PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS AL-QUR’ÂN

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS AL-QUR’ÂN

Shopia Nur Fauziah

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, amma ba’du.

Pendidikan adalah hal yang penting bagi suatu pembentukan karakter seseorang. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.[1] Hal ini erat kaitannya dengan pendidikan karakter yang merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu seseorang memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah l, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.[2]

Makna Akhlak/ Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata akhlak berarti budi pekerti; kelakuan: krisis; Pendidikan. Secara etimologi, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, adalah bentuk jamak dari “khuluq” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Ber-akar dari kata “khalaqa” yang berarti menciptakan. Se-akar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan “khalq” (penciptaan) (Yasin, 2019).[3] Akhlak yang mulia menjadi sebab untuk mendapatkan kecintaan Allah dan Rasulnya karena orang yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia adalah orang sempurna keimanannya. Akhlak adalah keaadaan yang menetap dan bermula dalam jiwa individu.

Dari pemaparan pengertian yang telah disebutkan maka pendidikan karakter yang dikaitkan dengan pendidikan Islam, yakni menjadikan manusia mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan oleh Allah l dan Rasulullah n yang pada akhirnya akan terwujud manusia yang utuh (insan kamil). Fungsi pendidikan Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi cita-cita hidup untuk melestarikan, menanamkan, dan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai kultural religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi.

Pembentukan Karakter Berbasis Al-Qur’ân.

Konteks Pendidikan Islam dikaitkan dengan spesifikasinya disini adalah pembentukan akhlak yang berbasis terhadap Al-Qur’ân  atau mengacu pada al-Qur’ân . Selain itu, karakter seseorang sangat berpengaruh terhadap kemajuan nusa dan bangsa karena pemuda adalah tonggaknya negara. Pemuda-pemudi yang baik adalah tabungan masa depan bangsa untuk membawa kea arah yang lebih baik dan lebih maju.

Dalil al-Qur’ân  surah Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [33]: 21).

Surah al-Mâidah ayat 83,

وَإِذَا سَمِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا۟ مِنَ ٱلْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكْتُبْنَا مَعَ ٱلشَّـٰهِدِينَ

“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad) kamu lihat mata mereka bercucuran air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’ân ) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata,: Ya Tuhan kami! Kami telah beriman, maka catatkanlah kami bersama orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al-Qur’ân  dan kenabian Muhammad.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 83)

Karakter berbasis al-Qur’ân  yang dapat dibangun dapat dengan mentadaburi al-Qur’ân karena implikasi tadabbur al-Qur’ân  akan membentuk akhlak seorang insan yang berkualitas melalui sifat-sifat mahmudah tersebut. Sebagaimana Imam al-Ghazali (Arbain Fi Usuluddin) telah menggariskan sepuluh sifat mahmudah terpuji iaitu taubat, khauf (khauf), zuhud, sabar, syukur, ikhlas, tawakkal, mahabbah (kasih sayang), ridha dan dzikrul maut (mengingati mati). Seterusnya sifat-sifat mahmudah ini lah yang akan mendorong seseorang insan melaksanakan amalan-amalan soleh sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala laranganNya. Akhlak yang diterapkan berpedoman kepada akhlak Rasulullah n, yaitu suri teladan bagi seluruh umat Muslim di dunia seperti yang telah disebutkan pada ayat al-Qur’ân  diatas.[4]

Berkaitan dengan pembentukan akhlak berpengaruh terhadap keadaan bangsa dan negara. Syaikh Musthafa Al-Ghilayini menulis dalam Idzatun Nasyi’in :

إِنَّمَا اْلأُمَمُ اْلأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ. فَإِنْ هُمْ ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوا

“Maju dan mundurnya suatu bangsa, Tegak dan runtuhnya suatu negara, tergantung kepada akhlaknya, apabila akhlak suatu bangsa baik, maka baik-lah bangsa dan negara itu, tapi apabila akhlak suatu bangsa jelek dan bobrok, maka hancur-lah bangsa dan negara itu. (Musthafa Al-Ghilayini, Idzatun Nasyi’in)

Kemuliaan Peradaban haruslah dibangun dengan adab dan akhlak yang mulia, tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur. Kalau mental dan akhlak suatu bangsa bejat dan hancur, percayalah, bangsa dan negara itu berada di ambang kehancuran. Maka dari itu Pendidikan karakter anak bangsa adalah hal yang urgent.

Akhlak menurut Islam terbagi kepada dua yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji) dan akhlak mazmumah (akhlak yang keji). Seseorang dapat memahami dan menghayati ayat-ayat al-Qur’ân  yang dibacanya sehingga timbullah hubungan dan persentuhan di antara hatinya dengan kalâmullâh yang dibaca. Maka akan terhasil perubahan di dalam dirinya yaitu akan melahirkan sifat-sifat mahmudah. Sifat-sifat ini akan memberi cahaya kepada kehidupan dan keperibadian seseorang.  Al-Qur’ân  telah dan akan terus membimbing manusia untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan.

Penanama akhlaklah yang baik atau akhlak mahmudah dapat dimulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga. Orang tua khususnya ibu sebagai madrasa pertama untuk anak-anaknya hendaknya mengenalkan sifat-sifat terpuji seperti tolong menolong, belajar ikhlas, bertanggung jawab, saling memberi, menghormati satu sama lain. Diajarkan mengenai surah-surah pendek Al-Qur’ân  dan intisarinya hikmah yang dapat diambil. Kisah-kisah Nabi dapat menjadi penunjang agar sifat-sifat umat terdahulu dapat menjadi pembelajaran.

Selain itu tempatkan pada lingkungan sekolah atau pendidikan yang baik. Ada baiknya ditempatkan pada pendidikan yang menjunjung tinggi nilai keislaman. Sekolah dan guru sebagai pembimbingnya juga lingkungan teman-temannya agar dapat membangun karakter seseorang. Karena lingkungan adalah hal yang penting, situasi, keadaan, juga kondisi. Semoga bangsa Indonesia mempunyai anak-anak bangsa yang berakhlak mulia dan terpuji dengan berbasis al-Qur’ân  yang dapat membawa bangsa ini ke arah “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Wa Allâhu a’alam.[]

 

Marâji’:

[1] Hakim, R. (2014). Pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan berbasis Al-Quran. Jurnal Pendidikan Karakter, 5(2).

[2] Fitri, A. (2018). Pendidikan karakter prespektif al-Quran hadits. TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(2), 258-287.

[3] Yasin, H. (2019). Ayat-Ayat Akhlak Dalam Al-Qur’ân . Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 1-15.

[4] Zakaria, R. B., Fuad, Z., & Rasdi, M. N. A. (2014, December). Implikasi tadabbur Al-Qur’ân  dalam pembentukan insan yang berkualiti di sudut akhlak. In International Conference on Postgraduate Research.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *