MENYAMBUT MUHARAM DENGAN “PIAGAM”
MENYAMBUT MUHARAM DENGAN “PIAGAM”
Agus Fadilla Sandi, S.H.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Prolog
Bulan Muharam adalah momentum istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ،
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharam …”. (H.R. Muslim, no. 1163). Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Muharam memiliki keutamaan yang luar biasa dan dianjurkan berpuasa di dalamnya.
Bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam tahun Hijiriah merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk merefleksikan diri, memperbaiki diri, dan memperkuat komitmen menjadi pribadi lebih baik lagi. Salah satu cara yang bermakna untuk menyambut bulan Muharam ini adalah dengan membuat piagam. Lantas, apa makna piagam dan bagaimana piagam tersebut dapat membantu kita meningkatkan diri di dalam bulan suci ini?
Makna Piagam
Secara bahasa, piagam bermakna surat (tulisan pada batu, tembaga, dan sebagainya) resmi yang berisi pernyataan pemberian hak, tanah, dan sebagainya atau berisi pernyataan dan peneguhan mengenai suatu hal (tentang ikrar dan sebagainya).[1] Secara umum, piagam juga dapat diartikan sebagai dokumen resmi yang berisi pernyataan, keputusan, atau komitmen tertentu.
Sekaitan dengan bahasan Muharam, piagam yang dimaksudkan adalah sebuah tulisan yang berisikan pernyataan maupun komitmen terhadap hal-hal baik yang diniatkan untuk dilaksanakan mulai bulan Muharam ini. Piagam akan menjadi dorongan dalam berniat dan beramal baik, mengingat niat baik dan amal baik akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Nahl [16]: 97).
Dampak Positif Piagam Muharam
Piagam Muharam memiliki dampak positif yang signifikan. Beberapa dampak positif yang dapat diperoleh dari adanya piagam tersebut, antara lain: Pertama, Menentukan Tujuan. Piagam akan menjadi dorongan untuk menetapkan tujuan pribadi yang ingin dicapai pada bulan Muharam.
Misalnya, tujuan untuk meningkatkan kualitas shalat, membaca Al-Qur’an, berinfak, berbakti kepada orang tua, dan berpuasa sunnah (puasa Asyura).[2] Menuliskan tujuan di dalam piagam akan menjadi pengingat dan fokus pada pencapaiannya. Dalam syair disebutkan, “Jika benar tekadnya, maka akan jelas jalannya”.
Kedua, Meningkatkan Kesadaran Diri. Dalam menyusun piagam, seseorang akan dihadapkan pada kebutuhan untuk lebih memahami diri sendiri. Seseorang perlu mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, tantangan, maupun peluang dalam hidupnya. Analisis terhadap empat hal tersebut sering dikenal dengan analisis SWOT; merupakan teknik analisis yang diterapkan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats).[3]
Metode analisis SWOT bagi diri sendiri atau personal SWOT analysis akan membuka jalan untuk pertumbuhan dan perubahan yang lebih baik. Dengan demikian, piagam menjadi instrumen introspeksi yang kuat dalam upaya menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketiga, Mendapatkan Dukungan dan Akuntabilitas. Piagam yang telah ditulis ada baiknya dibagikan kepada orang-orang terdekat atau keluarga yang dipercaya sebagai bentuk upaya mendapatkan dukungan dan akuntabilitas. Membagikan piagam kepada orang-orang yang dicintai akan membantu seseorang mendapatkan pengingat dan dukungan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu, mereka juga dapat berperan sebagai “penasehat” yang positif, membantu agar diri tetap konsisten dan fokus pada komitmen. Imam As-Sa’di ketika menafsirkan surat Al-‘Ashar menjelaskan bahwa dua perkara di awal (iman dan amal saleh) akan menyempurnakan diri pribadi, sedang dua perkara berikutnya (saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran) akan menyempurnakan sesama (keberuntungan kolektif).[4]
Keempat, Refleksi dan Evaluasi. Setelah Muharam berakhir, penting untuk merefleksikan perjalanan selama di bulan suci ini. Piagam dapat menjadi referensi berharga untuk mengevaluasi pencapaian dan melihat sejauh mana komitmen yang telah dibuat dapat dilaksanakan. Piagam akan membantu dalam menilai keberhasilan dan tantangan yang dihadapi selama perjalanan di bulan Muharam, serta mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu diambil untuk terus meningkat di bulan-bulan berikutnya.
Allah ﷻ berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18).
Ayat ini mengingatkan umat Islam agar senantiasa bertakwa kepada Allah dan memperhatikan apa yang telah mereka lakukan untuk hari esok (akhirat). Hal ini menunjukkan pentingnya refleksi diri dan penilaian atas amal perbuatan dalam rangka memperbaiki diri di masa mendatang.
Epilog
Menyambut Muharam dengan piagam adalah cara inspiratif untuk menjadikan bulan suci ini sebagai momen transformasi diri. Dengan menetapkan tujuan, meningkatkan kesadaran diri, dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, tentu akan memudahkan langkah menuju versi yang lebih baik dari diri sendiri. Mari manfaatkan kesempatan menyambut bulan Muharam ini dengan “piagam” agar langkah lebih terarah demi kehidupan yang lebih berkah.[]
[1] Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring
[2] H.R. Muslim, no. 1162
[3] Evilla Nouval, Analisis SWOT Diri Sendiri dan Cara Menggunakannya yang Tepat! https://www.gramedia.com/literasi/analisis-swot-diri-sendiri/. Diakses pada 13 Juli 2023
[4] Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sa’di, Taisir Kalam Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, 2001, h. 934
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!