TARHIB RAMADHAN: PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN

TARHIB RAMADHAN: PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN

Oleh: Jaenal Sarifudin[1]

 

Bismillâhi walhamdulillâh wash-shalâtu was-salâmu ‘ala rasûlillâh,

Tinggal menghitung bilangan jam, bulan Ramadhan akan segera tiba. Bulan suci yang dinanti kaum muslim dengan penuh sukacita karena keberkahannya. Bulan yang disabdakan Nabi Muhammad ` sebagai sayyidusysyuhur (bulan termulia), yang mana pahala amal kebajikan dilipatgandakan dan pintu-pintu rahmat-Nya dibuka lebar. Bahkan Allah memberikan anugerah berupa lailatul qadar, yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Menyambut dengan hati gembira akan datangnya Ramadhan merupakan hal yang dicintai Allahk dan sudah selayaknya kita lakukan. Firman Allahk; ”Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira”. (Q.S. Yunus (10): 58).

Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan

Ada tiga hal yang penting untuk kita persiapkan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, yaitu:

  1. I’dad Jasadiyah (persiapan fisik).

Ibadah puasa tentu membutuhkan kondisi fisik yang sehat. Apalagi bulan Ramadhan sarat dengan kegiatan peribadatan. Mulai dari shalat tarawih, tadarus, mendengarkan kajian dan ceramah keagamaan sampai dengan i’tikaf. Dengan kondisi fisik yang sehat dan prima tentu akan memudahkan kita menunaikan ibadah secara maksimal. Maka, penting sekali untuk menjaga kesehatan, terlebih di situasi pandemi seperti saat ini. Menjalankan pola hidup sehat dengan istirahat yang cukup, olahraga teratur dan menjaga pola makan yang sehat adalah hal yang harus kita upayakan agar kondisi tubuh kita selalu bugar. Juga dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan.

  1. I’dad Ruhiyah (persiapan rohani).

Rohani kita juga harus disiapkan dalam menyambut bulan agung ini. Membersihkan hati dari penyakit hati dan permusuhan terhadap sesama adalah hal yang niscaya dilakukan. Kebiasaan kaum muslim untuk saling mengucapkan selamat atas datangnya bulan Ramadhan disertai dengan permohonan maaf merupakan hal yang baik. Di sebagian masyarakat, bahkan ada tradisi “padusan” menyambut datangnya bulan puasa. Sesungguhnya tradisi ini pada awalnya adalah simbol yang mengandung pesan agar kita membersihkan jiwa menyambut datangnya bulan Ramadhan. Namun dalam realitasnya, justru ada hal yang tidak selaras dengan nilai syariat, maka menjadi tidak sesuai dengan filosofi “padusan” itu sendiri.

  1. I’dad  ’Ilmiyah (persiapan ilmu).

Selain persiapan fisik dan rohani, persiapan ilmu juga sangat penting. Allahk menjanjikan derajat yang tinggi bagi hamba-Nya yang beriman dan berilmu sebagaimana firman-Nya; “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11).  Segala aktivitas ibadah seharusnya dibekali dengan ilmu. Dalam konteks ibadah puasa, pemahaman tentang ilmu fiqih puasa dan mendalami hakikatnya adalah hal yang sangat penting. Sehingga ibadah puasa kita diharapkan sesuai dengan tuntunan dan betul-betul mampu menghantarkan meraih predikat takwa.

Terkait persiapan ilmu, perlu disegarkan kembali beberapa hal terkait aspek hukum ibadah puasa yang harus dipahami dengan baik. Terutama menyangkut rukun puasa, hal-hal yang dapat membatalkan puasa, sunnah-sunnahnya dan hal-hal yang dapat mengurangi nilai pahala ibadah puasa kita. Harapannya tentu agar puasa yang ditunaikan selaras dengan tuntunan serta dapat meraih keutamaan ibadah yang maksimal. Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang dicela oleh Rasulullah`, sebagaimana sabdanya; ”Banyak orang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.(H.R. Ibnu Majah).[2]

Rukun Puasa

Secara fiqih, rukun puasa hanya ada dua, yaitu berniat puasa dan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Setiap muslim yang akan menunaikan puasa wajib, haruslah menanamkan niat untuk berpuasa esok hari pada malam harinya sebelum shubuh tiba. Tempat niat adalah di dalam hati. Rentang waktu niat puasa Ramadhan adalah pada malam hari sampai sebelum waktu subuh. Nabi ﷺ bersabda, ”Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar maka tiada puasa baginya.” (H.R. Tirmidzi).

Berniat puasa di malam hari (tabyit an-niyat) wajib dilakukan untuk puasa yang hukumnya wajib, termasuk puasa Ramadhan. Berbeda dengan puasa sunnah yang niat puasanya dapat saja dilakukan pada pagi harinya asal yang bersangkutan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Perbuatan yang Membatalkan Puasa

Sedangkan perbuatan yang dapat membatalkan ibadah puasa ada beberapa hal yaitu makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, merokok, haid dan nifas, keluar air mani dengan sengaja dan melakukan hubungan suami istri saat tengah berpuasa. Bahkan untuk hal yang terakhir ini, tidak hanya membatalkan puasa dan mengharuskan membayar hutang puasanya, namun juga wajib menunaikan kaffarah atau tebusan agar terhapus catatan kesalahannya. Tebusannya adalah dengan menunaikan satu dari tiga hal berikut secara berurut; membebaskan budak, berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin. Sanksi ini harus ditunaikan secara urut dan tidak boleh langsung memilih yang dianggap lebih ringan. Seseorang tidak boleh langsung memilih kaffarah urutan yang ketiga, kecuali jika memang ia tidak mampu menunaikan puasa dua bulan lamanya. Beratnya sanksi bagi orang yang melakukan hubungan badan di siang hari Ramadhan adalah karena kemuliaan ibadah puasa di bulan suci yang harus dijaga dan dihormati oleh kaum muslim.

Perkara yang Disunnahkan dalam Puasa

Selain itu, ada pula hal-hal yang disunnahkan dalam ibadah puasa seperti makan sahur, menyegerakan berbuka jika telah tiba waktunya, berbuka dengan buah kurma atau air putih, berdoa saat berbuka puasa dan mengisi ibadah puasa kita dengan banyak menunaikan amaliah dan ketaatan kepada Allah. Di antaranya dengan banyak bertadarus, dan membaca al-Quran. Bahkan membaca al-Qur’an ini termasuk amalan unggulan di bulan suci Ramadhan yang memiliki pahala luar biasa. Salah satu sebutan untuk bulan Ramadhan adalah syahrul quran (bulannya al-Quran). Sehingga sepantasnya kita banyak menghabiskan waktu di bulan mulia ini bersama al-Qur’an. Syukur kita mampu mengkhatamkan bacaan al-Qur’an kita di bulan mulia ini. Bulan yang Allah pilih sebagai waktu pertama kali diturunkannya kitab al-Qur’an. Kitab suci paling mulia yang diturunkan kepada semulia-mulia Nabi dan menjadi pedoman untuk semulia-mulia umat. Maka, Allah pun memilih bulan yang paling mulia saat menurunkannya.[3]

Mutiara Hikmah

Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan dari puasanya rasa lapar dan haus saja, dan berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail hanya mendapatkan dari qiyamullailnya terjaga (begadang) saja.” (H.R. Ahmad: 8693 dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban: 8/257 dan Syaikh Albani dalam Shahih Targhib: 1/262)

Maraji’:

[1] Mahasiswa FIAI UII

[2] Sayid Sabiq. Fiqhussunnah. Beirut. Dar al-Fikr. 2006

[3] Wahbah az-Zuhaili, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, Beirut, Dar al-Fikr, 2002.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *