TIDAK ADA MANUSIA YANG HIDUP SEMPURNA

Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.” (QS al-Isrâ’ [02]: 70)

Sejatinya manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di antara ciptaan Allah yang lainya, manusia dengan otaknya dapat berpikir, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan otaknya pula manusia dapat berinovasi dalam menciptakan sesuatu yang baru, dan manusia juga merupakan makhluk sosial yang saling melengkapi. Tapi dalam kesempurnaan manusia ternyata Allah tidak menciptakan semua manusia di dunia ini dengan sangat sempurna, setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan Allah telah menentukan takdir setiap manusia yang hidup di dunia ini.

Ahmad merupakan anak dari keluarga miskin, kehidupannya serba kurang dan jauh dari cukup, Ahmad memiliki ayah yang bekerja sebagai tukang becak berpenghasilan kecil, serta ibu yang hanya dapat memulung sampah dan adik kecil yang masih duduk di bangku SD. Suatu hari Ahmad tidak mau berkerja dan memanjakan dirinya untuk jalan-jalan ke taman kota. Ahmad melihat setiap manusia di taman tersebut bahagia dan sempurna seakan dirinya manusia yang paling tidak beruntung di dunia.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang tampan nan kaya duduk sendiri di pojok taman kota, “Hai saya Ahmad, mengapa kamu hanya duduk sendirian tanpa melakukan kegiatan seperti orang lain di sini?” ucap Ahmad. “Iya, aku menunggu seseorang datang menjemputku, dia adalah pamanku”. “Kenapa pamanmu? Kenapa kamu tidak dijemput ayah atau ibu kamu?”. “Ibuku telah meninggal setahun yang lalu saat liburan ke Thailand, dan ayahku sedang ada tugas di Prancis, aku sekarang dirawat oleh pamanku.” Jawabnya. “Oh maaf, bukanya aku ingin buka luka lamamu”. “Tidak apa kawan, bukanya setiap manusia sudah memiliki taqdir masing-masing?”

Lalu dalam hati Ahmad berkata “Alangkah beruntungnya saya masih memiliki kedua orang tua yang selalu mencintaiku dengan sepenuh hati”. “Emangnya kamu habis dari mana? Kok tau-tau ada di sini?” Tanya Ahmad. “Aku habis dari rumah sakit di sebelah taman kota, aku kena kanker darah stadium akhir” Jawabnya. “Oh maaf, bukan bermaksud saya menyinggung kamu”. “Tak apa kawan, inilah jalan hidupku, walaupun aku kaya tetap saja aku tidak merasakan harta yang melimpah, tidak bisa merasakan kehangatan berkumpul bersama keluargaku, bahkan aku diasuh oleh paman, bukan oleh keluarga kandungku sendiri, aku baru sadar di dunia ini tidak ada yang sempurna, dan kesempurnaan yang paling besar adalah bersyukur atas pemberian Allah terhadap kita, saat ini aku hanya bisa bersyukur atas apa yang aku rasakan, menikmati saat-saat indah hidup di dunia ini.” Mendengar kata-kata itu Ahmad berhenti sejenak dan mensyukuri nikmat yang telah ia dapat. Dan ia sadar, walaupun ia miskin, tetapi masih diberi kesehatan yang mahal harganya, dan masih bisa merasakan kehangatan bersama keluarga di rumah walau sederhana.

Selain kisah di atas, ada satu kisah lagi yang menceritakan tentang serang pemuda ingin mencari seorang gadis sempurna yang akan dijadikan istrinya. Setelah berminggu-minggu ia mencari ke sana kemari, akhirnya ia mendapatkan gadis yang sempurna menurutnya, ia cantik jelita meskipun tidak memakai makeup. Tapi ia tidak menikahinya, karena ia tidak bisa memasak.

Lalu ia mencari dan mencari lagi hingga akhirnya ia menemukan gadis yang lebih cantik dan pintar memasak, tapi ia tidak mau menikahinya karena ia bodoh, gadis ini belum menamatkan pendidikannya, ia hanya pintar memasak, gadis itu belum cukup sempurna baginya. Setelah itu ia mencari lagi hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hingga ia menemukan gadis yang sangat sempurna baginya, ia cantik pintar memasak bahkan ia mempunyai restoran, tapi ia tidak bisa menikahinya, karena ia juga ingin mencari pria yang lebih sempurna.

Manusia Makhluk Ciptaan Allah yang Sempurna

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya seperti Malaikat, setan dan hewan. Kemuliaan Malaikat adalah tidak pernah berhenti untuk selalu bertasbih kepada Allah, dan memuji akan kebesaran Allah. Sedangkan setan hanya terfokus untuk merusak dan menyesatkan manusia. Hewan tidak memiliki otak sesempurna manusia, dari postur tubuh juga tidak sesempurna manusia, hewan hanya memiliki nafsu makan, minum dan biologis seperti manusia, tetapi tidak dapat berpikir seperti manusia.

Allah telah memilih manusia sebagai khalifah di dunia, dan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi ini karena kemampuan berpikirnya, dan manusia pula memiliki bentuk fisik maupun non fisik seperti akal dan hati kecil (dhamir) yang sempurna di bandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya, demikian juga gerak mekaniknya yang indah dan dinamis.

Namun demikian, kemuliaan manusia erat kaitannya dengan komitmen mereka menjaga-menjaga kelebihan tersebut sebaik mungkin dengan cara mengoptimalkan kelebihan mereka dengan hal-hal yang bermanfaat bukan menggunakan kelebihannya untuk merusak bumi ini. Manusia merupakan makhluk yang mulia selama ia mampu mengoptimalkan keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadanya, yaitu spiritual, intelektual dan emosional dalam diri mereka sesuai misi dan visi penciptaan mereka. Namun apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan hina, bahkan lebih hina dari hewan maupun iblis. Dan bukankah Allah menciptakan manusia di dunia ini untuk beribadah? Sudahkah anda bersujud kepada-Nya serta bersyukur atas segala pemberian-Nya?

Belajar Dari Kelebihan dan Kekurangan Manusia

Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sebagai makhluk sosial sudah seharusnya kita bisa toleran kepada kekurangan orang lain. Tidak ada manusia yang hidup sempurna di dunia ini, tidak ada manusia yang memiliki sifat maupun karakter yang sempurna, setiap manusia diciptakan dengan berbagai karakter dan sifat-sifat yang berbeda.

Kita dapat belajar dari orang sukses bagaimana ia dapat mewujudkan cita-citanya, bagaimana ia dapat lari dan bangkit dari kegagalan dan rasa putus asa. Belajarlah dari orang yang taat beribadah bagaimana ia dapat istiqamah dalam beribadah kepada Allah. Belajarlah dari seorang ibu bagaimana ia dapat mendidik dan merawat anak – anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Belajarlah dari seorang ayah bagaimana ia dapat bekerja keras dalam memenuhi kehidupan keluarganya. Bukan hanya itu, kita juga dapat belajar dari orang miskin bagaimana ia dapat hidup dalam kesederhanaan.

Belajarlah dari orang yang jauh dari Allah bagaimana ia dapat jauh dari Allah, sehingga kita bisa menjauh dari segala perilaku-perilakunya yang melenceng. Manusia memiliki berbagai karakter dan sifat yang harus kita pahami juga demi terciptanya sebuah ukhuwah yang erat dan hubungan sosial yang kuat antara manusia. Alangkah indahnya jika manusia dapat bersatu dalam perbedaan. Selama karakter dan sifat mereka masih sesuai dengan kaidah agama dan tidak melanggar ketentuan hukum maka kita harus menghargainya.

Janganlah melihat seseorang dari cover-nya saja, belum tentu orang yang kita anggap rendah lebih baik dari kita, dan belum tentu orang yang kita anggap sempurna lebih sempurna dari kita. Lihatlah bagaimana pergaulannya? Bagaimana ibadahnya? Bagaimana akhlaknya? Jangan terlalu mudah untuk menilai seseorang baik atau buruk. Manusia adalah makhluk yang saling menyempurnakan kekurangan sesama.

Menjadi Manusia yang Mulia

Setiap orang ingin menjadi makhluk yang mulia, mulia derajatnya, mulia jabatannya dan mulia hidupnya. Tapi sedikit yang ingat kewajibannya sebagai hamba Allah, kewajibannya sebagai khalifah Allah untuk menjaga bumi ini. Belum tentu orang yang tinggi derajatnya, orang kaya, orang yang selalu bahagia itu mulia dan tinggi derajatnya di mata Allah.

Bersyukur merupakan cara terbaik untuk menjadi makhluk yang mulia di mata Allah, tidak hanya itu, bersyukur juga akan menambah rizqi di dunia dan akhirat. Rizqi bukan hanya uang ataupun harta yang melimpah ataupun derajat yang tinggi, rizqi juga dapat berupa teman yang baik, keluarga sakinah, ilmu yang banyak nan bermanfaat, dimudahkan dalam segala hal, dsb. Bersyukur itu sangatlah gampang, hanya saja kita sering melupakannya.

Menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Menjadi orang yang berguna lebih berarti dari pada menjadi orang kaya, namun masih banyak orang ingin menjadi kaya dari pada menjadi orang yang berguna, jadilah orang berguna dan suka membantu, mengeluarkan hartanya untuk orang fakir miskin, menggunakan tenaganya untuk bekerja dan membantu sesama atau bergotong royong. Untuk menjadi orang yang berguna tidak harus kaya, tapi orang yang bergunabagi sesama dan suka berbagi kebaikan pasti akan bahagia dalam hidupnya karena Allah akan memudahkan segala pekerjaan – pekerjaannya dan akan melapangkan rizqinya.

Untuk jadi orang yang mulia di mata Allah, cukuplah menjadi diri sendiri dan tidak perlu seperti orang lain, hanya saja kita juga harus banyak belajar dari kelebihan tiap orang. Kita juga harus dapat menerima nasihat orang lain walaupun ia lebih muda atau lebih rendah dari kita. Berusaha untuk tetap istiqamah dalam beribadah di jalan Allah. Dibenci orang merupakan hal yang biasa, tapi bagaimana kita harus menyikapi orang yang membenci kita dengan hal – hal yang positif, biarlah orang menilai kita apa adanya, jangan merasa menjadi manusia sok benar di dunia dan jadilah orang yang rendah diri dan menghargai sesama, maka niscaya kita akan dihargai dan dimuliakan banyak orang.

Di dunia tidak ada manusia yang sempurna, kita yang menyempurnakannya. Di dunia ini tidak ada manusia yang hidup sempurna, kita yang akan membuat hidup kita sempurna. Berhentilah mengeluh akan kekurangan kita, akan tetapi bersyukurlah atas semua kelebihan dan apa yang kita punya saat ini.

Allah  berfirman: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim [14]: 7).

Wildan Maulana
Mahasiswa Teknik Informatika UII

Mutiara Hikmah
Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah : Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR al-Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *