Esensi Pengorbanan yang Hakiki: Oase Penyejuk Hati

Esensi Pengorbanan yang Hakiki: Oase Penyejuk Hati

Ridho Frihastama

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh.

Kisah Penuh Hikmah

Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah salah satu kisah yang paling mengharukan dan penuh hikmah dalam sejarah Islam. Beliau adalah sosok teladan luar biasa dalam hal keimanan yang teguh, kesabaran yang tak tertandingi, dan tentunya pengorbanan yang hakiki.

Pengorbanan yang dimaksud bukanlah sekadar memberikan harta benda atau tenaga. Pengorbanan hakiki yang sejati adalah ketika kita rela menyerahkan sesuatu yang paling kita cintai demi meraih ridha Allah ﷻ. Kisah tentang kesediaan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk mengorbankan putranya, Ismail, menjadi ujian terberat yang pernah beliau hadapi. Perintah tersebut datang langsung dalam mimpi, yang diyakini oleh beliau sebagai wahyu dari Allah ﷻ.

Namun, bayangkanlah betapa beratnya ujian ini. Ismail adalah putra yang dilahirkan setelah penantian panjang, buah pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar di usia yang sudah senja. Kehadiran Ismail tentu membawa kebahagiaan yang luar biasa bagi Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak ragu dengan perintah tersebut. Beliau yakin bahwa Allah ﷻ tidak akan pernah memerintahkan sesuatu yang sia-sia. Dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, beliau mempersiapkan diri untuk melaksanakan perintah tersebut.

Nabi Ibrahim merahasiakan perintah ini dari Ismail . Beliau mengajak Ismail pergi ke suatu tempat dengan alasan hendak beribadah. Sepanjang perjalanan, bisikan setan datang menggoda Nabi Ibrahim untuk membatalkan niatnya. Namun, dengan keimanan yang kokoh, beliau menolak bisikan tersebut.

Ketika sampai di tempat yang dituju, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyampaikan perintah Allah ﷻ kepada Ismail. Alangkah luar biasanya, Ismail yang saat itu masih remaja, menerima perintah tersebut dengan penuh kesabaran dan kepasrahan. Beliau berkata kepada ayahnya,

يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wahai ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 102).

Keadaan hening dan penuh ketegangan pun melanda. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memejamkan matanya dan bersiap untuk melaksanakan perintah tersebut. Namun, tepat pada saat itulah, Allah ﷻ menggantikan Ismail dengan seekor domba jantan untuk disembelih.[1]

Peristiwa ini diabadikan dalam firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat [37] ayat 107,

وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Maka Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shaffat [37]: 107).

Hakikat Pengorbanan

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memberikan pelajaran berharga tentang hakikat pengorbanan. Pelajaran tersebut di antaranya:

  1. Ketaatan kepada Allah ﷻ diatas segalanya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak mempertanyakan perintah tersebut, meskipun itu berarti harus mengorbankan putranya sendiri. Beliau hanya fokus untuk menjalankan perintah Allah ﷻ dengan penuh keikhlasan.[2]
  2. Kesabaran yang luar biasa. Baik Nabi Ibrahim ‘alaihis salam maupun Ismail, keduanya menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi ujian berat tersebut. Mereka berdua sama-sama rela menerima takdir Allah ﷻ dengan penuh kepasrahan.[3]
  3. Menyikapi ujian dengan iman. Ujian yang datang tidak selalu berupa hal yang buruk. Bisa jadi, ujian tersebut merupakan cara Allah ﷻ untuk meningkatkan keimanan kita. Seperti halnya kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, ujian tersebut justru semakin meneguhkan keimanan beliau dan Ismail.
  4. Pengorbanan yang hakiki. Pengorbanan yang sejati bukanlah sekadar memberikan sesuatu yang mudah kita lepaskan. Pengorbanan yang hakiki adalah ketika kita rela menyerahkan sesuatu yang paling kita cintai demi meraih ridha Allah ﷻ.

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim bagaikan oase menyejukkan hati di tengah gemerlapnya dunia saat ini, di mana materialisme dan hedonisme menjamur. Ketaatan dan ketundukan beliau kepada Allah ﷻ, tanpa keraguan sedikitpun, menjadi teladan bagi kita dalam mematuhi aturan dan norma di tengah arus deras godaan.

Kasih sayang dan rela berkorban yang ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Ismail, mengingatkan kita untuk selalu memprioritaskan cinta kepada Allah dan sesama, serta rela beramal dan membantu orang lain yang membutuhkan. Kesabaran dan keteguhan hati mereka dalam menghadapi cobaan, menjadi pengingat bagi kita untuk selalu tegar dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan dan ujian dalam hidup.

Keberanian dan ketegasan Nabi Ibrahim o dalam menjalankan perintah Allah ﷻ, menjadi inspirasi bagi kita untuk berani menegakkan kebenaran dan menjalankan nilai-nilai syariat meskipun tidak populer. Di era sekarang ini, di mana kemudahan dan kenikmatan hidup seringkali membuat kita lalai, kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjadi tamparan keras untuk kembali ke fitrah kita sebagai manusia. Mari jadikan kisah ini sebagai refleksi diri, untuk mengevaluasi keimanan, ketaatan, dan pengorbanan kita dalam kehidupan.

Apakah kita sudah cukup taat kepada Allah ﷻ?

Apakah kita sudah cukup mengutamakan cinta kepada Allah dan sesama?

Apakah kita sudah cukup sabar dan tegar dalam menghadapi cobaan?

Apakah kita sudah cukup berani menegakkan kebenaran?

Apakah kita sudah cukup bersyukur dan gemar membantu orang lain?

Mari jadikan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sebagai pemicu semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat, lebih beriman, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Ingatlah, Allah ﷻ selalu bersama hamba-Nya yang ikhlas dan mau berkorban. Yakinlah bahwa Allah ﷻ akan senantiasa melihat dan membalas setiap kebaikan yang kita lakukan, termasuk pengorbanan yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sehingga bisa menjadi seorang muslim yang semakin bertaqwa di hadapan Allah ﷻ.

Maraji’ :

[1] Muhammad Abduh Tuasikal. “Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail” https://rumaysho.com/11623-pelajaran-dari-kisah-nabi-ibrahim-menyembelih-ismail.html. Diakses pada 2 Juni 2024.

[2] Wiwit Hardi Priyanto. “Renungan Idul Adha: Nabi Ibrahim Sebagai Teladan” https://muslim.or.id/26535-renungan-idul-adha-nabi-ibrahim-sebagai-teladan.html. Diakses pada 2 Juni 2024.

[3] Muhammad Nur Faqih.  “Hikmah Berkurban” https://muslim.or.id/85722-hikmah-berkurban.html. Diakses pada 4 Juni 2024.

Download Buletin klik disini

Sisihkan Harta untuk Kurban, Pasti Allah akan Ganti 

Sisihkan Harta untuk Kurban, Pasti Allah akan Ganti 

Dwi Andini Prihastuti

*Alumni Teknik Industri UII

 

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,

Sahabat al-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Ketika Allah ﷻ mentakdirkan kita menjumpai hari-hari mulia pada bulan-bulan haram, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, berharap kita bisa melaksanakan berbagai amal ketaatan dan menjauhi berbagai bentuk dosa dan maksiat.

Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah [9]: 36)

Saat kita memasuki bulan Dzulhijjah, sisihkan harta kita untuk ibadah kurban yang hanya terjadi setahun sekali. Amal shalih yang paling agung disisi Allah adalah amal yang dikerjakan di sepuluh awal Dzulhijjah. Dari Ibnu ‘Abbas berkata, Rasulullah bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ.

Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968).

Hari yang Paling Mulia

Tidak ada amal yang lebih dicintai dan mulia disisi Allah ﷻ melebihi amal shalih yang dilakukan pada awal Dzulhijjah. Diantara amal shalih tersebut adalah menyisihkan harta untuk mewujudkan ibadah kurban dan menyembelih hewan kurban di hari raya kurban.

Disebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah bin Qurth, bahwa Rasulullah bersabda,

إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyriq).” (HR. Abu Daud no. 1765).[1]

Hukum Berkurban

Sebagian ulama mengatakan ibadah kurban hukumnya wajib berdasarkan dalil al Qur’an surah al Kautsar ayat 2. Allâh ﷻ berfirman,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Dirikanlah salat dan berkurbanlah.” (QS. Al Kautsar [108]: 2).

Ayat ini menggunakan kata perintah dan hukum asal perintah menjukkan wajib.

Yang menunjukkan wajibnya pula ada larangan keras dari Nabi untuk tidak mendekati tempat shalat Nabi adalah hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah no. 3123. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Pendapat inilah yang pegang oleh al Auza’i, Al Laits, Abu Hanifah dan sebagian riwayat dari Imam Ahmad serta Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.[2]

Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa menyembelih kurban adalah sunnah mu’akkadah. Inilah pendapat Madzhab Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, Abu Tsaur, Al Muzani, Ibnu Mundzir, Dawud, Ibnu Hazm, dan selainnya.[3]

Di antara dalil mayoritas ulama adalah dari Ummu Salamah x, bahwa Rasulullah bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ

Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih kurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977).

Yang dimaksud di sini adalah dilarang memotong rambut dan kuku shohibul kurban itu sendiri.

Hadits ini mengatakan, “dan salah seorang dari kalian ingin”, hal ini dikaitkan dengan kemauan. Seandainya menyembelih kurban itu wajib, maka cukuplah Nabi  mengatakan, “maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya”, tanpa disertai adanya kemauan.[4] Wa Allahu a’alam bish shawwab.

Hartanya, Pasti Allah akan Ganti!  

Melalui kurban, kita kembali diingatkan tentang pentingnya menghadirkan sikap pengorbanan. Sikap ini terwujud dalam bentuk saling peduli kepada sesama, berempati atas penderitaan mereka yang sakit, yang teraniaya, atau yang tengah memikul beban hidup yang teramat berat. Maka sisihkanlah harta yang kita miliki untuk kurban, Allah pasti akan ganti. Perhatikan firman Allah ﷻ,

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ [34]: 39)

Ibnu Katsir berkata, “Selama engkau menginfakkan sebagian hartamu pada jalan yang Allah perintahkan dan jalan yang dibolehkan, maka Allah-lah yang akan memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan memberi ganti berupa pahala dan balasan di akhirat kelak.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:287-288)

Ibnu Katsir setelah mengutarakan hal di atas, beliau membawakan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

قَالَ اللهُ: أَنْفِقْ يَا اْبْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Allah Ta’ala berfirman: Bersedekahlah–wahai anak Adam–, Aku akan membalas sedekah kalian.” (HR. Bukhari, no. 5352 dan Muslim, no. 993)

Dalam ayat lain disebutkan pula,

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245)[5]

Semoga Allah ﷻ memberkahi setiap harta kita dan semoga Allah ﷻ mudahkan bagi kita menyisihkan harta kita untuk kurban.

Maraji’ :

[1] Abu Daud no. 1765 Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[2] Abu Ghazie As Sundawie. Soal Jawab Fiqih Kurban. (buku PDF). h. 6-8

[3] Abu Ghazie As Sundawie. Soal Jawab Fiqih Kurban. (buku PDF). h. 4-7

[4] Muhammad Abduh Tuasikal. “Hukum Qurban” https://rumaysho.com/1981-hukum-berqurban.html. Diakses pada 31 Mei 2024.

[5] Muhammad Abduh Tuasikal. “Sedekah dan Qurban Pasti Akan Mendapat Rezeki Pengganti”  https://rumaysho.com/28848-sedekah-dan-qurban-pasti-akan-mendapat-rezeki-pengganti.html. Diakses pada 31 Mei 2024.

Download Buletin klik disini

Romantisme Doa, Dalam Mengubah Takdir

Romantisme Doa, Dalam Mengubah Takdir

Nur Laelatul Qodariyah*

*Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

 

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,

Sahabat al Rasikh yang dirahmati Allah ﷻ, doa adalah senjata bagi kaum mukmin untuk bertahan diatas suatu kemustahilan diri sebagai manusia. Pertolongan dan senjata yang tidak bisa dilewatkan bagi para hambanya yang sedang berikhtiar untuk mencapai sesuatu kalau bukan doa, namun doa itu harus disertai kesadaran dan kepasrahan diri jangan sampai terlalu memaksa.  seperti halnya Nabi Yunus u ketika berada di dalam perut ikan, dalam doanya itu,

Allah ﷻ berfirman,

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya [21]: 87).

Bayangkan saja Nabi Yunus berdoa dalam keadaan 3 kegelapan, yaitu kegelapan malam, kegelapan lautan, dan kegelapan di dalam perut ikan. Dalam keadaan pasrah kemudian Allah ﷻ, mengabulkan doa Nabi Yunus.  Tidak hanya itu ada kisah umat terdahulu yaitu sepasang suami istri yang datang kepada Nabi Musa,[1] untuk meminta doa agar dirinya bisa memiliki anak, selepas di doakan Nabi Musa kemudian Allah ﷻ mengatakan bahwa mereka ditakdirkan untuk tidak memiliki anak. Berkali-kali datang namun jawabannya sama. Lalu kemudian ibu tersebut tiba-tiba membawa seorang anak perempuan. Nabi Musa pun terheran-heran, kenapa mereka memiliki anak. Kemudian Nabi Musa bertanya kepada Allah ﷻ. Kemudian Allah ﷻ, menjawab, dia telah berdoa kepadaku berkali-kali, namun dia tidak berputus asa, lalu kemudian mereka meminta sambil memujiku, lalu aku kabulkan keinginannya.

Doa adalah komunikasi terindah yang tercipta antara seorang hamba dengan tuhannya, dan doa juga sebagai medium yang banyak dijadikan sebagai pencipta ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.[2][1] Apalagi doa itu disertai dengan hati yang ikhlas dan berharap hanya kepada Allah ﷻ, semua yang ada di dunia ini berada di dalam genggamannya. Tugas seorang hamba adalah meminta jika menginginkan sesuatu janji Allah ﷻ itu benar adanya.

Sekalipun doanya belum terkabul namun doa itu akan disimpan dilangit dan Allah ﷻ akan mengabulkan dengan cara-caranya. So, kenapa kita terus khawatir dengan sesuatu itu? mintalah, pujilah Allah ﷻ, Allah ﷻ Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, rahmat-Nya sangat besar, cara pandang Allah dan manusia itu berbeda. Nabi Musa tidak tahu bahwa tongkatnya akan membelah lautan, Nabi Ibrahim u tidak tahu kalau api yang membakarnya ternyata terasa dingin. Kadang kala terkabulnya doa itu berbeda disetiap orang, ada yang doanya memang langsung terkabulkan, dan ada pula yang ditunda atau digantikan sesuatu yang lebih baik dari pada keinginannya.

Jangan menyimpulkan bahwa doa kita tidak terjawab

Allah ﷻ jika sudah menghendaki sesuatu pasti akan terjadi dengan kuasanya, seperti halnya Nabi Zakaria[3] meyakini kemudian dia berdoa di tempat itu, memohon keturunan. Dan menepikan semua prediksi yang telah terjadi, kata orang tidak mungkin memiliki keturunan, kata orang istrinya divonis menopause dan mandul, dan kata Allah ﷻ terjadi dan maka terjadilah.  shalat disitu dikabulkan dan istrinya mengandung, kemudian istrinya melahirkan yang anaknya diberi nama Yahya. Allah ﷻ, akan memberikan rezeki yang tidak terbatas kepada hambanya, maka dari itu jadilah salah satunya. Dengan doa kau berbisik lirih namun semesta mendengar dentuman atas doa-doamu itu.

Doa adalah Media Komunikasi Tercanggih Sepanjang Masa

Setiap zaman, masa maupun waktu dalam peradaban manusia, komunikasi yang paling canggih yang tidak pernah musnah ialah doa. Dengan doa kita mengetahui bahwa, kemampuan atau keinginan manusia yang dianggap tidak mungkin akan terkabulkan dengan caranya Allah ﷻ. Kita kalau terlalu sering berfikir, gimana caranya terkabul, bagaimana bisa tercapai. Itu semua tidak ada gunannya. Tidak perlu memprediksi sesuatu atau takut akan sesuatu itu.

