MENGENALKAN DAN MENGAJARKAN ANAK UNTUK BERKURBAN

MENGENALKAN DAN MENGAJARKAN ANAK UNTUK BERKURBAN

Khusnul Khotimah, S.Pd*

 

Para pembaca yang dirahmati Allah ﷻ, tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah, di dalamnya ada ibadah yang agung yaitu berkurban. Dalam bahasa arab kurban disebut dengan udhiyyah ( (أُضْحِيَّةٌyaitu menyembelih hewan-hewan ternak sebagai pendekatan diri kepada Allah pada hari-hari tertentu dengan syarat-syarat khusus. Ada yang mengatakan, dinamakan udhiyyah karena kurban itu afdhalnya disembelih pada waktu dhuha, yaitu ketika matahari telah naik. [1]

Mengenalkan dan mengajarkann ibadah berkurban kepada anak-anak membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan orang dewasa. Berikut beberapa uraian singkat untuk mengenalkan ibadah berkurban kepada anak-anak.

Mengenalkan Anak tentang Kurban

Manusia terlahir di muka bumi dengan keadaan fitrah (suci), seperti yang disebutkan dalam hadits dari Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (H.R. Bukhari dan Muslim) [2]

Menurut Hamka dalam buku Samsul Nizar setiap anak memiliki fitrah (potensi) yang dinamis. Fitrah tersebut merupakan kekuatan bagi anak untuk berkembang. Pada dasarnya, fitrah senantiasa menuntun manusia untuk berbuat kebajikan dan tunduk terhadap aturan Penciptanya. Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan kejiwaan keagamaan anak nantinya.[3]

Pada masa kanak-kanak atau pada masa golden age,  anak mengalami perkembangan kecerdasan yang sangat pesat, dimana pada masa ini sangat cocok untuk kita sebagai orang tua maupun pendidik dalam memberikan stimulasi ataupun menanamkan nilai-nilai yang baik dan benar kepada anak, seperti mengenai ibadah berkurban.

Sebelum menjelaskan tentang makna berkurban, sebaiknya kita sebagai orang tua bisa mulai menjelaskan melalui cerita dari kisah Nabi Ibrahim saat diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail. Pada akhirnya kurban yang dipersembahkan diganti domba.  Apabila kita menceritakan secara lisan, mungkin anak akan susah mengerti dan merasa bosan, alangkah baiknya sebagai orang tua menceritakan kisah Nabi Ibrahim u tersebut dengan menggunakan media – media yang dapat membantu anak dalam mempelajarinya, seperti: media visual berupa gambar ataupun video, agar anak lebih mudah dalam mempelajarinya.

Pastinya akan muncul pertanyaan-pertanyaan anak mengenai kisah Nabi Ibrahim u dan Nabi Ismail. Disini kesempatan bagi kita (orang tua) untuk menjelaskan ke anak secara perlahan mengenai hari raya kurban dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Setelah anak mulai mengerti apa itu kurban dari kisah Nabi Ibrahim, kita bisa mengajak anak secara langsung untuk menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha, dimana ada berbagai hewan kurban (unta, sapi / kerbau, dan kambing / domba). Nantinya anak juga dapat belajar bagaimana pembagian daging kurban, pendistribusian kepada  shahibul kurban, kaum muslimin dan non muslim sebagai hadiah.

Mengajarkan Anak Menabung untuk ber-Kurban

Pada masa kanak-kanak, kehidupan mereka banyak dilakukan dengan meniru. Anak-anak cenderung meneladani perilaku orang tuanya. Psikologis anak memang senang meniru, tidak saja dengan hal yang baik, hal yang jelek pun di tirunya. Tiruan yang baik akan membentuk ke arah yang baik, sementara tiruan yang jelek akan membentuk kepribadian yang jelek pula.[4] Anak memang senang kembali melakukan apa yang dilihatnya. Karena sifat anak pada dasarnya memang suka mencontoh apa yang dilihat. Berikan contoh dan teladan yang baik secara langsung atau nyata pada anak, karena perkembangan keagamaan pada anak bersifat imitatif dan dipengaruhi oleh lingkungan yang ada disekitarnya.

Orang tua dapat memberikan contoh, yaitu dengan menabung uang secara berkala yang ditujukan untuk berkurban di hari raya kurban berikutnya. Anak akan lebih mudah untuk diajak menabung karena sudah memiliki contoh nyata dari orang tuanya. Akan lebih mudah lagi ketika anak sudah paham pentingnya berkurban sebagai se-orang muslim. Jangan paksa anak, melainkan terus motivasi dan beri dukungan kepada anak.

Untuk menambah semangat anak dalam menabung, berikan fasilitas berupa celengan khusus untuk berkurban, agar anak lebih bersemangat menabung. Orang tua dapat membantu dengan memberikan hadiah berupa uang jika anak berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan. beritahu ke anak jika tabungan sudah terkumpu, anak dapat ikut membeli hewan kurban dan bisa ikut memilih hewan kurban mana yang akan dibeli. Beritahu juga ke anak, jika dengan berkurban anak juga sudah berbagi kebahagiaan terhadap orang lain.

Kesimpulan

Lebih singkatnya, berikut tips bagi orang tua untuk mengajarkan anak menabung untuk berkurban:

  1. Pahami lalu kenalkan arti berkurban ke anak melalui kisah Nabi Ibrahim u dan anaknya Ismail.
  2. Jangan paksa anak, berikan motivasi dari nilai-nilai keteladanan dibalik kisah Nabi Ibrahim.
  3. Belikan celengan khusus untuk berkurban dan biarkan anak memasukkan sendiri uang ke celengannya.
  4. Motivasi anak dan terus berikan dukungan secara terus menerus, bisa dengan memberikan hadiah uang untuk menambah tabungan berkurban anak. Wa Allâhu a’lam bish shawwab.[]

* Penggiat dunia anak

[1] Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman. Fikih Praktis Ibadah Kurban Berdasarkan Kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Bekasi: Pustaka Syahrul Fatwa. 1442. h. 11.

[2] Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam Yogyakarta: LPPI, 2011. h.11.

[3] Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008. h. 126.

[4] Salmaini Yeli. Psikologi Agama. Riau: Zanafa Publishing, 2012. h. 46.

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *