MENGAPA HARUS BERGEMBIRA DENGAN RAMADHAN?
MENGAPA HARUS BERGEMBIRA DENGAN RAMADHAN?
Oleh: Dwi Andini Prihastuti[1]
Alumnus FTI UII
Bismillâhi Walhamdulillâhi wash-shalâtu was-salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Ramadhan tinggal menunggu hitungan jam, tak lama lagi in syâ Allah kita akan memasuki Ramadhan mubarak bulan yang diberkahi. Karena diberkahi itulah, sudah seharusnya sebagai muslim menyambut Ramadhan dengan hati yang senang, gembira dan penuh keimanan serta tekad yang kuat untuk semangat beribadah di dalamnya karena iman dan berharap pahala dari Allah semata.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya. Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda dan memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (H.R. Ahmad, shahih).
Syaikh ‘Abdur Rozzaq bin ‘Abdul Muhsin al Badr hafizhahullah mengatakan, “Sabda Nabi n (قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ) ‘Akan datang kepada kalian Bulan Ramadhan’ yakni maka persiapkanlah untuk menyambut tamu agung ini. Persiapkan diri kalian untuk memuliakannya dan memenuhi haknya, persiapkanlah diri kalian untuk itu. Karena sesungguhnya Romadhon sebagaimana datangnya cepat perginya pun cepat. Oleh karena itu persiapkanlah diri kalian untuk melaksanakan amal-amal yang mulia dan berbagai keta’atan serta berbagai ibadah yang kalian suka membawanya bila kalian bertemu dengan Robb kalian, Allah Tabaraka wa Ta’ala”[2]
Mengapa Harus Bergembira dengan Ramadhan?
Ada pertanyaan yang sering muncul di tengah-tengah kaum muslimin, mengapa kita harus bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan? Ada banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah, mengapa kita harus bergembira dengan bulan Ramadhan Mubarak, yaitu:
- Ramadhan waktu diturunkannya al-Qur’an.
Allah Ta’ala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185). Ibnu ‘Abbas berkata bahwa al-Qur’an itu turun sekali sekaligus di Lauhul Mahfuzh di Baitul ‘Izzah pada malam Lailatul Qadar. Yang mendukung perkataan Ibnu ‘Abbas dalah firman Allah Ta’ala di ayat lainnya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (Q.S. al-Qadar: 1). Dan dalam surat ad Dhukan disebutkan “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (Q.S. ad-Dukhan: 3).
- Adanya Lailatul Qadar[3]
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ar-Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur urusan. Malam itu (penuh) Salaam sampai terbit fajar”. (Q.S. al Qadr [97] : 1-5).
- Pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu.
Dari Abu Hurairah a, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079).
- Amal ibadah hamba akan dilipat gandakan.
Dari Abu Hurairah z, Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)[4]
- Puasa untuk Allah dan Allah langsung yang akan mengganjarnya.
Dari Abu Hurairah z berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (H.R. Bukhari, no.1761 dan Muslim, no.1946)
- Dua kebahgiaan bagi orang yang berpuasa.
Dari Abu Hurairah z, Rasulullah ﷺ bersabda, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
- Bau mulut yang super wangi di sisi Allah.
Dari Abu Hurairah z berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
- Tidak tertolak doanya orang yang berpuasa.
Dari Abu Hurairah z, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada tiga do’a yang tidak tertolak: (1) do’a pemimpin yang adil, (2) do’a orang yang berpuasa sampai ia berbuka, (3) do’a orang yang terzholimi.” (H.R. Tirmidzi no. 3595, Ibnu Majah no. 1752)
Juga ada hadits, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash c, ia berkata bahwa Rasulullah n bersabda, “Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika berbuka tidaklah tertolak.” (H.R. Ibnu Majah no. 1753.
- Puasa Ramadhan akan menghapus dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah z, Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
- Qiyam Ramadhan (tarawih) akan menghapus dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah n, Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
- Puasa Ramadhan akan menjauhkan hamba dari Neraka.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan kepada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun” (H.R. Bukhari)
- Besar keutamaan umrah di bulan Ramadhan.[5]
Dari Ibnu ‘Abbas c, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, pernah bertanya pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?” Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah n bersabda, “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256).
Dalam lafazh Muslim disebutkan, “Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim no. 1256) Dalam lafazh Bukhari yang lain disebutkan, “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863)
Mutiara Hikmah
Abu Hurairah a, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta bahkan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (H.R. al-Bukhari no.190)
[1] Alumnus FTI UII
[2] Wa Ja’a Syahru Ramadhan, Darul Fadhilah. hal. 7
[3] Abu Abdillah Syarul Fatwa & Abu Ubaidillah Yusuf, Panduan Lengkap Puasa Ramadhan Menurut al-Qur’an dan Sunnah, Gresik: Pustaka Al Furqan, 1431 H, hal. 109-110
[4] Abdullah bin Sholih al-Fauzan. Mukhtashar Ahaditsu Ash-Shiyami, Ahkamu wa Adabun. Arab Saudi: Dar Ibnu Aljauzi. Cetakan 2. hal. 12
[5] Muhammad Shalih al Munajid, Buku Pintar Ramadhan; Kumpulan Twit Seputar Ramadhan. Yogyakarta: Pustaka Muslim, hal.46
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!