Allah ﷻ lebih tahu caranya dan Allah ﷻ yang akan memberikan jalan itu. Allah ﷻ itu baik banget ke kita, bayangkan saja segala nikmat yang telah diberikan Allah ﷻ ke kita. Kita masih disuruh untuk tetap meminta yang lain. Sangat besar rahmatnya Allah ﷻ, sampai-sampai jika ada takdir yang memang belum menjadi rezeki kita Allah ﷻ bisa beri itu kepada kita dengan doa kita. Allah ﷻ tuh gak pernah tega untuk menolak doa yang kita minta. Sedangkan kita ini sibuk dengan pikiran kita bagaimana? Dan aku harus gimana.

Nikmati apa yang sedang kau langitkan itu, berdoalah dengan penuh keyakinan, kita tidak tau caranya namun Allah ﷻ tau caranya. Kenapa harus bersusah hati dengan ketetapan yang diberikan Allah ﷻ untuk kita. Jangan pernah berfikir yang tidak-tidak dengan apa yang kau mintakan kepada Allah ﷻ berprasangka baiklah kepada Allah ﷻ, jangan sampai yang kita mintakan itu ternyata membuat kita celaka.

Minimal ketika kita punya masalah dan kemudian kita berdoa kepada Allah ﷻ, namun belum juga datang solusi maka yang akan kita terima adalah ketenangan, rasa tenang itu harganya mahal, ada banyak dari kita untuk mencapai sebuah ketenangan itu sampai berobat atau mengonsumsi obat-obatan agar lebih tenang. Maka percayalah dan sandarkan semua kepada Allah ﷻ, karena berdoa itu ibaratnya kita sedang menggayuh sepeda, diulang-ulang sampai kita menuju tujuan yang kita butuhkan.

Maraji’ :

[1] Sukron Abdilah, “Filosofi Doa”, cet. Ke-1 (Tanggerang:Alifia Books,2020),21

[1] Khazanah, “4 Cara Mengubah Takdir ala Pengikut Nabi Musa”, dikutip dari https://chanelmuslim.com/khazanah/4-cara-mengubah-takdir-ala-pengikut-nabi-musa diakses pada 20 Mei 2024.

[2] Sukron Abdilah. Filosofi Doa. Tanggerang: Alifia Books, 2020. cet. ke-1. h. 21.

[3] Adi Hidayat dalam ceramahnya di platfrom tiktok

Download Buletin klik disini

Larangan Ujaran Kebencian

Larangan Ujaran Kebencian

Azhar Rahmanto

*Staf Badan Penjaminan Mutu UII

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh.

Sahabat al-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Pada saat ini kehidupan kita tidak bisa terlepas dari teknologi terutama pada penggunaan sosial media. Saat ini, jejaring sosial menjadi sarana penting untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi bagi semua pengguna di seluruh dunia. Media sosial juga menjadi tempat untuk mengekspresikan diri dengan cara mengunggah foto maupun video terkait informasi, kegiatan atau aktivitas yang sedang dilakukan, dan juga pencapaian yang telah diperoleh. Tidak hanya membagikan suatu hal di sosial media, pengguna juga bisa berkomentar terkait informasi yang dibagikan di sosial media.

Pedoman Bermuamalah di Media Sosial

Di Indonesia sendiri pemerintah secara tegas mengatur kegiatan di sosial media melalui undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Salah satu tujuan utama dari diterbitkannya UU ITE di Indonesia adalah untuk melindungi masyarakat dan pengguna internet lainnya dari berbagai tindak kejahatan online. Salah satu aturan yang tercantum di UU ITE adalah larangan Ujaran Kebencian yang secara jelas tercantum pada pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Maksud dari ujaran kebencian dalam UU ITE tersebut adalah menyebarkan informasi dengan tujuan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), dengan hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).[1]

Selain UU ITE yang resmi disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, MUI selaku wadah organisasi musyawarah para Ulama, Zu’ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia juga telah menetapkan Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial. Fatwa ini sangat bermanfaat bagi umat Islam untuk menjadi panduan dalam menyikapi derasnya informasi di era media sosial saat ini khususnya untuk umat Islam di Indonesia. Dalam Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tersebut juga tercantum panduan dan larangan terkait ujaran kebencian di sosial media.[2]

Larangan Ujaran Kebencian

Secara tegas agama Islam melarang untuk melakukan ujaran kebencian bahkan ujaran yang tidak bermanfaat pun dilarang secara tegas dalam Al Qur’an. Dalam Al-Hujurat ayat 11 dijelaskan tentang larangan terhadap perilaku ujaran kebencian, Allah ﷻ berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujarat [49]: 11)

Dijelaskan dalam Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim,[3] Allah ﷻ melarang menghina orang lain, yaitu meremehkan dan mengolok-olok mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Takabur itu adalah menentang kebenaran dan meremehkan orang lain, (menurut riwayat yang lain) dan menghina orang lain”. Makna yang dimaksud adalah menghina dan meremehkan mereka. Hal ini diharamkan karena barangkali orang yang diremehkan lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih disukai oleh-Nya dari pada orang yang meremehkannya.

Ancaman bagi Pengumpat dan Pencela

Selain itu, dalam surat Al-Humazah ayat 1 juga tercantum larangan untuk berbuat ujaran kebencian, Allah ﷻ berfirman,

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (QS. Al-Humazah [104]: 1).

Dalam ayat tersebut terdapat lafal “wayl”, menurut As-Suyuthi lafal “wayl” dapat bermakna sebuah kutukan atau satu lembah di neraka Jahanam bagi seorang pengumpat atau pelaku ujaran kebencian.

Ali Ash-Shabuni menjelaskan bahwa ayat pertama ini bermakna azab yang sangat pedih. Kemudian, menurut Sayyid Qutb ayat ini merupakan bentuk ancaman yang sangat dahsyat, bahkan penggambaran siksaannya yang dijelaskan dalam ayat setelahnya merupakan penggambaran yang sangat pedih dan hina. Hal tersebut menandakan betapa hina-nya orang-orang yang melakukan ujaran kebencian.[4]

Sesungguhnya ucapan kita secara langsung maupun ketika berpendapat atau berkomentar di dunia online bisa menunjukkan bagaimana kualitas diri kita. Ucapan kita menunjukkan bagaimana isi kita. Maka, ketika kita banyak berkata kotor, kasar, tidak berguna, maka kita sebenarnya sedang menjatuhkan kehormatan diri kita sendiri. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah z, Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ

Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur.” (HR. Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 2988)[5]

Sedemikian agungnya agama kita. Bahkan kita tidak boleh mencela tuhan orang kafir karena akan muncul kemungkaran lebih besar yaitu mereka malah mencela Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS. Al An’am [6]: 108).

Dengan memerhatikan bagaimana Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ melarang dan mengancam ujaran kebencian, kita sebagai muslim tentu harus menjaga lisan kita untuk tidak berbuat demikian. Semoga kita dihindarkan dari perbuatan-perbuatan yang keji. Âmîn.

Maraji’ :

[1] DPR RI. “UU 11 Tahun 2008”. https://www.dpr.go.id›doksetjen›dokumen. Diakses 30 Juli 2023.

[2] MUI, “Inilah Panduan Bermedia Sosial Sesuai Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017”. https://mui.or.id/mui-provinsi/mui-lampung. Diakses 31 Juli 2023.

[3] Hikmat bin Basyir bin Yasin. Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim. https://tafsirweb.com/9781-surat-al-hujurat-ayat-11.html. Diakses 31 Juli 2023.

[4] Ganjar Mutaqin. Larangan dan Ancaman Ujaran Kebencian dalam Al-Qur’an. https://bincangsyariah.com/kolom/larangan-dan-ancaman-ujaran-kebencian-dalam-al-quran/ . Diakses pada 31 Juli 2023.

[5] M. Saifudin Hakim. “Menjaga Lisan dari Ucapa-Ucapan Kotor” https://muslim.or.id/51938-menjaga-lisan-dari-ucapan-ucapan-kotor-bag-1.html. Diakses pada 31 Juli 2023.

Download Buletin klik disini

Mengapa Allah Menciptakan Malam untuk Tidur?

Mengapa Allah Menciptakan Malam untuk Tidur?

Ikke Pradima Sari

*Alumni Pendidikan Agama Islam

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh.

Sahabat al-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Tidur merupakan aktivitas rutin untuk beristirahat yang dilakukan manusia. Sekitar sepertiga umur manusia, dihabiskan untuk tidur. Akan tetapi, pernahkah teman-teman berpikir mengapa Allah ﷻ ciptakan malam hari untuk tidur bagi manusia? Apakah ada alasan ilmiah yang membahas tidur di malam hari? Lantas, apa yang akan terjadi apabila manusia kurang atau tidak tidur?

Dibalik perintah dan larangan Allah ﷻ yang termaktub dalam al-Qur’an, tentu didalamnya mengandung kebaikan serta alasan ilmiah. Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam al-Qur’an surah an-Naba’ ayat 9-11,

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا، وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًا، وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًا،

Kami menjadikan tidurmu untuk beristirahat, Kami menjadikan malam sebagai pakaian, Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan” (QS. an-Nabâ’ [78]: 9-11).

Ternyata, dibalik penciptaan siang untuk beraktivitas dan malam untuk tidur atau beristirahat, erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh, sistem hormonal, sistem termogulasi, dan proses metabolisme dasar. Maka dari itu, mekanisme pengaturan waktu dalam tubuh atau ritme sirkadian menjadi penting untuk diperhatikan.

Ritme Sirkadian

Ritme sirkadian adalah perubahan fisik, mental dan perilaku organisme dalam interval 24 jam. Perubahan kontrol tubuh tersebut juga disebut dengan jam biologis tubuh. Ritme sirkadian dipengaruhi oleh berbagai faktor; seperti cahaya dan gelap, asupan makanan, aktivitas fisik, stres, suhu, serta lingkungan sosial[1]. Akan tetapi, faktor terbesar yang mempengaruhi perubahan kontrol tubuh manusia selama sehari adalah ‘cahaya’ dan ‘gelap’. Adanya sinar matahari di pagi hingga petang, serta gelapnya malam mempengaruhi perubahan kontrol tubuh pada makhluk hidup.

Jauh sebelum adanya penelitian dan teori terkait ritme sirkadian pada manusia, dengan detail Allah ﷻ menjelaskan makna dibalik penciptaannya cahaya di pagi hingga petang, dan gelap di malam hari. Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam al-Qur’an surah an-Nabâ’ ayat 11 merujuk pada tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah ﷻ menjadikan siang bersinar dan bercahaya, sehingga orang dapat bergerak didalamnya. Dengan cahaya matahari tersebut juga manusia dapat pergi untuk mencari nafkah, penghasilan, dan lain sebagainya. Penjelasan tersebut diperkuat dengan tafsir Ma’arif al-Qur’an oleh Mufti Muhammad Shafi yang menjelaskan bahwa selain membutuhkan tidur, manusia juga membutuhkan siang untuk beraktivitas mencari penghidupan.

Disamping lelahnya beraktivitas dari panjangnya siang, tentu manusia membutuhkan tidur atau istirahat. Secara keseluruhan, tubuh manusia memperoleh manfaat dari tidur. Apabila manusia kurang tidur, akan berdampak terhadap kesehatan fisik maupun mental.

Hikmah Tidur Terhadap Kesehatan Fisik dan Mental

Tidur memiliki peran penting terhadap kesehatan fisik dan mental. Hal ini dikarenakan proses yang terjadi selama tidur membantu meningkatkan aktivitas yang sehat pada otak, dan menjadi proses pemulihan secara keseluruhan bagi tubuh[2]. Dengan tidur, manusia dapat beristirahat sejenak setelah beraktivitas untuk mencari penghidupan di siang hari.

Menurut tafsir Al-Wajiz, surah an-Naba’ ayat 9 ini bermakna bahwa Allah menjadikan tidur sebagai jeda dari kegiatan, dan istirahat bagi badan. Karena, apabila manusia kerja terus-menerus sepanjang hari tanpa istirahat atau tidur, maka tubuh pun akan merasa kelelahan. Beberapa penelitian mengungkapkan dampak buruk akibat kekurangan tidur, diantaranya meningkatkan resiko obesitas, diabetes, sulit fokus, hingga gangguan pada jantung.

Disamping bermanfaat terhadap kesehatan fisik, tidur juga bermanfaat terhadap kesehatan mental. Merujuk pada tafsir Ma’arif al-Qur’an kata “سُبَاتًا” dalam ayat ini berasal dari kata sabt yang berarti terputus. Tidur merupakan aktivitas yang dapat memutus segala keresahan, kecemasan yang mungkin dialami seseorang.

Allah ﷻ menciptakan tidur untuk beristirahat dari kegelisahan tersebut. Sehingga, beberapa mufassir juga menerjemahkan “سُبَاتًا” sebagai istirahat. Pengaruh tidur terhadap kesehatan mental tersebut, diperkuat dalam beberapa penelitian. Diantaranya adalah penelitian oleh Taylor pada tahun 2005 yang menjelaskan bahwa orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 10 hingga 17 kali lebih besar mengalami depresi dan kecemasan secara klinis dibandingkan orang yang tidak menderita insomnia[3].

Pengaruh Ritme Sirkadian Terhadap Pembelajaran dan Memori

Pembahasan terkait pengaruh buruknya ritme sirkadian, kurang waktu tidur, dan terlalu banyak begadang terhadap kesehatan fisik dan mental mungkin seringkali kita dengar. Faktanya tidak hanya itu, tidur juga berpengaruh terhadap pembelajaran, memori (daya ingat) dan proses kognitif lainnya. Pertama, kurangnya tidur mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu secara efektif. Kedua, tidur merupakan aktivitas penting karena membantu proses konsolidasi memori. Ketiga, dampak gangguan proses kognitif lainnya adalah kesulitan fokus dan belajar, berkurangnya keterampilan mengambil keputusan, dan buruknya kontrol emosi dan perilaku.

Tidur dan daya ingat merupakan hubungan yang kompleks. Menurut penelitian, individu yang memiliki tidak cukup waktu tidur memiliki kesulitan untuk mengingat sesuatu. Karena, selama tidur terjadi proses konsolidasi memori dalam otak. Konsolidasi memori adalah proses dimana informasi yang baru diperoleh atau dipelajari diubah dan disimpan dalam ingatan jangka panjang. Ingatan yang relevan, akan dipertahankan dan diakses pada masa mendatang, sedangkan ingatan yang tidak relevan akan dilepaskan[4]. Proses ini melibatkan perubahan struktural dan fungsional di otak. Dengan beristirahat dengan cukup, dapat membantu proses informasi baru saat terbangun. Sehingga, cara paling penting yang dapat kita lakukan untuk menjaga kapasitas memori kita adalah dengan tidur yang cukup[5].

Maraji’ :

[1] Laura. A. King. The Science of Psychology: An Apreciative View. New York: McGraw Hill Education. 2020 M. Cet.k-5. h. 356.

[2] Summer, Jay. 2024. Physical Health and Sleep, How are They Connected? Sleepfoundation.org/physical-health. Diakses pada 3 Mei 2024.

[3] Scott, Alexander J. “Improving sleep quality leads to better mental health: A meta-analysis of randomized controlled trials”, Vol. 60, Tahun 2021. h. 2.

[4] Simon, Katharine C. “The Functions of Sleep: A Cognitive Neuroscience Perspective”. Vol. 119, Tahun 2022. hal. 2

[5] Pacheco, Danielle. 2023. Memory and Sleep: How Deprivation the Brain.  sleepfoundation.org/how-sleep-works/memory-and-sleep Diakses pada 3 Mei 2024.

Download Buletin klik disini

Stay Positive dengan Berpikir Positif Pada Allah

Stay Positive dengan Berpikir Positif Pada Allah

Nida Nur Afifah

*Staf Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

 

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh.

Sahabat al-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Setiap umat manusia yang beriman pasti akan diberikan ujian oleh Allah ﷻ. Umat beriman sejatinya bersabar saat ditimpa ujian. Namun, sebagai manusia biasa, pasti pernah merasa lelah dalam bersabar. Ujian merupakan objek stressor yang jika tidak dilandasi dengan keimanan secara langsung atau tidak langsung dapat berdampak buruk terhadap psikologis/mental maupun fisik seseorang. Menjadi mudah marah, galau, bahkan depresi. Sesungguhnya Allah Maha Besar lebih besar dari masalah kita. Dalam keadaan seperti ini perlu untuk mengubah mindset buruk (su’uzhan) menjadi pikiran positif (husnuzhan). Karena pikiran akan mempengaruhi sikap dan kondisi.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi bersabda,

قَالَ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ.

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675).

Jangkauan manusia terhadap masa depan jauh lebih pendek daripada jangkauan Allah ﷻ. Maka sudah menjadi kewajiban bagi umat manusia untuk senantiasa berpikir positif terhadap ketentuan Allah ﷻ. Karena apapun yang telah Allah ﷻ tetapkan adalah sebaik-baik ketetapan.

Allah ﷻ berfirman,

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).

Definisi Berpikir Positif pada Allah

Berpikir positif pada Allah ﷻ adalah perilaku hati dan kebaikan akhlak yang senantiasa mendorong seseorang berprasangka baik kepada Allah ﷻ yang ditandai dengan sikap tawakkal, merasakan kasih sayang, dan ampunan Allah ﷻ. Berpikir positif merupakan proses kognitif yang dapat mengubah mindset seseorang terhadap kehidupannya, dirinya, maupun lingkungannya. Dalam ajaran Islam menjelaskan bahwa prasangka, keyakinan, dan pola pikir individu sangatlah berpengaruh terhadap realitas kehidupan individu tersebut. [1]

Terhadap permasalahan dengan situasi yang tidak dapat dikendalikan, manusia pada hakikatnya dapat mengatasi dengan kontrol diri dan pikiran. Pikiran dan tindakan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Pikiran akan mempengaruhi tindakan seseorang. Oleh karenanya mengatur pikiran adalah hal mendasar yang krusial dilakukan. Berpikir positif sejatinya adalah bagian dari sikap mental atau ungkapan hati yang mencerminkan sebuah keyakinan dan keteguhan seseorang kepada Allah. Menurut ahli jiwa, kesehatan dipengaruhi oleh 70% pola pikir. Orang yang berpikiran positif jiwanya menjadi tenang dan tubuh menjadi rileks.[2]

Manfaat Berpikir Positif pada Allah

Berpikir positif pada Allah memiliki dampak positif, baik untuk kesehatan mental/psikologis dan juga kesehatan fisik.  Dampak positif untuk kesehatan mental sendiri diantaranya:

  1. Tidak mudah kecewa serta terhindar dari rasa, galau, disforia, depresi
  2. Menumbuhkan sifat optimis dan daya juang yang tinggi
  3. Jiwa menjadi tenang dan damai

Meneladani Kisah Nabi Ayyub

Sifat berpikir positif dapat diteladani dari kisah hidup Nabi Ayyub. Sebelum sakit, Nabi Ayyub merupakan sosok laki-laki yang gagah, memiliki harta berlimpah, memiliki istri yang shalihah, dan keturunan yang baik. Kemudian beliau mendapat ujian dari Allah dengan penyakit yang tidak ada obatnya sehingga mengalami tiga kondisi sekaligus yaitu kesakitan, kesedihan, dan kesendirian.

Nabi Ayyub diberikan penyakit berupa badan yang membusuk sehingga banyak belatung yang menempel. Orang-orang disekitarnya meninggalkan beliau, termasuk isteri-isteri dan anak-anaknya kecuali satu orang yang paling setia dan baik akhlaknya. Anak-anak Nabi Ayyub meninggal satu demi satu. Nabi Ayyub dan istrinya kemudian diasingkan pada sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Bahkan di tempat tinggalnya yang baru, beliau dan istrinya pun dikucilkan. Beliau dengan sabar dan lapang dada menerima musibah penyakit itu selama 18 tahun lamanya. Penyakit itu menggerogoti seluruh tubuhnya kecuali lidah dan hati. Dengan lidah dan hatinya itulah beliau senantiasa berdoa dan berdzikir pada Allah ﷻ.

Nabi Ayyub tidak pernah berburuk sangka pada ketetapan Allah. Selalu optimis dan berikhtiar dengan doa. Ujian yang diberikan Allah pada Nabi Ayyub tidak merubah akhlak mulianya. Senantiasa berpikir positif pada Allah, taat, dan ikhlas dalam beribadah. Beberapa lama kemudian Allah mencabut ujian yang diberikan kepada Nabi Ayyub dan mengembalikan nikmat sehat dan harta.

Dari kisah Nabi Ayyub ada poin-poin berpikir positif yang patut diteladani diantaranya,[3]

  1. Merubah dan menghilangkan prasangka buruk

Selama ditimpa ujian Nabi Ayyub o senantiasa mengatur mindset, berprasangka positif kepada Allah yaitu dengan menganggap bahwa penyakitnya bukan karena Allah tidak suka atau marah, tapi karena Allah ingin menguji beliau. Di samping itu juga menghilangkan prasangka buruk terhadap orang-orang yang mengucilkan beliau. Beliau merubah mindset dari berpikir negatif (su’uzhan) dengan berpikir positif (husnuzhan). Husnuzhan meningkatkan kesehatan secara fisik dan psikologis, menghilangkan depresi, dan membuat seseorang berusaha lebih keras untuk mencapai harapannya.

  1. Sabar dalam kesakitan, kesedihan dan kesendirian

Mampu mengendalikan emosi terlebih saat tubuhnya sakit serta orang-orang terdekat beliau mulai meninggalkan beliau.

  1. Bersyukur

Wujud syukur Nabi Ayyub menekankan pada gratefulness. Tidak hanya menekankan pada bentuk ekspresi maupun ungkapan terimakasih yang terlihat, tetapi mengarahkan pada kondisi kesadaran dalam diri yang lebih mendalam terhadap kondisi beliau. Disamping itu menjadikan beliau pribadi yang merasa cukup (qana’ah).

Semoga kita dapat meneladani dan mengambil hikmah dari kisah Nabi Ayyub Alaihissalam dan semoga Allah senantiasa menjaga kita dari pikiran yang dapat meruntuhkan mental, perbuatan, dan segala hal yang menjauhkan kita dari rahmat-Nya.

Maraji’ :

[1] Rusydi, Ahmad. “Husn Al-Zhann: Konsep Berpikir Positif Dalam Perspektif Psikologi Islam dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental” dalam Proyeksi, Vol. 7 (1), Tahun 2012, h.1-31.

[2] Rahmah, Mamluatur. “Husnuzan Dalam Perspektif Al-Qur’an Serta Implementasinya Dalam Memaknai Hidup” dalam Academic Journal of Islamic Principles and Philosophy, Vol. 2, No. 2, Tahun 2021.

[3] Harmaini. “Pikiran Positif Ala Nabi Ayyub AS” dalam Proyeksi Vol. 15 (1) 2020, h.22-34.

Download Buletin klik disini

Setiap Kebaikan Adalah Sedekah

Setiap Kebaikan Adalah Sedekah 

Fathurrahman Al Katitanji

*Ketua DMI Sardonoharjo periode 2023-2027

 

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,

Sahabat al-Rasikh yang semoga dirahmati Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,

وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”(QS. al-Baqarah [2]: 215). Tidak ada kebaikan yang luput dari ilmu Allah ﷻ, begitu pula tidak ada amal buruk yang lepas dari pengawasan Allah ﷻ. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk beramal dengan amal yang baik, karena setiap kebaikan adalah sedekah.

Berbuat Baik = Kehidupan Lebih Baik

Allah sudah menjamin kehidupan yang layak bagi yang mengerjakan amal shalih dari kalangan laki-laki dan perempuan dengan syarat ia beriman. Allah ﷻ berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl [16]: 97). Ini adalah balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik, pada ayat selanjutnya

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97). Ini adalah balasan di akhirat kelak, dengan balasan yang lebih baik dari apa yang kita perbuat.

Nikmat yang besar bagi siapa saja yang Allah ﷻ mudahkan untuk melakukan amal  kebaikan (a’mâlush shâlihât) dalam kehidupannya karena tidak semua orang mendapatkan taufiq-Nya. Adakalanya Allah bukakan pintu kebaikan lewat pintu sedekah namun tidak dibukakan dalam pintu tahajud, ada pula yang Allah mudahkan lewat pintu  tahajud tapi sulit dalam amal sedekah, ada juga yang Allah mudahkan dalam amal puasa sunnah namun tidak Allah bukakan dalam amal sedekah hartanya dan seterusnya.

Teruslah Tebar Kebaikan 

Berkaitan dengan ini disebutkan dalam riwayat dari Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, bersabda,

كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ

“Setiap kebaikan adalah sedekah.” (HR. Bukhari, no. 6021. Diriwayatkan pula oleh Muslim, no. 1005 dari hadits Hudzaifah). Karena setiap kebaikan adalah sedekah maka teruslah tebar kebaikan kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun.

Ada banyak riwayat dari Nabi dalam amal kebaikan. Diantaranya hadits dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ.

Tersenyummu diwajah saudaramu untukmu adalah sedekah.”

وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ

Kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar adalah sedekah.”

وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ

Kamu menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat jalan itu sedekah.”

وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ

Dan kamu menuntun orang yang penglihatannya rabun adalah sedekah untuk kamu.”

وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ

Dan kamu menyingkirkan bebatuan atau duri atau tulang dari jalan sedekah untuk kamu.”

وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

Dan kamu menuangkan air dari ember untuk ember saudaramu, itu adalah merupakan sedekah.” (HR. At-Tirmidzi no. 1956).

Sekiranya seseorang menanam tanaman, lalu tanaman itu tumbuh memberikan manfaat bagi makhluk-makhluk Allah ﷻ, niscaya hal itu menjadi sedekah baginya. Dari Jabir bin Abadullah z berkata, bahwa Nabi bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً.

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan darinya itu adalah sedekah untuknya, apa yang dicuri darinya adalah sedekah untuknya, dan apa yang diambil seseorang juga menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim, no. 1552).

Dalam riwayat lain disebutkan,

وَفيِ رِوَايَةٍ لَهُ: فَلَا يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا، فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

“Tiada seorang muslim yang menanam tanaman, kemudian ada yang makan darinya baik manusia, hewan ternak atau burung, atau yang lainnya kecuali menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari, no. 2320, 6012. Muslim no. 1552).

Adakah diantara kita yang sanggup dalam setiap harinya bersedekah dengan harta yang dimilikinya?

Tak Perlu Gelisah

Kita yang tidak memiliki harta banyak tidak perlu gelisah. Ada banyak pintu kebaikan yang Allah ﷻ berikan kepada umat Nabi Muhammad seperti dialog para sahabat dengan Nabi . Dari Abu Dzar, ia berkata,

أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ.

Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah  berkata kepada Nabi , “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi  bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bersedekah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah sedekah, tiap-tiap tahmid adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah“. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah  menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”.  (HR. Muslim no.2376)

Contoh yang Baik

Memberikan contoh yang baik, maka baginya kebaikan (pahala) dengan kebaikan yang sama. Saat kita sudah berada pada kebaikan (diatas hidayah), maka tunjukilah saudara kita kepada kebaikan yang kita jalani. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari, dia berkata Nabi bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun. (HR. Muslim, no. 2674).

Bukan sebaliknya, saat kita berada pada jalan yang menyimpang jangan pernah terbesit mengajak saudara kita pada kesesetan yang kita lakukan karena kita akan mendapatkan dosa jariyah. Dilanjutkan pada hadits berikutnya,

وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun juga.” (HR. Muslim, no. 2674).

Download Buletin klik disini

Anxiety: Mencemaskan Takdir, ‘Nggak Yakin sama Allah?

Anxiety: Mencemaskan Takdir, ‘Nggak Yakin sama Allah?

Syaza Qanita

*Prodi Farmasi – FMIPA 2023

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh,

Akhir-akhir ini ramai isu mental awareness di kalangan anak muda terutama mengenai anxiety atau tentang kecemasan dan kegelisahan dalam diri yang tak kunjung reda. Perasaan ini dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali pada anak kecil, remaja, dan orang dewasa sekalipun. Tentu saja masalah kecemasan ini mengacu pada situasi kondisi yang ragu, tidak tenang, tidak yakin terkait masa depan yang dirancang dan dirahasiakan oleh Sang Pencipta Maha Agung, tak lain dan tak bukan adalah Allah ﷻ.

Lalu pertanyaannya, mengapa cemas? Mengapa gelisah? ‘Nggak yakin sama ketetapan Allah?

Manusia adalah makhluk Allah yang dianugerahi otak untuk berpikir dan bermuhasabah. Pikiran manusia sebenarnya tak jauh-jauh dari masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Namun, masa depan ini yang kerap kali menghantui pikiran alam bawah sadar manusia. Tidak ada salahnya memikirkan masa depan, tetapi kenali batasan dan jangan berlebihan. Pasti tau dong, kenapa ‘nggak boleh berlebihan? Yap, karena berdampak negatif, terutama pada kesehatan mental diri.

Manusia tempatnya salah dan lupa. Tanpa disadari, mungkin kita sering mengeluh. Mengadu protes kepada Allah, “Mengapa harus aku yang mengalami ini? Mengapa harus aku ya Allah?” ketahuilah saudaraku, perang terbesar selain berperang pada hawa nafsu adalah perang melawan perasaan diri kita sendiri. Kita sering kali merasa kurang, merasa tidak beruntung. Tetapi, pada hakikatnya manusia itu sifatnya tidak akan pernah puas dan akan terus-menerus seperti itu.

Padahal Itu Baik Bagimu

Boleh-boleh saja galau tentang masa depan. Tetapi jika sudah sampai tahap sangat cemas dan ragu akan takdir Allah ﷻ, maka cepatlah untuk bertaubat dan kembali lagi mengingat Allah. Kerisauan akan masa depan yang ada pada manusia sama saja dengan meremehkan kebijaksanaan dan kemampuan Allah ﷻ yang menyediakan masa depan.

Jika umat muslim harus khawatir tentang masa depan, hari penghakiman kelak adalah satu-satunya masa depan yang pantas dan selayaknya untuk dicemaskan. Manusia bisa berusaha mencegah hasil yang buruk dengan mengambil tindakan saat ini. Takutlah akan hukuman Allah dan tinggalkan urusan masa depan kehidupan sesuai atas kehendak Allah ﷻ. Mari mengingat kembali pada penggalan salah satu ayat yang terkenal ini.

Allah ﷻ berfirman,

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).

Ayat Al-Quran ini mengingatkan kita untuk tetap husnuzon kepada Allah ﷻ dengan apapun keadaan kita. Sebagai manusia, pasti kita akan diberikan keadaan-keadaan sulit untuk menguji apakah kita layak naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Allah ﷻ menempatkanmu di tempatmu sekarang bukan karena kebetulan. Allah ﷻ telah menentukan jalan yang terbaik, Dialah yang sedang melatihmu untuk menjadi kuat dan hebat. Manusia yang bermental kuat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenagan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk dengan kesukaran, tantangan, dan air mata.

Gantungkan Segala Harapan Kepada Allah

Mintalah yang terbaik kepada Allah ﷻ, berdoalah yang khusyuk kepada Allah ﷻ. Sebaik-baik harapan adalah harapan yang langsung diharapkan hanya untuk meraih ridha dan restu dari Allah ﷻ. Sesungguhnya, Allah ﷻ menyukai orang-orang yang menggantungkan harapan kepada-Nya.

Allah ﷻ berfirman,

اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗوَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat.” (QS. Ar-Rad [13]: 26).

