Tidak Harus Lebih Hebat dari Orang Lain
Tidak Harus Lebih Hebat dari Orang Lain
Muhammad Ardan Halim*
Pernahkah kamu merasa hidupmu berjalan lebih lambat dari orang lain? Saat teman-teman sudah lulus, bekerja, menikah, atau sukses, sementara kamu masih berjuang di tempat yang sama. Rasanya seperti tertinggal, padahal kamu pun sudah berusaha sekuat tenaga.
Perasaan itu wajar, tapi jangan dibiarkan berlarut. Membandingkan diri hanya akan membuat hati lelah dan lupa bersyukur. Ingat, setiap orang punya jalan dan waktunya masing-masing. Ada yang rezekinya datang cepat, ada yang harus menunggu lebih lama. Ada yang langsung mendapat pekerjaan setelah kuliah, ada yang masih mencari arah terbaik. Ada yang cepat bertemu jodoh, ada pula yang sedang Allah jaga dalam penantian. Semua berjalan sesuai takdir-Nya, penuh hikmah dan pelajaran.[1]
Mungkin hari ini terasa biasa saja, tapi setiap hari sejatinya membawa peluang baru untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Tidak perlu langsung sempurna atau luar biasa cukup berusaha menjadi versi dirimu yang sedikit lebih baik dari kemarin.
Melawan Diri Sendiri, Bukan Orang Lain
Perjalanan hidup seorang mukmin sejatinya bukan untuk mengalahkan orang lain, tapi mengalahkan diri sendiri. Musuh terbesar bukan teman atau tetangga, melainkan hawa nafsu, rasa malas, iri, dan putus asa yang sering menahan langkah kita.
Namun perjuangan melawan diri sendiri sering terasa berat karena kita terlalu sibuk membandingkan hidup dengan orang lain. Padahal setiap orang punya jalan dan waktunya masing-masing. Berdamai dengan diri sendiri berarti belajar menerima kelebihan dan kekurangan yang Allah titipkan, tanpa terus menyalahkan diri atas hal yang tak bisa diubah. Kita belajar lebih jujur pada diri sendiri, tumbuh dengan cara yang sehat, dan mencintai diri apa adanya tanpa kehilangan semangat untuk terus memperbaiki diri.[2]
Dari Abu Hurairah z, ia berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian.” (HR Al-Bukhâri no. 6490 dan Muslim no. 2963).
Hadis ini mengajarkan kita untuk fokus pada nikmat yang sudah ada. Dengan berhenti membandingkan dan mulai bersyukur, hati menjadi lebih tenang, hidup terasa cukup, dan langkah menuju kebaikan pun menjadi lebih ringan.[3]
Jadilah Lebih Baik Dari Kemarin
Dalam kehidupan ini, sering kita dengar sebuah nasihat sederhana namun bermakna: “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.” Ungkapan ini bukan sekadar motivasi, tetapi mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya memperbaiki diri dari waktu ke waktu.[4]
Allâh ﷻ berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18)
Ayat tersebut mengajarkan pentingnya bagi setiap orang untuk merefleksikan perbuatannya dan berupaya memperbaiki diri. Pesan ini sejalan dengan nilai dalam Islam yang menekankan bahwa setiap hari merupakan peluang baru untuk meningkatkan kualitas iman dan amal. Umat Islam diajak untuk menyadari bahwa setiap kebaikan yang dilakukan hari ini akan menjadi bekal berharga untuk masa depan baik di dunia maupun di akhirat.[5]
Jika kemarin kita lalai dalam beribadah, hari ini cobalah memperbaikinya. Jika kemarin hati sering mengeluh, hari ini biasakan bersyukur lebih banyak. Bila kemarin kita sibuk membandingkan diri dengan orang lain, hari ini belajarlah menerima takdir dengan lapang dada. Karena keberuntungan sejati tidak datang dari luar diri, tapi tumbuh dari usaha untuk menjadi lebih baik di dalam diri.
Perubahan Kecil yang Bermakna
Setiap kebaikan, sekecil apa pun, bernilai besar di sisi Allah. Jangan pernah meremehkan langkah kecil menuju kebaikan, karena dari situlah lahir perubahan besar dalam hidup.
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR Muslim no. 783)
Hadits ini mengajarkan bahwa Allah lebih mencintai konsistensi daripada banyaknya amal yang dilakukan sekaligus lalu ditinggalkan. Tanda cinta kepada Allah ialah ketika seseorang berusaha menjaga amal salehnya secara istiqamah meskipun sederhana. Cinta itu juga membuat kita lebih menghargai perintah dan larangan-Nya, merasa tenang ketika bisa menaati-Nya, dan merasa bersalah bila tergelincir dalam maksiat.[6]⁶
Mulailah dari hal-hal kecil yang bisa kamu perbaiki setiap hari. Jika kemarin shalat masih sering terlambat, hari ini cobalah untuk tepat waktu. Jika kemarin hati mudah iri, hari ini belajarlah untuk ridha. Jika kemarin banyak keluh kesah, hari ini perbanyaklah syukur.
Tidak perlu terburu-buru menjadi sempurna. Cukup melangkah sedikit demi sedikit menuju kebaikan. Karena di sisi Allah, setiap peningkatan sekecil apa pun tetap dihitung dan sangat berarti.
Dunia akan selalu menawarkan perbandingan, dan kita akan selalu menemukan orang yang lebih dari kita dalam berbagai hal. Namun, Allah tidak menilai siapa yang paling hebat dibandingkan orang lain, melainkan siapa yang terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
Cukuplah kita bertanya pada diri sendiri setiap malam: “Apakah hari ini aku lebih baik dari kemarin?” Jika jawabannya “iya”, walau hanya sedikit, maka itulah kemenangan sejati seorang mukmin. Wallāhu a‘lam.
* Mahasiswa Prodi Ahwal Syakhshiyah UII 2022.
Maraji’ :
[1] Mufakat Al‑Banna Indonesia. “Jadilah Lebih Baik Dari Kemarin.” https://mufakatalbanna.or.id/jadilah-lebih-baik-dari-kemarin/. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2025.
[2] Suko Wahyudi. “Berdamai dengan Diri Sendiri”, https://suaramuhammadiyah.id/read/berdamai-dengan-diri-sendiri –Diakses 20 Oktober 2025.
[3] Ibid.
[4] Muchlis. “Hari Ini Harus Lebih Baik dari Hari Kemarin dan Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini.” https://badilag.mahkamahagung.go.id/pojok-dirjen/pojok-dirjen-badilag/hari-ini-harus-lebih-baik-dari-hari-kemarin-dan-hari-esok-harus-lebih-baik-dari-hari-ini-oleh-drs-h-muchlis-s-h-m-h-27-09. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2025.
[5] Ibid.
[6] Fauzan Hidayat. “Enam Kiat Mengatasi Godaan Setan” – 2025. https://muslim.or.id/104373-enam-kiat-mengatasi-godaan-setan.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2025.
Download Buletin klik di sini











