Gen Z Menyambung Rantai Emas Generasi Terbaik Umat
Gen Z Menyambung Rantai Emas Generasi Terbaik Umat
Jihan Nabila*
Bismillâhi wal hamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, amma ba’d.
14 abad sudah Rasulullah ﷺ meninggalkan Gen Z dengan agama Islam yang sempurna ini. Namun, tidaklah sesuatu mencapai sempurna kecuali Gen Z akan mulai mengalami penurunan. Keadaan kaum muslimin, setahap demi setahap menjauh dari syari’at. Membuat Gen Z mengalami penurunan terhadap komitmen yang Gen Z miliki, terhadap agamanya. Zaman kian menjauh, kejayaan Islam kembali meredup. Redup karena jauhnya para Gen Z muslim dari majelis-majelis ilmu. Enggannya Gen Z mempelajari agamanya dan terlenakan dengan gemerlapnya dunia.
Sebelum Gen Z, ada Gen Emas
Jauh sebelum Gen Z, ada Gen Emas. ya, generasi terbaik umat ini. Siapa mereka? Mereka adalah salafush shalih. Siapa itu salafush shalih? Salaf menurut para ulama adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan salafush shalih (orang-orang terdahulu yang shalih). Merekalah tiga generasi utama dan terbaik dari umat ini, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)[1]
Kenapa Rasul Sebut Mereka sebagai Generasi Terbaik?
Nabi ﷺ telah mempersaksikan ’kebaikan’ tiga generasi awal umat ini yang menunjukkan akan keutamaan dan kemuliaan mereka, semangat mereka dalam melakukan kebaikan, luasnya ilmu mereka tentang syari’at Allah, semangat mereka berpegang teguh pada sunnah beliau ﷺ.[2]
Allah ﷻ telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi ﷺ dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini, tentunya memiliki kedudukan istimewa di bandingkan manusia yang lain. Karena Allah l tidak mungkin keliru memilih mereka. Para sahabat Nabi ﷺ adalah orang-orang yang paling tinggi ilmunya. Merekalah yang paling paham perkataan dan perilaku Nabi ﷺ. Merekalah manusia yang paling paham tentang Al-Qur’an, karena mereka telah mendampingi Rasulullah ﷺ tatkala wahyu diturunkan, sehingga para sahabat benar-benar mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya ﷺ.[3]
Allah ridho kepada mereka dan mereka merekapun ridho kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)
Menempuh Jalan yang Selamat
Karena jauhnya Gen Z dari Gen Emas tidak mudah menempuh jalan yang selamat kecuali orang yang mengikuti jalan hidup Nabi ﷺ dan sahabatnya (salafush shalih) inilah yang selamat dari neraka. Rasulullah ﷺ bersabda,
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Mengapa Gen Z mesti mengambil pemahaman salaf atau sahabat dalam beragama? Karena kalau memakai pikiran masing-masing dalam memahami al-Qur’an dan Hadits, maka tafsirannya bisa macam-macam, bahkan bisa rusak. Sehingga tidak cukup Gen Z mengamalkan al-Qur’an dan Hadits saja, namun juga ditambah harus mengikuti pemahaman para sahabat.[4] dan jika bukan mereka yang kita ikuti, kita harus mengikuti siapa?
Beratnya Hidup di Akhir Zaman
Hidup di akhir zaman sesuai dengan aturan Islam dianggap asing dan aneh. Kalau kita menutup aurat dengan sempurna, kian terasing. Kita berbuat jujur di kantor dan tidak mau korupsi, kian terasing. Kita menjauhi syirik pun, kian terasing. Itulah keterasingan Islam saat ini. Namun tak perlu khawatir, berbanggalah menjadi orang yang asing selama berada dalam kebenaran. Dan keadaan ini sudah Rasul kabarkan 14 abad yang lalu. Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing.” (HR. Muslim no. 145).
Kembali dalam keadaan asing karena sedikitnya yang mau menjalankan dan saling menyokong dalam menjalankan syari’at Islam padahal umatnya banyak. Siapa yang terasing? Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing.[5]
Panas, Namun Tetap Harus Kita Pegang
Semakin seorang hamba taat, maka akan semakin besar juga cobaannya, dari sana Allah ingin mengetahui apakah iman seorang hamba itu jujur ataukah dusta. Menjalankan syari’at di zaman ini terasa berat, terasa sulit. Memang berat dan panas, namun tetap harus kita pegang karena jika kita lepaskan, maka ia akan menjadi api neraka bagi kita. Rasulullah ﷺ bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).[6]
Teguh diatas Kebenaran, Walau Seorang Diri
Berpegang teguhlah dengan kebenaran walau engkau seorang diri, sebagian salaf mengatakan,
عَلَيْكَ بِطَرِيْقِ الحَقِّ وَلاَ تَسْتَوْحِشُ لِقِلَّةِ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطَرِيْقَ البَاطِلِ وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ
“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa.” (Madarijus Salikin, 1: 22).
Semoga kita bisa terus berpegang teguh dengan ajaran Islam di tengah-tengah manusia yang semakin rusak dan semoga kita bisa terus berpegang teguh pada kebenaran sampai maut menjemput kita.[7] Wallâhu a’lam bish shawwâb.
* Mahasiswa Prodi Statistika FMIPA UII
Maraji’ :
[1] Muhammad Abduh Tuasikal. “Mengenal Salaf dan Salafi” https://rumaysho.com/3105-mengenal-salaf-dan-salafi.html. Diakses pada Rabu, 18 September 2024.
[2] Ibid. Lihat Al Wajiz fii Aqidah Salafish Sholih dan Mu’taqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dr. Muhammad Kholifah At Tamimi.
[3] Muhaimin Ashuri. “Keutamaan Para Sahabat Nabi” https://muslim.or.id/7201-keutamaan-para-sahabat-nabi.html. Diakses pada Rabu, 18 September 2024.
[4] Muhammad Abduh Tuasikal. “Mengikuti Islam yang Murni” https://rumaysho.com/3321-mengikuti-islam-yang-murni.html. Diakses pada Rabu, 18 September 2024.
[5] Muhammad Abduh Tuasikal. “Khutbah Jumat: Beruntunglah Mereka yang Terasing” https://rumaysho.com/14947-khutbah-jumat-beruntunglah-mereka-yang-terasing.html. Diakses pada Rabu, 18 September 2024.
[6] Ibid.
[7] Ibid.