷻ. Ia diberikan kesehatan setelah mandi dan minum dari air yang dianugerahi Allah ﷻ. Setelah mendapatkan mukjizat dari Allah l, kehidupan Nabi Ayub u dan istrinya pun kembali diberkahi oleh Allah ﷻ. Nabi Ayub u kembali dikaruniai anak dan harta yang berlimpah. Dan tak lupa, Nabi Ayub u kembali bersyukur kepada Allah ﷻ atas berkah dan nikmat yang diberikan-Nya[12].
Dari kisah Nabi Ayub u, kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa, saat kita sedang memiliki harta kekayaan yang melimpah, janganlah kita menjadi pribadi yang sombong. Dan saat harta yang kita miliki diambil Allah l dan kita diberi cobaan yang bertubi-tubi, janganlah kita menyalahkan keadaan. Kita harus selalu sabar atas ujian yang diberikan Allah ﷻ. Semoga dari kisah Nabi Ayub u ini kita bisa memetik sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam hidup, yakni untuk selalu sabar ketika sedang mendapatkan cobaan dari Allah l dan semoga kita selalu bisa menjadi pribadi yang selalu mengamalkan sifat sabar dalam menjalani kehidupan.
Mutiara Hikmah
Allah l berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S. Az-Zumar [39]: 10)
* Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional ’20 FPSB UII
[1] Miskahuddin. Konsep Sabar dalam Perspektif Al-Qur’an, dalam Jurnal Ilmiah Al Mu’Ashirah Vol. 17, No. 2, Juli 2020, hal. 196-207.
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Yasmin, P. “Nabi Ayub dan Kisah Kesabaran yang Patut Diteladani”, 17 Oktober 2019, https://news.detik.com/berita/d-4748922/nabi-ayub-dan-kisah-kesabarannya-yang-patut-diteladani?_ga=2.21032508.606027907.1646098844-1733049408.1639552537.
[8] Ibid
[9] Ina, K. “Kisah Nabi Ayyub AS: Diuji dengan Sakit dan Ditinggalkan Keluarga”, 18 April 2021, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5535530/kisah-nabi-ayyub-as-diuji-dengan-sakit-dan-ditinggalkan-keluarga
[10] Handayani, R. “Kesabaran Nabi Ayyub yang Diuji Hingga 18 Tahun”, 12 November 2021, https://www.republika.co.id/berita/r2g1zo430/kesabaran-nabi-ayyub-yang-diuji-hingga-18-tahun
[11] Yasmin, P. “Nabi Ayub dan Kisah Kesabaran yang Patut Diteladani”, 17 Oktober 2019,
[12] Ibid
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!