Penyebab Sulitnya Ilmu Masuk Ke Dalam Hati
Penyebab Sulitnya Ilmu Masuk Ke Dalam Hati
Nur Laelatul Qodariyah*
Pembaca Al-Rasikh yang diberkahI Allâh ﷻ, pernahkah kalian merasakan sulitnya belajar memahami dan mencerna suatu ilmu yang sedang dipelajari? bahkan untuk mempelajari satu kalimat saja itu sangat sulit, bukan kalian saja yang merasakannya sulitnya belajar, para ulama zaman dulu juga pernah merasakannya. Penulis teringat dengan salah satu ulama yang berjuang untuk tetap belajar walaupun dirinya dikenal dengan murid yang bodoh dan tertinggal di madrasahnya, dikisahkan beliau ini sudah lama belajar namun belum juga paham, pada akhirnya beliau sempat menyerah dan ingin kembali kerumahnya, namun kyainya berpesan untuk tetap belajar.
Kemudian beliau pulang ke rumahnya dan di tengah perjalannya hujan deras menimpa dan beliau harus meneduh di gua, beliau ini tidak sengaja mendengar suara yang ternyata tetasan dan gemercik air hujan itu mengenai batu besar. Batu itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air hujan.
Dari kejadian hal tersebut beliau berfikir masa saya sebagai manusia kalah dengan batu, padahal akal dan pikiran saya tidak sekeras batu, beliau merenung. Kemudian beliau balik dan menuntut ilmu kembali, beliau adalah Ibnu Hajar al ‘Asqani, seorang ahli hadits dari Mazhab Syafi’i terkemuka. Karaya beliau yang sering menjadi bahan referensi antgara lain; Fath al-Bari, Bulûgh al-Maram, Tahdzib al-Tahdzib, dan lainnya.[1] Dari kisah beliau dapat kita renungkan bahwa mencari ilmu itu kuncinya adalah sabar dan berusaha untuk belajar bagaimana kita bisa mudah dalam belajar meski sulit untuk dilakukan.
Ilmu adalah Cahaya
Ilmu adalah cahaya yang datangnya dari Allâh ﷻ untuk menerangi dan memberikan kita nafas panjang agar selalu mengingat dan memberikan kita petunjuk tentang arah dan tujuan kita berlayar. Dasar untuk menuntut ilmu adalah dengan niat untuk memulai, agar kita bisa selalu konsisten dan hati kita bisa menerima tentang apa yang akan kita pelajari. Bukan hanya sekedar mempelajari namun juga memasukannya ke dalam hati, agar terus berkomitmen dan menjaga daripada ilmu yang akan masuk ke dalam diri kita.
Karena ilmu pengetahuan itu bisa membedakan kita antara yang benar dan yang salah, bisa memberikan petunjuk dan pedoman yang benar agar kita bisa bertakwa dan juga menjauhi larangan-Nya. Ilmu adalah bekal yang tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah habis masanya, satu-satunya cara agar bisa memprotect kita dari segala sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui.
Cara agar kita bisa mendekatkan diri kepada Allâh ﷻ dan cara bagaimana kita bisa berdoa dengan adab-adab yang benar, bukankah itu perlu adanya ilmu? Tidak mungkin kita bisa mengetahui sesuatu tanpa sebelumnya kita pelajari? itu mustahil, kecuali atas kehendak Allâh ﷻ. Sebagai manusia kita diwajibkan untuk menuntut Ilmu hal itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Allâh ﷻ berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah [58]: 11).[2]
Dalam riwayat disebutkan dari sahabat Anas bin Malik, Rasâlullâh ﷺ bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR Ibnu Majah no. 224).[3]
Sebab Ilmu Sulit Digapai
Ada beberapa hal yang perlu kita pahami, bahwa ada sebab-sebab yang dapat menghalangi datangnya ilmu dan membuatnya sulit untuk kita pahami, di antaranya ialah:
- Niat yang Rusak
Niat adalah dasar atau permulaan, jika niatnya salah atau rusak maka keseluruhannya juga akan rusak juga.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab, ia berkata bahwa ia mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan bagi seseorang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907).[4]
Oleh karena itu mulai sekarang perbaiki niat kita dan obati niat kita dengan mencari ilmu itu niatnya karena Allâh ﷻ, ilmu apapun itu niat kita ditujukan kepada Allâh ﷻ, jika niatnya itu hanya untuk perolehan dunia maka apa yang akan diperoleh nanti itupun sesuai dengan apa yang diniatkan.
- Banyak Alasan untuk tidak memulai karena sibuk
Sampai kapan kita akan diperbudak dengan kata sibuk dan capek, sesibuk-sibuknya kamu tidak mungkin kerja itu tanpa istirahat, apalagi di era modern sekarang yang tidak ada kata perbudakan seperti zaman dulu, ditambah berkembangnya teknologi. Apakah berbagai kesibukan yang ada merupakan salah satu penyebab penghalang dirimu untuk menuntut ilmu? saya rasa tidak. Karena jika Allâh ﷻ buka pintu hatinya, ia akan bisa me manage waktunya untuk menuntut ilmu dan hadir di majelis-majelis ilmu.[5]
- Bosan dalam menuntut ilmu
Salah satu penghalang untuk menuntut ilmu adalah dengan merasa bosan, ada kalanya seorang penuntut ilmu itu mengalami rasa bosan. Tetapi bukan berarti rasa bosan tersebut itu membuat kita itu mati untuk bergerak. Mati untuk berusaha melawan rasa bosan itu. Tidak masalah jika setiap hari waktu yang digunakan untuk belajar itu hanya 15 menit atau 30 menit. Hal tersebut lebih baik kan daripada tidak sama sekali dilakukan, atau bahkan berhenti untuk belajar lagi.
- Menilai dirinya sudah bisa
Salah satu penyakit yang bisa menghalangi kita untuk teus mengexplore dan menuntut ilmu adalah dengan merasa bisa dengan apa yang baru kita pelajari, padahal ilmu pengetahuan itu sangat luas, bukan hanya luas tapi sesuatu ilmu yang baru kita pelajari perlu kita ulang agar tidak lupa dan menetap dihati, bukan seperti masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
- Tidak mau mengamalkan ilmu
Ilmu itu harus disebarkan jangan di tahan, semakin kamu mengamalkannya dan mengajarkannya, maka ilmu yang kamu peroleh tersebut akan menjadi berkah dan dengan cara mengamalkannya secara tidak langsung kamu juga belajar mengulang dan memperkuat ilmumu agar tidak lupa.
* Alumni Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
Maraji’ :
[1] Arip Suprasetio. “Mengenal Perjuangan Ibnu Hajar al ‘Asqalani dalam menuntut ilmu.” https://jatman.or.id/mengenal-perjuangan-ibnu-hajar-al-asqalani-dalam-menuntut-ilmu , diakses pada Selasa 14 Oktober 2025.
[2] Anang Susilo, “Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Islam.” http://fcep.uii.ac.id/wp-content/uploads/2023/08/Anang-Susilo_Keutamaan-Menuntut-Ilmu-dalam-Islam.pdf. Diakses pada 15 Oktober 2025.
[3] Fatharani Fariha. “Keutamaan Menuntut Ilmu Agama.” https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html. Diakses pada 15 Oktober 2025.
[4] Muhammad Abduh Tuasikal. “Hadits Arbain 01: Setiap Amal Tergantung Pada Niatnya.” https://rumaysho.com/16311-hadits-arbain-01-setiap-amalan-tergantung-pada-niat.html. Diakses pada 15 Oktober 2025.
[5] Yazid bin Abdul Qadir Jawas. “Penghalang-Penghalang dalam Menuntut Ilmu.” https://almanhaj.or.id/3280-penghalang-penghalang-dalam-menuntut-ilmu-1.html. Diakses pada 15 Oktober 2025.
Download Buletin klik di sini