Tuh, guys! Sebenarnya maksud Allah itu baik, kok. Pasti suatu saat ada hikmah baiknya. Nantinya untuk masa depan kamu, kalau Allah sudah memberikan jalan hidupmu seperti itu, maka seperti itulah jalan hidupmu. Tak perlu berkecil hati karena tidak sesuai dengan apa yang kamu rencanakan sebelumnya. Ketahuilah, itu masih rencana yang disusun oleh dirimu sendiri, hidupmu yang sekarang inilah rencana yang disusun langsung oleh Allah. Cukup jalani saja dengan hati yang lapang dan Ikhlas. Percayalah hanya pada-Nya.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali-Imran [3]: 139).

Allah bilang gitu, lho! Ceritanya disemangatin sama Allah langsung, nih. Jadi, jangan terlalu bersedih, terlalu cemas, terlalu gelisah, dan terlalu-terlalu lainnya, yaa! Bisa ‘kan? Ini bentuk rasa sayang kita terhadap hati, pikiran, jiwa, dan mental. Iya ‘nggak?

Maka dari itu, mulai sekarang jangan terlalu mencemaskan masa depan, lebih baik persiapkan saja masa depan itu. Sesungguhnya masa depan itu didapatkan dari apa yang mereka usahakan. Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai. Namun, balik lagi dengan segala ketetapan Allah. Takdir-Nya lah sebaik-baiknya takdir. Terima saja, yakinlah hanya kepada Allah.

Meski setiap takdir-Nya tidak selalu seperti apa yang kita mau, tetapi semoga kita semua terus jatuh cinta dengan seluruh takdir yang sudah Allah tetapkan. Karena bagaimanapun, hidup ini adalah tentang apa yang Allah mau, bukan sekadar apa yang kita mau. Terakhir, ingatlah bahwa apa yang akan menjadi milikmu, maka pasti akan menghapiri dan menjadi milikmu. Put your trust just to Allah and you’ll get over it! Barakallahu fii kum.

Maraji’

[1] Corbin, Theresa. How to calm anxiety? Leave the future alone until it comes. https://aboutislam.net/reading-islam/finding-peace/trusting-allah/leave-the-futre-alone-until-it-comes/ . Diakses 27 September 2023.

[2] Islam Digest. Khawatir masa depan, ingatlah ketetapan Allah. https://islamdigest.republika.co.id/berita/ri871t430/khawatir-masa-depan-ingatlah-dengan-ketetapan-allah . Diakses 29 September 2023.

[3] Tim Humas. Dalil-dalil Penetapan Takdir Allah Ta’ala. https://an-nur.ac.id/dalil-dalil-penerapan-takdir-allah-taala/ . Diakses 5 Oktober 2023.

Download Buletin klik disini

Atasi Insecurity Dengan Dekatkan Diri Pada Ilahi

Atasi Insecurity Dengan Dekatkan Diri Pada Ilahi

Aura Rahadatul Aisyi

*Ahwal Syakhsiyah IP Universitas Islam Indonesia

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâhi, waba’du.

Insecure atau rasa tidak percaya diri tentunya pernah dirasakan setiap orang, tak jarang rasa insecure ini membuat seseorang merasa lebih rendah dari orang lain. Perasaan insecure sering kali dialami karena terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, kurangnya rasa penerimaan terhadap diri sendiri juga lingkungan yang kurang mendukung membuat rasa insecure tumbuh semakin besar dalam diri seseorang sehingga menutupi potensi potensi yang sebenarnya ia miliki. Sebenarnya perasaan ini adalah perasaan yang wajar dialami oleh setiap manusia, namun ketika perasaan ini mulai berlebihan dan membawa dampak negatif maka harus segera diatasi.

Nah, sebelum masuk ke pembahasan cara mengatasi insecure, hendaknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan insecure itu sendiri. Menurut direktorat pelayanan kesehatan kementrian kesehatan,  insecure adalah istilah untuk menggambarkan perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi munculnya perasaan insecure baik berasal dari diri sendiri maupun orang lain diantaranya adalah  perasaan kesepian, perfeksionis, pandangan orang lain dan beberapa faktor lainnya.

Bagaimana Islam memandang insecure?

Rasa insecure adalah wujud dari ketidak percayaan diri dan kurangnya rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah ﷻ beri. Beberapa kali Allah ﷻ menyebutkan dalam Al Qur’an agar manusia senantiasa bersyukur dan percaya bahwa Allah ﷻ telah menciptakan setiap dari kita dengan porsinya masing masing. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman,

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman”. (QS. Ali Imran [3]: 139).

Allah ﷻ telah menegaskan dalam ayat tersebut agar manusia tidak merasa lemah dan bersedih hati karena sungguh Allah ﷻ akan mengangkat derajat orang-orang yang senantiasa percaya akan adanya pertolongan Allah ﷻ. Jika merujuk pada surah At Tin ayat 4. Allah ﷻ  berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tîn [95]: 4).

Artinya manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ﷻ ciptakan dibandingkan dengan mahkluk yang lainnya. Maka alangkah baiknya kita sebisa mungkin menjauhi perasaan insecure yang membuat kita lupa akan karunia yang telah Allah ﷻ berikan. Lalu jika perasaan insecure itu terlanjur datang, apa yang bisa kita lakukan?

Mengatasi insecurity

Sebenarnya setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengatasi rasa insecure, namun berikut ini beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan saat insecure terasa mulai menghantui:

  1. Dekatkan diri pada Allah dan perbanyak dzikir

Memperbanyak dzikrullah menjadi salah satu cara untuk membuat hati tetap tenang sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an surah Ar Ra’d ayat 28. Allah ﷻ berfirman,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [13]: 28).

Mendekatkan diri pada Ilahi dapat juga dengan mengingat nikmat yang telah kita rasakan sampai saat ini, dengan banyak mengingat nikmat Allah akan meningkatkan rasa syukur terhadap karunia Allah ta’ala. Bagaimana perhatian Rasulullah kepada sahabat Mu’adz z, bahwa Rasulullah ﷺ memegang tangannya dan beliau berkata, “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Lalu beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap shalat,

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.’ (HR. HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

  1. Belajar menerima dan mencintai diri sendiri

Tak jarang pencapaian dan penilaian orang lain membuat kita selalu merasa kurang terhadap diri kita sendiri, merasa diri lebih rendah dan tidak setara dengan orang lain. Padahal sebenarnya jika kita mau sedikit menghilangkan rasa rendah diri dan melihat pada diri sendiri, kita memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi suatu hal yang dapat dibanggakan karena sesungguhnya nilai kita tidak terletak pada validasi orang lain. Jadi tak perlu selalu mendengarkan perkataan buruk orang lain, cukup fokus pada pengembangan diri sendiri.

  1. Maksimalkan kelebihan

Setiap orang pasti terlahir lengkap dengan kelebihan serta kekurangan, jangan selalu fokus pada kekurangan tetapi maksimalkan kelebihan yang kita miliki. Kelebihan tidak selalu terletak pada hal hal yang menghasilkan karya lahiriah, tetapi kelebihan juga bisa berwujud soft skill seperti kemampuan bersosialisasi yang baik, menjadi pendengar yang handal dan kelebihan kelebihan lainnya yang bahkan sering kali tidak kita sadari. jangan mengikuti standar kemampuan oraang lain, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda beda.

  1. Bergerak dan tidak bermalas malasan

Inilah kunci utama dari mengatasi rasa insecure, tanpa pergerakan tentu saja semua niat yang telah kita rencanakan untuk menghilangkan insecurity akan sia sia. Niat dan tekad yang kuat juga harus disertai dengan pergerakan yang sepadan.

Pada dasarnya memiliki rasa insecure bukanlah suatu hal yang buruk jika rasa tersebut tidak terlalu berlebihan dan berdampak buruk, apalagi jika dengan insecurity kita mau berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Insecurity dapat menjadi trigger motivasi awal, yang tanpanya mungkin kita aan tetap seperti sebelumnya dan tanpa perkembangan. Jadi, kita membutuhkan secuil insecurity sebagai penggera awal. Jangan jadikan insecurity sebagai alasan kita enggan maju dan berkembang. Semoga bermanfaat.

Marâji’:

Alvi Syahrin. Insecurity Is My Middle Name. Surabaya: Alvi Ardhi Publishing. 2022 M. Cet.k-7.

Isna Syiamtari. “Insecure dalam perspektif islam”. https://rahma.id/insecure-dalam-perspektif-islam/. Diakses pada 6 September 2023.

