Dakwah di Media Sosial: Haruskah Meningkatkan Personal Branding?

Dakwah di Media Sosial: Haruskah Meningkatkan Personal Branding?

Nandita Faiza

* Mahasiswi Ilmu Komunikasi Internasional Program & Santri Pondok Pesantren UII

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Teknologi semakin berkembang, dalam mencari pengetahuan dan informasi saat ini masyaakat juga sudah mulai beralih ke media digital. Hal ini mengantarkan para pendakwah yang dulunya hanya dilakukan secara face to face akhirnya juga ikut menggunakan media digital sebagai sarana dakwah. Tak jarang juga seseorang memanfaatkan kemudahan penyampaian informasi lewat media digital untuk dijadikan sarana dakwah. Ia hanya memanfaatkan kemudahan era digitalisasi ini untuk menjadi bermanfaat dengan menyebarkan nilai-nilai agama.

Haruskah Meningkatkan Personal Branding?

Di era ini, siapapun dapat menyampaikan dakwahnya lewat media digital, lewat sosial media contohnya, tetapi untuk menjadikan pesan atau isi konten dakwah yang seseorang buat akhirnya dipercaya dan memiliki banyak viewers, sebenarnya tidak semudah itu. Disamping itu juga yang paling penting adalah ilmu agama yang memadai dalam menyampaikan pesan konten dakwah.

Dulu, sebelum adanya dunia maya, seseorang dapat mempercayai pesan yang diberikan orang lain ketika kita mengetahui siapa orang tersebut, atau branding dari orang tersebut. Sebagaimana Rasulullah n yang mempunyai branding al-Amin lebih dipercaya banyak orang dari pada orang Quraisy biasa. Masyarakat pada umumnya dapat mengetahui secara langsung watak dan sifat orang tersebut, atau bisa juga dari apa yang dibicarakan oleh orang yang mereka kenal dan percayai.

Maka saat ini yang terjadi ialah para pengguna sosial media memperkenalkan branding mereka lewat sosial media mereka masing-masing. Padahal sebenarnya, branding itu diciptakan oleh pihak lain terhadap diri kita atas apa yang mereka ketahui dari diri kita. Dalam segi agama pun, umat Islam juga dilarang melabeli diri sendiri sebagai seorang yang suci, ‎ baik, ataupun sebagainya. Allah ﷻ berfirman,

فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

“Maka janganlah ‎kamu sekalian menyucikan diri sendiri. Dialah yang paling mengetahui orang yang ‎bertakwa” (Q.S. an-Najm [53]: 32).‎

Menyucikan diri disini berarti seseorang menganggap bahwa dirinya sendiri suci dan lain sebagainya, yang kemudian dapat mengantarkan seseorang pada sifat takabbur, merasa dirinya sudah baik dan lebih baik dari orang lain.

Lalu bagaimana jika kita sebagai konten kreator pemula yang belum banyak dikenal orang, ingin menyampaikan pesan berupa ilmu ataupun dakwah kepada khalayak umum, tanpa memperkenalkan branding? Perlu diketahui, Rasulullah n mempunyai berbagai branding yang sangat kuat dan dikenal, salah satunya ialah julukan al-Amin-nya, tetapi beliau tidak pernah mengatakan dirinya sendiri al-Amin, masyarakatlah yang memberi beliau branding tersebut. Jadi yang disebut branding ialah orang lain mengatakan bahwa diri Anda oke dan lain sebagainya.

Lahirnya branding itu disebabkan oleh hal-hal yang membuat orang lain mengenali kita sebagai A,B, atau C. Begitu juga ketika Rasulullah diberi branding al-Amin tentu saja karena beliau sejatinya dipercaya dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad, dan juga memang kejujurannya telah dikenal banyak orang sebelum peristiwa itu terjadi. Maka sebagai konten kreator, dalam penyampaian pesannya ataupun dakwahnya, personal branding memang perlu, tapi jangan jadikan hal itu sebagai tujuan supaya kita mendapat branding yang bagus, terlebih jika Anda sebagai pendakwah yang sebenarnya tujuan dakwah saja lillah.

Bedakwah itu Niatnya Harus Benar

Urusan dakwah kita diterima oleh masyarakat atau tidak, itu diluar kendali kita, yang terpenting ialah niat.  Sebagaimana hadits berikut, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907).

Jika memang niatnya berdakwah, Rasulullah pun saat pertamakali mendapat tugas untuk berdakwah, beliau memulai dakwahnya secara step by step dengan pengikut yang masih dalam lingkup kecil dan sedikit pula. Maka sebagai pemula, wajar saja jika viewers yang didapatkan masih sedikit, begitu juga dengan kepercayaan orang lain terhadap diri pendakwah itu sendiri. Maka disini coba pikirkan baik-baik, apakah niat kita berdakwah di media sosial benar-benar lillah atau jangan-jangan untuk mencari popularitas? Maka jika hanya untuk mencari popularitas, dan supaya dikenal sebagai orang baik, maka yang ditakutkan ialah hal itu dinilai sebagai riya.

Adanya sosial media memang dapat dijadikan sebagai media ibadah, salah satunya ialah dakwah. ‎Tetapi tetap saja, yang namanya ibadah itu memang harus kita niatkan benar-benar untuk Allah dan ‎juga untuk kehidupan akhirat kita kelak. Memang benar di mana pun kita berada pasti ada yang ‎namanya cobaan, mungkin niat awal kita menggunakan sosial media untuk berdakwah memang ‎untuk ibadah pada Allah, tetapi bisa saja kita terlena dengan media tersebut, mungkin karena kita ‎mendapatkan banyak likes sehingga kita terbutakan dengan itu dan menjadi berbelok niat,naudzubillah.

Maka beruntunglah mereka yang menghendaki kehidupan akhirat dan fokus beribadah hanya pada Allah ﷻ. Tidak akan merugi orang-orang yang mengejar akhiratnya, karena dalam hal ini Alllah ﷻ berfirman,

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu ‎baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya ‎sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Q.S. asy-‎Syura [62]: 20)‎. Wa Allâhu a’lam.[]

Download Buletin klik disini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *