MERAIH KESUKSEKAN DALAM BERHAJI
MERAIH KESUKSEKAN DALAM BERHAJI
*Isna Yunita
Mahasiwa S2 UIN Sunan Kalijaga
Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,
Sebagai seorang muslim tentulah haji bukan hal yang terdengar asing di telinga kita semua, haji terbilang sebagai ibadah yang memerlukan persiapan yang banyak, mulai dari tenaga, materi, serta prosedur yang panjang. Bahkan haji memiliki resiko yang cukup besar, namun meskipun demikian, kaum muslim tetap berbondong-bondong untuk dapat menunaikan ibadah haji di Mekkah. Tentu saja haji memiliki banyak faidah dan makna yang berbanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh masyakat muslim, salah satunya pengorbanan bagi mereka yang tidak mampu secara materi namun telah megorbankan harta yang cukup besar yang telah dikumpulkan sejak lama.
Simbol ke-Islaman seseorang ialah ketika seorang muslim telah melaksanakan kelima rukun Islam secara sempurna, sebagaimana melaksanakan haji merupakan salah satu rukun Islam, yang disyariatkan bagi seorang muslim yang mampu, baik kemampuan secara fisik maupun materi.
Pengertian dan Perintah Ibadah Haji
Pada istilah fikih haji dikenal dengan perjalanan seorang Muslim ke Ka’bah untuk menjalankan ritual ibadah haji berdasarkan ketentuan di dalam fikih. Secara lughawi makna haji diartikan dengan berziarah atau berwisata suci. Sehingga dapat disimpulkan bahwa haji merupakan suatu perjalanan ibadah ke Makkah pada periode tertentu atau pada bulan-bulan haji. Niat haji seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji haruslah diniatkan pada bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Sebagaimana menurut pendapat Imam Syafi’i niat yang tidak dilakukan pada bulan-bulan tersebut menjadi niat umrah bukanlah haji. Kewajiban haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup, sehingga haji yang dilakukan kedua kali atau ketiga kali dan seterusnya dihukumi sebagai kesunnahan.
Perintah pelaksanaan haji telah tertulis di dalam Al-Qur’an:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Q.S. Ali Imran [3]: 197).
Kenapa Berhaji?
Ada beberapa jawaban mengenai pertanyaan ini:
- Haji merupakan kewajiban ibadah kepada Allah ﷻ dalam bentuk ibadah yang penuh dengan ketawadhuan dan ketundukan dalam menjalankan perintah-Nya.
- Bertamu ke rumah Allah ﷻ Makkah al-Mukarramah memenuhi seruan Nabi Ibrahim berarti memenuhi undangan Allah ﷻ. Setelah Nabi Ibrāhim dan putranya Nabi Ismail selesai membangun Ka’bah, maka Allāh memerintahkan Nabi Ibrāhim untuk menyeru kepada manusia agar mereka datang melaksanakan ibadah haji.
Allah ﷻ berfirman,
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta, yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Q.S. Al Hajj: [22]: 27)
- Agar para tamu Allah menyaksikan banyak manfaat dan mengingat Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allāh (mengingat Allāh) pada hari yang telah ditentukan atas rejeki yang telah Allāh berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (Q.S. Al Hajj [22]: 28)
- Orang yang melaksanakan haji merupakan orang-orang yang diberi kesempatan dan dipanggil oleh Allah ﷻ untuk datang ke rumah-Nya, sehingga mereka dikenal dengan tamu-tamu Allah ﷻ. Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,
الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُوهُ غَفَرَ لَهُمْ
“Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah, kalau mereka menyeru-Nya Dia menyambut mereka, kalau mereka minta ampun kepada-Nya Dia mengampuni mereka.” (H.R Ibnu Majah No. 2892, Thabarani dalam Mu’jam al-Kabir, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3949)
Kesuksesan dalam Berhaji
Untuk meraih kesuksesan dalam berhaji hal yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan adalah bekal iman yang mantap dan badan yang sehat agar kita mampu untuk melakukan serangkaian prosesi haji. Selain itu persiapan pengetahuan yang mencukupi agar pelaksanaan haji sesuai dengan Syariah Islam. Karena apabila bekal pengetahuan dan persiapan yang cukup maka haji yang mabrur dapat diraih.
Perhatikan sabda Rasulullah, “Siapa yang mengerjakan ibadah haji, tidak melakukan hal-hal yang rafats (yang bersifat seks)dan tidak melakukan pula fusuq (melanggar aturan haji) ia kembali suci dari dosa bagai ia lahir dari ibunya.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan Nasa’i)
Adapun hal yang perlu dipersiapkan saat haji terbagi ke dalam dua macam, pertama adalah persiapan ruhiyah (bathiniyah) dan kedua persiapan fisik (zhahiriyah), beberapa hal yang perlu dipersiapkan secara ruhiyah ialah sebagai berikut:
1. Menyiapkan kondisi iman yang baik
Terkadang iman seseorang naik turun sebagaimana perkataan salah satu sahabat Nabi Abu Darda’ “iman itu bertambah dan berkurang” oleh karena itu sebagai calon jamaah haji hendaklah menguatkan azam untuk berhaji dan meningkatkan iman dengan menambah amalan-amalan ibadah seperti berdzikir, memperbanyak membaca al-Qur’an, shalat sunnah dll. Dengan hal ini maka saat melaksanakan haji nantinya tinggal meneruskan dan meningkatkan kualitas ibadah.
2. Membersihkan hati
Membersihkan hati dari perilaku sebelum melaksanakan haji sangatlah penting, karena keberangkatan seseorang untuk haji berpotensi untuk memiliki perasaan berbangga diri karena akan melaksanakan haji, oleh karena diperlukan untuk mensucikan hati agar terhindar dari perasaan riya’, ujub dan sombong.
3. Menyiapkan pengetahuan seputar fikih haji
Seseorang yang akan melaksanakan haji hendaklah membekali dirinya dengan pengetahuan seputar pelaksanaan haji agar ibadah kita sesuai dengan ketentuan syariat, jangan sampai pengetahuan yang minim menghambat pelaksanaan ibadah haji kita, untuk menambah pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti manasik haji, membaca buku dan mendengarkan ceramah.
4. Menjelang keberangkatan ada baiknya minta maaf kepada para tetangga sanak saudara, mohon pamit, dan mohon doa restu agar diberi haji yang mabrur. Akan tetapi yang perlu diwaspadai dalam hal ini, jangan sampai kita terjebak pada kemubadziran, membuat acara “pamitan” yang besar-besar sehingga terkesan “wah” dan akhirnya mengarah kepada kesombongan.
Adapun persiapan fisik yang perlu diperhatikan adalah mempersiapkan dana, kesehatan badan, dan mempersipakan kebutuhan saat di kota Makkah.
wallâhu a’lam bish shawwâb.[]
Mutiara Hikmah
Rasūlullāh ﷺ bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُحَجَّ البَيْتُ
“Tidak akan tegak hari kiamat kecuali sudah tidak ada orang lagi yang berhaji (tidak ada lagi yang datang menuju Ka’bah Allāh).” (H.R Al-Bukhari, no. 1593).
Marâji’:
[1] Muh. Mu’inudinillah Bashri, dan Elly Damaiwati, Kuketuk Pintu Rumah-Mu Ya Allah, Indiva Pustaka: Surakarta, Agustus 2009. h. 11.
[2] Muhammad Sholikhin, Keajaiban Haji dan Umrah: mengungkap Kedahsyatan Pesona Ka’bah dan Tanah Suci (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 2222.
[3] Azalia Mutammimatul Khusna, Hakekat Ritual Ibadah Haji dan Maknanya Berdasarkan Pemikiran William R. Roff, Jurnal UIN Sunan Kalijaga, Vol. 2 No. 1, Maret 2018. h.135.
[4] Istianah, Prosesi Haji dan Maknanya, Jurnal Esoterik Ahklak dan Tasawuf, Vol. 2 No. 1, 2016. h. 32.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!