Tim Promkes RSST – RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. “Mengenal Insecure”.  https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/255/mengenal-insecure-dan-cara-mengatasinya. Diakses pada 6 September 2023.

Muhammad Firman Syahrani. “Cara Mengatasi Insecure Menurut Islam, Insecure Dapat Membuat Anda Terbujur”. https://senyummandiri.org/cara-mengatasi-insecure-menurut-islam-insecure-dapat-membuat-anda-terkujur/. Diakses pada 8 September 2023.

Download Buletin klik disini

Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid

Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid

Nur Diana Anggar Kusuma

 

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillâh, waba’du.

Sahabat Ar-Rasikh yang semoga senantiasa dirahmati Allah, satu bulan sudah kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan, bulan yang mulia, juga sebagai madrasah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah ﷻ. Hari kemenangan pun sudah kita rayakan, kemenangan melawan hawa nafsu pada diri kita.

Begitu luar biasanya keistimewaan bulan Ramadhan sehingga banyak orang berlomba-lomba dalam beribadah. Suasana selama bulan Ramadhan pun sangat luar biasa indah, bagaimana kita menyaksikan ibadah seperti candu, masjid-masjid dipenuhi dengan orang-orang bersahut-sahutan membaca Al-Qur’an, shalat berjamaah, berdzikir, iktikaf, dan kegiatan-kegiatan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.

Akan menjadi kebiasaan yang sangat bagus jika pasca Ramadhan seseorang masih mampu menjaga tilawahnya, masih mampu menjaga shalat malamnya, mampu menjaga sedekahnya, mampu menjaga shalat berjamaah di masjid, mampu menjaga dan mengelola amarahnya dan menjaga segala sesuatu yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan.

Karena sesungguhnya Rabb yang disembah dibulan Ramadhan itu sama saja dengan Rabb yang disembahnya di bulan Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan seterusnya. Jika seseorang mampu istiqamah dengan pola hidup di atas maka sesungguhnya ini merupakan salah satu indikator diterimanya ibadah Ramadhan kita, karena pada hakikatnya, “Balasan kebaikan itu adalah kebaikan setelahnya, dan balasan keburukan adalah keburukan setelahnya”.[1]

Tak Ada Yang Menghalanginya

Namun, bagaimana dengan perempuan yang sedang berhalangan (haid)? Dalam hati ingin sekali istiqamah menjalankan ibadah sebagaimana yang dilakukan pada bulan Ramadhan, namun tidak bisa menunaikan ibadah terutama shalat dan puasa. Lalu bagaimana caranya agar perempuan yang sedang haid tetap bisa memaksimalkan ibadah?

Sesungguhnya Islam adalah agama yang sempurna, tentunya ada solusi dari setiap permasalahan. Wanita haid tetap boleh melaksanakan amalan-amalan ibadah, kecuali ibadah-ibadah tertentu yang dilarang syariah. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu Al-Yaqin” (QS. Al-Hijr [15]: 99)[2]. Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-Yaqin pada ayat di atas adalah kematian.

Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid

Pertama, berdzikir dan berdoa.

Salah satu ibadah yang tetap dapat dilakukan saat sedang haid adalah berdzikir dan berdoa. Berdzikir artinya mengingat Allah ﷻ agar dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Berdoa bisa dilakakukan kapan saja, misalnya doa setelah adzan, doa seusai makan, doa memakai baju atau doa hendak masuk WC, dll.

Imam Ibnu Baz mengatakan, “Wanita haid dianjurkan untuk berdzikir sebagaimana manusia lainnya, seperti membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, bertaubat, mendengarkan Al-Qur’an dari orang yang membacanya, ikut kajian, mendengarkan rekaman kajian ilmu atau tafsir, atau yang lainnya[3].

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad ﷺ ketika ‘Aisyah haid saat haji, Nabi ﷺ bersabda padanya,

فَافْعَلِى مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِى

Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)[4].

Kedua, bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.

Ibadah berikutnya yang bisa dilaksanakan saat sedang haid adalah sedekah. Amalan yang tetap bisa dilakukan  diantaranya berdoa, berdzikir,  dan  memperbanyak sedekah.[5] Sedekah adalah perbuatan yang memiliki dampak luar biasa, tidak hanya mengharap pahala dari Allah ﷻ tetapi juga memberi manfaat kepada orang lain.

Disebutkan dalam hadits dari Sa’id bin Abu Burdah, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi ﷺ bersabda, “Setiap muslim itu harus bersedekah”, para sahabat bertanya, “Bagaimana jika dia tidak memiliki sesuatu (harta) yang akan disedekahkannya?” Beliau menjawab, “Hendaklah ia bekerja hingga memperoleh hasil yang bermanfaat bagi dirinya dan dengannya ia dapat bersedekah”, mereka bertanya lagi: “Jika ia tidak sanggup melakukannya?” Rasulullah menjawab, “Hendaklah ia membantu orang yang membutuhkan pertolongan”, mereka kembali bertanya, “Jika hal itu tidak sanggup ia lakukan?” Rasulullah menjawab, “Hendaklah ia memerintahkan suatu kebaikan dan menahan diri dari berbuat mungkar, itu merupakan sedekah baginya” (HR. Bukhari dalam kitab Zakat no. 1445, dan Muslim no. 1008).[6]

Ketiga, belajar ilmu agama.

Setelah dzikir dan sedekah, wanita yang sedang haid juga bisa melaksanakan ibadah dengan belajar ilmu agama atau menuntut ilmu agama. Menuntut ilmu adalah suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Tanpa adanya ilmu, manusia tidak bisa melakukan segala hal.

Dalam mencari nafkah perlu ilmu, beribadah perlu ilmu, dan bahkan makan dan minum pun memerlukan ilmu. Dengan begitu menuntut ilmu merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditolak apalagi menyangkut dengan kewajiban seseorang sebagai hamba Allah ﷻ. Jika seseorang tidak memahami kewajibannya sebagai hamba, maka bagaimana bisa dia memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.[7]

Menuntut ilmu bukan berarti harus mengikuti pendidikan formal, ilmu bisa didapatkan dari mana saja. Menghadiri kajian ilmu, tabligh akbar, membaca buku, atau menyimak majelis ilmu secara daring dari berbagai sosial media. Terlebih lagi, di era digitalisasi seperti saat ini kita bisa mendapatkan ilmu dari mana saja dalam genggaman tangan. Namun, kita juga perlu tabayyun dan memfilter berbagai ilmu yang kita dapat dengan memastikan kebenaran ilmu tersebut.

Sahabat Ar-Rasikh, masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa menjadi sumber pahala bagi wanita haid. Karena itu, tidak ada alasan untuk bersedih atau tidak terima dengan kondisi haid yang dia alami. Dan begitu banyaknya kemudahan untuk mengerjakan ibadah meski sedang berhalangan sekalipun. Berdzikir, sedekah, dan menuntut ilmu adalah tiga contoh ibadah yang bisa dilakukan wanita yang sedang haid. Maka, tidak ada lagi alasan untuk tidak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya kepada sahabat Ar-Rasikh sekalian. Wa Allahu ‘alam.

Marâji’:

[1] Ilmiah, Wardatul, dkk. 2021. Pendidikan Karakter dalam Puasa Ramadhan. Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ) Vol 7. 1 Juni 2021. h. 51-60.

[2] Senja, Ratu Aprilia. 2018. Mencari Pahala Disaat Haid. Surabaya: Pustaka Media.

[3] Ibid.

[4] Muhammad Abduh Tuasikal “Mendapati Haid Ketika Thawaf Ifadhah”

https://rumaysho.com/3667-mendapati-haid-ketika-thawaf-ifadhah.html. Diakses pada Selasa, 26 Maret 2024.

[5] Rosana, H. M. (2016). Ibadah Penuh Berkah Ketika Haid dan Nifas. Lembar Langit Indonesia.

[6] Faris, Luthfi Ahmad, dkk. 2024. Keutamaan Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi. SYNERGY Vol (1) No. 4. h. 266-274.

[7] Lubis, Z. 2016. Kewajiban Belajar. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumut Medan.

Download Buletin klik disini